Isyana tertuju ke kotak jepit boneka saat memasuki area permainan. Mata Isyana memandang sebuah boneka beruang berbulu putih. Beruang kutub.

"Kamu mau main apa?" sahut Rafael yang membuyarkan lamunan Isyana.

"Eh... Bagaimana kalau kita lomba memasukkan bola basket ke keranjang?" usul Isyana.

"Siapa takut" jawab Rafael tersenyum lebar.  "Aku beli kartunya dahulu" sahut Rafael.

Bola mata Isyana kembali menuju ke kotak boneka beruang kutub saat Rafael pergi. Perlahan kaki Isyana menuju ke kotak penjepit dan memandang lebih dekat. Tangan Isyana terangkat dan menempel di kaca di depan boneka beruang kutub. Isyana tersenyum.

Isyana berjalan menuju permainan bola basket setelah puas memandangi boneka beruang kutub.

"Ready?" tanya Rafael setelah di samping Isyana. Isyana mengangkat jempolnya.

Rafael pun menggesekkan kartu untuk memulai permainan.

3 2 1 Go!!


"Aaaahh" saat tembakan Isyana melesat.

"Siapa yang kalah besok harus traktir ice cream" ucap Rafael.

TEEETT!!

Waktu habis.

"Yes!" seru Rafael.

"Tau, ah!! Aku ke kamar mandi dahulu" ucap Isyana sambil cemberut.

Isyana pun pergi ke kamar mandi yang jaraknya agak jauh dari area permainan. Rafael pun mencoba berbagai permainan lainnya.



Different Why Not?
EllaTan02





"Rafa, kita langsung pulang yuk" sahut Isyana setelah dari kamar mandi.

"Oke" jawab Rafael.

"Rumahmu dimana? Biar aku yang mengantar sampai rumah" tanya Isyana.

"Nanti aku beritau" sahut Rafael.

TETT.. TETT..

Mereka pun masuk ke dalam mobil. Isyana pun memutar musik sebelum mobil berjalan.

"Ini arahnya kemana?" tanya Isyana saat mobil sudah keluar dari pusat perbelanjaan.

"Belok kiri lalu saat ada rambu lalu lintas lurus saja sampai rambu lali lintas yang ketiga. Setelah itu, baru belok kanan" jawab Rafael.

Saat rambu lalu lintas berwarna merah otomatis mobil pun berhenti. Terlihat anak lelaki yang menawarkan majalah di setiap mobil termasuk mobil yang dikendarai Isyana.

Rafael menurunkan kaca jendela mobil sehingga anak lelaki tersebut mendekati Rafael. "Majalah olahraga ada?" tanya Rafael.

"Ada" jawab anak lelaki tersebut sambil mencari ditumpukan majalah yang dia bawa. "Ini" sambil menyodorkan ke arah Rafael. "Kak Rafael!" seru anak kecil tersebut saat mengetahui seeeorang yang membeli barang dagangannya.

Rafael pun tersenyum sedangkan Isyana kembali memperhatikan kejadian apa lagi yang akan dia lihat. "Belum pulang, Dit? Ini untukmu setelah itu langsung pulang karena sudah larut malam. Tidak baik untuk anak-anak seperti kamu" jawab Rafael sambil menyerahkan uang kertas berwarna biru.

"Iya, Kak. Ini bantu Kakak Adit yang sedang sakit. Setelah ini, Adit akan langsung pulang" ucap Adit sambil menerima uang kertas dari Rafael.

"Sebentar.." sahut Rafael membuka dompetnya. "Belikan obat dan vitamin untuk kakakmu. Besok kakak akan menjenguk" ucap Rafael sambil menyerahkan uang kertas berwarna merah.

"Terima kasih, Kak" ucap Adit dengan senyum lebar dan berwajah senang.

"kakak enggak ingin kamu ada di jalanan sampai malam begini. Segera pulang, Dit" ucap Rafael. Adit pun menganggukkan kepalanya dan lekas meninggalkan mobil sedan tersebut.

"Kamu mengenal dia?" tanya Isyana setelah lampu lalu lintas merah berubah menjadi hijau.

"Iya" jawab Rafael menatap ke depan.

"Besok apa kamu mau ikut menjenguk kakaknya?" tanya Isyana penasaran.

"Apa kamu mau ikut?" ajak Rafael.

"Sayangnya besok ada extra musik" sahut Isyana dengan wajah sedikit kecewa.

"Kamu ikut pun tidak bisa kita mengendarai mobil. Mereka tinggal di gang kecil. Apalagi mobil kamu bisa memancing niat jahat karena tempat parkirnya jauh" ucap Rafael.

"Kamu ke sana naik apa?" tanya Isyana.

"Sepeda. Jangan lupa nanti belok ke kanan" ucap Rafael.

Setelah belok ke kanan lalu sekitar lima ratus meter.


"Stop!" sahut Rafael. Isyana pun menginjak rem lalu melihat daerah sekitar.

"Apa kamu yakin turun di sini?" tanya Isyana.

"Kenapa?" tanya Rafael dengan salah satu alis yang terangkat.

"Ini kan tanah lapang, Rafa" sahut Isyana. Rafael pun terkekeh.

"Aku masih ada keperluan. Kamu hati-hati. Terima kasih tumpangannya" ucap Rafael sebelum keluar dari mobil.

Rafael pun keluar dan menutup pintu mobil. Isyana menurunkan kaca mobil sebelah kiri.

"Ada apa?" tanya Rafael sambil mencondongkan tubuhnya ke depan jendela.

"Kamu tidak berantem, kan, malam ini? Kakimu masih terkilir" ucap Isyana sambil memandang ke arah Rafael

"Aku akan baik-baik saja. Sudah pulang sana" sahut Rafael.

"Ceritanya kamu mengusir, nih" sahut Isyana.

"Iya, aku mengusir. Hati-hati..." Rafael terkekeh. Isyana pun tersenyum dan kembali melajukan mobilnya.







Different Why Not?
EllaTan02






Tiiiitt... Tiittt..

Isyana membunyikan klakson untuk agar pagar rumah terbuka. Muncullah Pak Amin, penjaga rumah Isyana.

"Selamat malam, Non..." sapa Pak Amin.

"Malam, Pak.." sahut Isyana.

Isyana melihat bungkusan di kursi samping kiri saat memeriksa barang yang akan dibawa masuk ke kamar.

"Apa punya Rafa ya ketinggalan?" pikir Isyana. Isyana pun mengambilnya. "Untuk Isyan.." baca Isyana saat melihat tulisan di paper bag tersebut.

Dahi Isyana mengkerut. Gadis ini pun membawa bungkusan tersebut untuk dibuka di kamar.




TAP TAP TAP

Isyana pun melangkah ke lantai dua lalu membuka pintu kamar. Setelah itu, gadis ini duduk di tepi kasur king size-nya. Isyana penasaran dengan isi bungkusan putih tersebut. Saat membuka perlahan mata Isyana membola dengan sempurna. Senyum pun mengembang lebar di bibir mungilnya.


"Kok, Rafa tahu jika aku menginginkan ini!" sahut Isyana tersenyum bahagia sambil mengangkat boneka beruang berbulu putih. Boneka beruang kutub.

DIFFERENT WHY NOT [Revision]Where stories live. Discover now