"Loh, kamu belum dijemput?" sahut Rafael saat melihat Isyana masih di dekat gerbang kampus. Rafael pun turun dari sepeda gunung.
"Iya, nih. Si Mamang enggak bisa menjemput karena mengantarkan Papa ambil berkas di kantor" ucap Isyana.
"Mmm... Bagaimana kalau aku antar pulang itupun jika kamu enggak takut debu karena aku menggunakan sepeda. Ini weekend taxi biasanya jarang lewat" ucap Rafael. Isyana pun diam dan memikirkan ucapan Rafael.
"Boleh" Isyana mengiyakan ajakan Rafael.
"Rumahku dekat kok. Perumahan setelah dua kali rambu lalu lintas" ucap Isyana sambil duduk di depan Rafael.
"Ouh, perumahan itu" ucap Rafael sambil mengayuh sepeda.
Isyana sangat menikmati perjalanan karena baru kali ini pulang dari kampus diantar dengan sepeda. Tanpa sengaja dia bersenandung kecil.
Rafael tetap fokus ke depan, meskipun mencuri pandang ke bawah. Aroma rambut Isyana sangat terasa di hidung Rafael karena angin yang cukup pintar memainkan perannya.
"Apakah kamu tahu, di belakang perumahan kamu ada padang rumput?" tanya Rafael.
"Oh, iya? Aku, kok, enggak tahu soal itu" jawab Isyana dengan kening mengkerut.
"Letaknya agak jauh dari perumahan tapi ada jalur sepeda yang bisa digunakan untuk ke sana" ucap Rafael.
"Lain waktu tunjukkan itu" sahut Isyana dengan tersenyum lebar.
"Oke. Kalau aku mau ke sana maka aku akan menghubungi kamu." ucap Rafael. "Perumahan yang sebelah kanan atau kiri?" tanya Rafael.
"Kiri" jawab Isyana. Rafael pun menggerakkan sepedanya untuk berbelok ke sebelah kiri.
"Kalau padang rumput ada di sebelah kanan" ucap Rafael.
"Apakah pemandangan bagus?" tanya Isyana dengan rasa penasaran.
"Bagus. Kamu bisa bebas bermain alat musik, bernyanyi, atau tidur" jawab Rafael sambil terkekeh. Isyana pun ikut tertawa kecil mendengar jawaban terakhir dari Rafael. "Oh ya berapa nomer rumahmu?" tanya Rafael.
"D 16. Ini lurus saja, kalau ada pertigaan belok kanan." ucap Isyana. Rafael pun mengerti.
"Sudah sampai dengan selamat" ucap Rafael saat berhenti di rumah mewah bernomor D 16.
"Terima kasih. Apa kamu mau masuk dahulu?" tanya Isyana.
"Lain kali saja. Aku pergi dahulu, ya" kata Rafael.
"Hati-hati..." sahut Isyana.
Rafael mengayuh sepedanya menuju jalanan beraspal penuh kendaraan. Isyana pun memasuki gerbang rumah yang sudah mengesankan kemewahan.
TAP TAP TAP
Isyana segera menuju ke lantai dua tempat kamarnya berada. Kamar yang luas dengan tempat tidur king size, piano hitam yang berada di dekat jendela, TV 21" dan home theather cocok untuk menjadikannya bioskop kecil.
Drrrrttt... Drrttt....
From: Rafael
To: Isyana
Isyaaannn, ada yang mengajak nonton bioskop, tuh, nanti malam. Kamu mau enggak?
Nanti saja dibahas, aku mau kerja dulu.
"Kamu masih mau saja menjadi perantara" ucap Isyana.
To: Rafael
From: Isyana
Iya nanti saja dibahasnya.
Sudah kerja yang benar. Jangan tidur waktu kerja!
"Rafael kerja dimana ya?" batin Isyana setelah menekan tombol send dari menu ponselnya.
From: Rafael
To: Isyana
Ah! Tebakanmu benar!
Isyana tersenyum mendapat balasan pesan dari Rafael. Dia pun segera menaruh ponselnya di atas meja tata riasnya dan mengambil buku catatan kecil.
"Hmm... Enggak ada acara dari sore sampai malam. Apa mengiyakan pergi nonton, ya?" ucap Isyana.
"Tapi kalau sama orang yang gak dikenal, aku gak mau" batin Isyana.
Tiba-tiba Isyana tersenyum.
"Ajak Rafael! Salah dia sendiri mau jadi perantara" sahut Isyana dengan terkekeh kecil.
Isyana pun meletakkan buku catatan kecil di atas meja rias tepat di samping hanphonenya berada lalu dia turun ke kamar utama untuk mencari Sang Mama.
TAP TAP TAP
"Ma, apa kita jadi pergi belanja?" tanya Isyana setelah bertemu dengan Nyonya Aulia, Mama dari Isyana.
"Jadi, dong, kita belanja. Tadi pulang sama siapa?" tanya Nyonya Aulia.
"Diantar teman, Ma" jawab Isyana.
"Kok, enggak mau masuk dahulu?" tanya Nyonya Aulia.
"Lain waktu katanya. Ada kerjaan" jawab Isyana. "Oh, ya, Papa itu meeting atau cuma ambil berkas yang ketinggalan?" tanya Isyana saat tidak melihat Tuan Yanuar, Papa dari Isyana.
"Niatnya mau ambil berkas. Eh, tiba-tiba ada meeting sama para direksi" jawab Nyonya Aulia. "Ini mau mengantar makan siang buat Papa. Kamu temani Mama ke kantor Papa setelah itu kita belanja." lanjut Nyonya Aulia.
"Oke, deh, Ma. Syana ambil kunci mobil dulu" ucap Isyana.
TAP TAP TAP
Isyana pun kembali ke kamarnya, dia mengambil kunci mobil yang ada di laci meja rias dan tidak lupa dengan ponselnya.
.
.
.
Perjalanan menuju kantor Tuan Yanuar lancar karena hari ini adalah weekend. Arah menuju kantor tidak dipenuhi dengan laju kendaraan berbeda dengan arah sebaliknya.
"Syana tunggu di parkiran saja, ya, Ma" ucap Isyana setelah berada di basement kantor milik Tuan Yanuar.
Setelah Nyonya Aulia masuk ke dalam kantor maka Isyana menyalakan musik untuk membunuh sepi. Saat asyik melihat sekitar, pandangan Isyana tertuju pada satu fokus.
"R 7 AN? R itu daerah mana, ya?" ucap Isyana saat melihat nomer polisi mobil sport berwarna merah yang parkir tepat di depannya.
Nyonya Aulia sudah terlihat menuju mobil saat Isyana sedang memikirkan hal tersebut.
"Ayo, kita belanja. Nanti mampir ke butik juga, ya" ucap Nyonya Aulia saat memasuki mobil.
"Siap" sahut Isyana.
BRUM BRUM BRUM
Mereka pun pergi ke pusat perbelanjaan. Membeli apa yang dibutuhkan sekaligus apa yang diinginkan. Setelah asyik dengan kegiatan belanja lalu mereka pergi ke butik milik Nyonya Aulia yang tidak jauh dari pusat perbelanjaan.
YOU ARE READING
DIFFERENT WHY NOT [Revision]
FanfictionRevisi! Upload ulang. Alur cerita tetap sama hanya part lebih dipanjangkan daripada sebelumnya dan kalimat diubah menjadi baku. ----------------------------------------------------------------- Kita bagai koin. Dua sisi yang berbeda. Namun, apa ki...
DWN 5 •
Start from the beginning
![DIFFERENT WHY NOT [Revision]](https://img.wattpad.com/cover/52740961-64-k294899.jpg)