#TF 20~~~

38 6 0
                                        

Happy Reading

~~~~~~~~~~~~♡

Saat ini merupakan jam istirahat kedua yang membuat kantin lumayan ramai. Vannya, Bastian, dan juga Bram sedang berada di taman yang menjadi tempat ketiganya mengadakan pertemuan kecil.

“Masih lama gak Bram, ini takutnya Pak Herman keburu pergi.” Ujar Bastian.

“Bentaran lagi, etdah lama bener ngambil amplop doang.” Ujar Bram yang juga ikutan gak sabaran melihat anggotanya yang sangat lama untuk mengambil amplop.

Saat ini Bastian dan Vannya akan menghadap kepala sekolah untuk mengajukan proposal kegiatan yang akan di lakukan serta memaparkan pengeluaran yang di butuhkan untuk acara. Sebenarnya ini tugas dari bidang humas, namun di karenakan Bram yang sudah sangat sibuk mengurus beberapa proposal yang akan di ajukan ke beberapa brand, membuat Vannya dan juga Bastian yang akan turun langsung menghadap kepala sekolah.

“Ini Kak,” ujar seorang junior sambil berusaha mengatur napasnya.

“Lama banget sih,” ujar Bram dengan nada sewot.

Bram langsung memasukkan proposal yang terdiri dari beberapa lembar tersebut kedalam amplop coklat dan menyerahkannya kepada Bastian.

“Kalian udah bacakan isi dari proposalnya?” Tanya Bram memastikan kembali.

“Aman Bram, lo bisa fokus sama proposan yang lain dan surat yang belum di antar.” Jawab Vannya.

Thanks, banget gue sama kalian.”

“Udah aman itu, kita langsung ke ruangan kepsek dulu ya. Keburu Pak Herman ada urusan,” ujar bastian sambil menarik pelan tangan Vannya.
Keduanya jalan beriringan sampai di depan pintu ruangan kepala sekolah.

“Lo jangtungan gak?” Tanya Bastian.

“Huuuu, sedikit.” Jawab Vannya sambil tersenyum menunjukkan deretan gigi putihnya.

“Anjirrr gemes bangettt.” Batin Bastian.

_-_-_-_-_-_


“Akhirnya kelar,” ujar Vannya setelah berhasil keluar dari ruangan kepsek.

“Gue kira bakal banyak pertanyaan di luar nurul tapi Alhamdulillah lancar.” Tambah Bastian.

“Lo mau kemana habis ini Nya?” Tanya Bastian.

“Ke kelaslah. Emang ke mana lagi?” Tanya balik Vannya.

“Siapa tau mau ke kantin. Lo udah makan siang?”

“Nanti aja makannya sekalian berangkat bimbel.”

“Owhhh. Emang lo bimbel dimana?”

“Gue bimbel di Harapan Persada.”

“Yang depan Mol, jalan Pattimura?” Tanya Bastian penasaran.

“Iya.”

“Gue juga rencana mau ambil bimbel di situ, tapi rencana tahun depan aja. Ambil bimbel intensif,” ujar Bastian yang di jawab anggukan oleh Vannya.

“Untuk revisi proposalnya, siapa yang bilang ke Bram?” Tanya Bastian.

“Gue aja, nanti gue sampein. Gue masuk duluan ya,” ujar Vannya saat sudah berada di depan kelasnya. Bastian pun menjawab dengan anggukan dan lanjut berjalan menuju kelasnya.


_-_-_-_-_-_


“Kelas kita akhiri untuk minggu ini, untuk link kuisnya bisa di akses mulai nanti malam jam 8 malam sampai besok jam 12 siang,” ujar Miss kinta.

“Terimakasih Miss,” ujar salah seorang yang ada di depan Vannya yang langsung di ikuti semua siswa yang ada di ruangan tersebut.

“Gue duluan Nya,” ujar seseorang dan langsung berlajan menuju pintu ke luar.

“Hati-hati Kak.” Jawab Vannya.

Selesai membereskan buku dan menyimpan semua alat tulisnya di dalam tas, Vannya ikut menyusul keluar dari ruangan tempat bimbel. Terlihat langit yang sudah sangat gelap antara memang sudah mau malam dan ditambah dengan langit yang sudah mendung.

Hujan rintik-rintik sudah mulai turun, yang membuat Vannya semakin berdecak. Vannya mengambil ponselnya dan mencari kontak sang Papa, lama ponselnya menunjukkan tulisan bordering. Sampai akhirnya terlihat bahwa ponselnya terhubung dengan sang Papa.

“Halo Pa.” Ujar Vannya.

“Iya, kenapa Kak?” Tanya sang Papa dari seberang sana.

“Papa udah di rumah atau masih di luar?”

“Ini Papa masih di kantor Kak. Kenapa?”

“Ini Vannya masih di tempat bimbel, Papa bisa jemput gak?”

“Alam kemana Kak, biasanyakan Alam yang jemput.”

“Alam gak bisa di hubungi kalau hujan begini Pa,” ujar Vannya yang sudah pasrah karna sang Papa pasti tidak bisa menjemputnya.

“Ya udah Papa pesanin G*ab dari sini, biar Papa bayarin sekalian.”Jawab sang Papa yang langsung  membuat Vannya senyumnya mengembang.

“Makasih Papa ku sayang.” Ujar Vannya dengan senyum yang mengembang.

“Ya udah Papa lanjut mau meeting dulu, Kakak hati-hati di jalan yaa.”

“Papa semangat kerjanya cari duit.”
Panggilan terputus.

“Dasar manja,” ujar seseorang dari samping Vannya.

“Ihhh Alii, lo bikin kaget aja tau,” ujar Vannya sambil memegang dadanya.

“Lo udah tau hujan deras, malah telponan di luar. Mau ke samber petir lo.” Ujar Ali dengan nada datar.

“Terserah gue dong, kok lo yang sewot.” Jawab Vannya sambil berjalan meuju tempat duduk yang memang di sediakan untuk orang yang sedang menunggu jemputan.

Vannya menatap lurus kedepan, menikmati setiap rintikan hujan yang turun. Ali ikut bergabung duduk di samping Vannya dan ikut menikmati suasana yang ada.

“Lo udah lama Bimbel di sini?” Tanya Ali.

“Belum lama, sejak masuk semester dua ini.”

“Sama, gue juga.”

“Lo ambil kelas berapa?” Tanya Vannya balik.

“Gue ambil kelas satu A. Lo?”

“Gue kelas satu B.”

Keduanya kembali diam, hingga datang sebuah notif dari ponsel Vannya.

‘Kak ini dari tadi orderan G*rabnya belum ada yang ambil. Kakak kalau mau nunggu 30 menit lagi Papa baru siap meeting. Gimana kak?’
Vannya menghela napas melihat pesan yang baru saja di kirim dari sang Papa.

‘Ya udah, Kakak mau hubungi Alam dulu Pa, kalau nanti Alam bisa jemput. Kakak pulang sama Alam aja Pa.’

Vannya mencoba menelpon sang Adik untuk kesekian kalinya. Sambil terus berdecak karna telpon yang sedari tadi tidak terus di jawab oleh adik durhakanya.

“Yuk pulang bareng gue, mumpung hujannya udah mulai reda. Nanti deras lagi.”


_-_-_-_-_-_


Jangan lupa Vote dan Komen.

PUBLISH, 2 JANUARI 2025


Our StoryWhere stories live. Discover now