#TF 5~~~

36 6 0
                                        

Happy Reading ♡~~~~~~~~~~~~~~~

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Happy Reading ♡
~~~~~~~~~~~~~~~

“Masyaallah anak Mama cantiknya,” ujar Mama saat melihatku turun dari tangga

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Masyaallah anak Mama cantiknya,” ujar Mama saat melihatku turun dari tangga.

Saat ini keluargaku sedang duduk-duduk di ruang tamu yang kebetulah ruang tamu berada tepat di bawah tangga. Semua mata langsung tertuju ke arahku.

“Kayak perna liat itu dressnya,” ujar Papa saat melihat kedatanganku.

“Ini kan dress yang Papa beliin buat Mama. Ini itu dress yang bersejarah karna hadiah  pertama Papa buat Mama. Cantikan Pa, di pakai sama Kakak,” ujar Mama terus memujiku.

“Iya cantik kayak Mama,” jawab Papa sambil memeluk pinggang Mama.

“Papa bisa aja,” ujarku sedikit tersipuh. Aku tetaplah seorang anak gadis yang jika di puji cantik oleh Papa langsung tersipuh.

Papa itu tipekal orang yang romantis, sering beri Mama bunga tanpa alasan yang sering membuatku iri. Ya, walaupun kalau Papa bawa bunga buat Mama pasti aku tetap di kasih bunga juga. Tapi, rasanya tetap aja beda. Maka dari itu aku bertekan ingin mencari lelaki yang seperti Papa. Tidak harus sama, minimal romantis seperti Papa.

“Mau kemana lo?” tanya Alam.

“Mau malam mingguan, emang kayak lo yang jomblo.” Ujarku sambil mengambil potongan buah yang memang biasa di hidangkan Mama saat sedang nonton movie di malam minggu.

“Yeee, sok punya pacar lo.”

“Iri bilang bos,” ujarku dengan nada mengejek.

“Idih siapa yang iri,” ujar Alam sambil memutarkan bola matanya.

“Mau pergi sama siapa Kak?” tanya Papa.

Dreetttt Drett

“Bentar Pa,” ujarku.

“Iya halo.”

……..

“Ya udah gue keluar.”

……..

Aku pun langsung menutup panggilan dari Ali, “pergi sama temen kok Pa, Annya pergi dulu Pa, Ma. Udah di tungguin tuh. Assalamualaiku,” ujarku sambil menyalam tangan kedua orang tuaku.

Our StoryWhere stories live. Discover now