"Annya...."
"Iya kenapa Al?"
"Ehmmm, lo ada biodata pengurus osis angkatan tahun lalukan?"
"Iya ada, kenapa?"
"Gue boleh minta biodata Olivia wakil sekertaris angkatan tahun lalu."
"Buat apa?"
"Gue suka dia."
.
.
.
.
.
"Lo tau gak Al, ada yang confe...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Happy Reading
~~~~~~~~~~~~♡
Seperti perkataan Ali tadi sore sekarang kedua remaja itu sedang duduk di salah satu café yang ramai di kunjungi para pemuda untuk sekedar kumpul-kumpul atau bahakan banyak yang mengerjakan tugas di café ini. Café yang memang buka 24 jam ini banyak menjadi pilihan kalangan muda untuk menghabiskan waktu, selain wifi yang lancar juga konsep dari tempanya yang terbilang fress.
Vannya dan Ali yang duduk di sudut café dengan konsep lesehan dimana kedua muda-mudi itu memilih duduk lesehan dengan dua laptop yang menyala. Keduanya fokus mengerjan beberapa proposal yang memang harus di buat untuk segera diantar ke pihak sekolah dan juga beberapa sponsor agar dana dapat secera cair.
“Kak ini pesannya, dua steak dan juga lemon tea 2,” ujar waiters.
“Terimah kasih ya mbak,” ujar Vannya sambil senyum.
“Di makan dulu Nya baru lanjut lagi,” ujar Ali yang mulai meletakkan ke bawah lantai samping tempat duduknya.
“Nanggung dikit lagi,” ujar Vannya masih fokus dengan kaca mata yang masih bertengger manis di hidungnya.
“Ini udah jam 9 Nya, udah lewat dari jam makan malam,” ujar Ali sambil memotong kecil-kecil daging.
“Iya ini bentar lagi,” Jawab Vannya yang masih terus fokus dengan laptop yang ada di depannya.
“Ckk,” Ali yang berdecak melihat sikap gadis didepannya. Dengan tangan satunya yang memegang pisau, Ali memberikan potongan kecil steak kedepan mulut Vannya.
Vannya yang tadinya masih fokus kearah laptop pun langsung kembali mengalihkan fokusnya kearah Ali, “aaaaa, buka mulutnya,” ujar Ali yang masih setia menyodorkan potongan daging itu di depan mulut Vannya.
“Gue bisa makan sendiri,” ujar Vannya sambil mencoba menyingkirkan tangan Ali.
“Tinggal buka mulutnya aja susah amat dah,” ujar Ali.
“Ya gue bisa makan sendiri,” jawab Vannya yang tak mau kalah.
“Tinggal buka mulut lo Nya.” Ali pun mendekatkan potongan daging itu hingga mengenai bibir Vannya yang membuat, gadis itu membuka mulutnya.
“Nah gitu kek dari tadi, laptopnya di simpan dulu. Kita makan.” Ali mengambil piring yang ada di depan Vannya dan mengganti piring itu dengan punya Ali dimana steak yang ada di piring itu sudah di potong-potong.
‘Nya plisss lo gak boleh baper.’
‘Pliss Nya, dia cuma anggap lo sebagai temen doang.’