#TF 12~~~

25 7 0
                                        

Happy Reading ♡
--------------------------
Agenda acara untuk semester ini yang akan dilakukan Osis sudah tidak ada karena minggu depan akan di adakan UAS

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Happy Reading ♡
--------------------------
Agenda acara untuk semester ini yang akan dilakukan Osis sudah tidak ada karena minggu depan akan di adakan UAS. Dengan begitu banyak siswa yang mulai sibuk menyusun materi, mengerjakan tugas yang memang di kumpul saat penghujung semester, dan juga banyak guru yang memberikan jam kosong untuk muridnya belajar.

Vannya yang sedari pagi sudah duduk di perpustakaan pun mulai merenggangkan badannya yang sejak 2 jam lalu tidak bertukar posisi. Dengan di damping buku soal fisika yang tebal di depannya dan juga botol minumya sudah habis karna Vannya terbiasa banyak minum ketika sedang mengerjakan sesuatu dalam jangkau waktu yang lama.

“Udah lama?” Tanya Ali yang sudah duduk di depan Vannya. “Lumayan,” ujar Vannya yang masih membuka ponselnya untuk mengecek notif yang masuk.

Vannya sudah sepakat untuk tidak menghindari Ali setelah membaca salah satu novel dan buku motivasi tentang sebuah hubungan. Entah dorongan dari mana Vannya malah membaca buku yang berhubungan dengan sesuatu yang saat ini sedang di hadapi. Bukankah itu sesuatu yang wajar saat seseorang mencari solusi dari sebuah masalah yang di hadapi?

Vannya lebih senang mencari solusi lewat buku dari pada memonton video galau yang lebih besar kemungkinannya berdasarkan opini masyarakat banyak dimana terlihat berlebihan. Jadi, Vannya lebih senang mencari solusi dari membaca karna meurutnya lebih realed dengan kehidupannya.

Dalam buku itu dijelaskan bahwa segala sesuatu tidak semua harus berjalan dengan apa yang di inginkan, tidak sesuai dengan yang kita harapkan bukanlah hal yang harus disesali dan di perbesar karna pada hakikatnya setiap orang punya porsinya masing-masing mulai dari jodoh, rejeki, maut semua sudah di atur. Tugas kita hanya menjalani, berusaha dan ikhlas…

“Gue mau keluar cari minuman, lo ada mau nitip?” Tanya Vannya yang menatap Ali sedang fokus pada ponselnya.

“Nitip kopi aja, ini uangnya.” Sambil menyerahkan uang dua puluh ribu.

“Gue keluar dulu, titip buku,” yang hanya di balas dengan anggukan oleh Ali.

Vannya pun langsung pergi ke kantin karna sudah terlalu suntuk. Saat di kantin Vannya bertemu Bram dan juga Aletta yang memang sedang mengisi perut, entahlah pada hal jam baru menunjukkan pukul 10 pagi tapi keduanya terlihat sudah kelaparan dan sangat lahap memakan nasi guri dan juga agam goreng yang menjadi primadona makanan di kantin ini.
“Jam segini udah makan dikantin tumben?” Tanya Vannya yang menghampiri kedua temannya.

“Lo gak liat kita kelaparan, ini itu karna masih pagi udah di suruh Tama buat bersihi ruangan Osis, lo yang kemana aja udah di telponin tapi gak di angkat. Emang kawan jahanam lo,” ujar Bram sangat mengebu-gebu. Terlihat di wajah pria itu sangat kesal minta ampun.

“Soryyy gue tadi memang belum aktifin ponsel sejak tadi pagi. Soalnya tadi malam di charger lagi lowbat jadi mati deh. Baru gue hidupin barusan,” jawab Vannya sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

“Eyyyy itu sih alesan aja, jadi dari tadi lo dimana?” Saat ini gantian yang bertanya Aletta.

“Ohh tadi gue di perpus.”

“Kok gak ada waktu kita cariin,” sambung Bram dengan nada yang masih ngegas.

“A-aada kok gue duduk dekat buku soal yang di ujung itu,” Vannya yang sebisa mungkin membela dirinya.

“Yee lo mau menghindar ya dari kita.”

“Enak aja, mau ngehindar gimana sih. Orang gue aja gak tau kalau bakal ada beres-beres ruang Osis. Dah lah gue mau ke perpus Ali nanti nunggui,”Aletta pun bangkit dari tempat duduk.

“Jangan kemana-mana kalian nanti gue sama Bram nyusul.” Ujar Aletta sambil berteriah. Vannya yang mendengar hanya mengangkat ibu jarinya ke atas sambil terus melihat kedepan dan berjalan menuju perpustakaan.         
      
Setelah sampai di perpustakaan Vannya mendekati Ali yang masih sama dalam keadaan fokus pada ponselnya. “Thanks,” ujar Ali saat melihat Vannya meletakkan minuman kaleng pesanannya.

“Lagi chattan sama Oliv?”

“Hmmm,” Ali pun langsung meletakkan ponselnya dan membuka minuman kaleng yang ada di meja.

“Lo udah sampai mana ngerangkum catatannya, gue liat yang fisika,” Vannya pun mendorong maju buku yang ada di depannya.

Setelah menengguk setengah kaleng minuman itu, Ali lengsung membuka nuku catatan yang di sodorkan Vannya kedepannya. Dengan serius Ali melihat buku catatan itu, Vannya yang memang ada di depan Ali pun terteguh akan pemandangan ini.

Benar adanya, hari esok tidak ada yang tahu. Dulu Vannya hanya bisa memandangi wajah Ali dari kejauhan, tapi lihatlah sekarang siapa yang sangka kalau Vannya bisa melihat wajah Ali dari sedekat ini. Tidak mau kehilangan momen yang berharga ini pun Vannya mulai menopang dagu dengan kedua tangannya dan mulai menatap Ali dengan serius.

“Yang ini gimana penurunan rumusnya Nya?” Pertanyaan Ali pun otomatis membuat lamunan Vannya yang tadi sempat melayang langsung di paksa untuk kembali sadar.

“Eh-hh yang mana tadi?” Vannya yang mulai gugup pun bertanya dengan terbata-bata.

“Ya elah Nya, biasa aja kali liatin gue sampai kaget gitu.”

“Enak aja gue tadi lagi mikir gimana caranya buat- buat- buat bolu lava yang tadi gue liat di tiktok,” jawaban Vannya yang sangat terlihat sedang menutupi kebohongan.

“Iya deh percaya, ini tolong jelasi Nya yang bagian ini,” Ali pun menyodorkan buku itu ke tengah agar Vannya bisa melihat dengan jelas.

Our StoryWhere stories live. Discover now