"Annya...."
"Iya kenapa Al?"
"Ehmmm, lo ada biodata pengurus osis angkatan tahun lalukan?"
"Iya ada, kenapa?"
"Gue boleh minta biodata Olivia wakil sekertaris angkatan tahun lalu."
"Buat apa?"
"Gue suka dia."
.
.
.
.
.
"Lo tau gak Al, ada yang confe...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Happy Reading ♡ -------------------------- Saat ini jam menunjukkan pukul 22.00 malam namun keempat remaja itu belum menunjukkan tanda-tanda ingin menuju alam mimpi. Keempat remaja itu masih setia memainkan kartu yang biasa dimainkan saat berkumpul.
“Udah ah, kalian kalah mulu dah,” ujar Aletta sambil mengambil minuman soda yang tinggal sedikit isinya.
“Percuma pinter dalam pelajaran, tapi kalau main kartu selalu kalah,” Bram yang beranjak menuju kamar mandi untuk mencuci masker yang memang sedari tadi di gunakan.
“Bedain dong, pinter pelajaran masa main kartu ginian, kan gue baru kali ini main kartu,” Vannya yang tidak terima di olok-olok.
“Ini snack nya udah habis?” Tanya Ali sambil melihat banyaknya bekas makanan yang sudah kosong.
“Gak boleh gitu lah, mana boleh laki-laki sama perempuan dalam satu ruangan. Apa lagi ini udah malam,” Ali yang terlihat tidak setuju dengan pernyataan Aletta.
“Ya elah Li, gue kalau mau gitu-gituan juga milih-milih. Mana mau gue modelan kayak Bram gitu.”
“Yee, enak aja lo. Gini-gini gue jos kalau masalah gituan.” Bram yang keluar dari kamar mandi sambil membersihkan air yang masih ada di wajahnya.
“Ihhhh, geli gue denger lo ngomong gituan.”
“Udah bener lo sama Vannya yang keluar, biar gue sama Bram yang kamar,” Ali yang masih tidak terima jika keluar berdua dengan Vannya.
“Enak sekali duhai baginda, lo yang kalah masa gue yang dapet hukuman. Susah amat dah tinggal pergi beli makanan doang. Lagi pula Oliv gak ada di sini,” Aletta yang tetep mempertahankan argumennya.
“Udahlah Al, tinggal keluar aja apa susahnya. Lo kayak perempuan yang di pingit dah susah amat tinggal keluar,” sambung Bram.
“Ya udah, mana duitnya,” Vannya yang menadahkan tangan kanannya ke depan wajah Aletta.
“Ya pakek uang lo lah, itu juga hukumannya,” ujar Aletta bangkit dari posisi tidur.
“Wah, ngelunjak ini anak. Udah gue yang keluar malah pakai uang gue lagi,” Vannya yang bangkit dari posisi duduk seperti siap adu argument dengan Aletta. Denga sigap Ali langsung menarik tangan Vannya untuk keluar dari kamar.
Setelah sampai di lorong hotel Ali melepaskan tangannya dengan canggung, “udah pakai uang gue aja,” ujar Ali sambil menetakan tombol lift.
Di dalam lift keduanya kembali hening. Dalam keheningan ini Vannya dapat dengan puas memandang wajah Ali. “Nya, emmm…” ujar Ali sambil menoleh ke samping untuk menatap wajah gadis itu.