“Dari gue kecil jangankan main ke pasar malam, untuk sekedar keluar malam aja terdengar mustahil bagi gue,” ujar Ali yang membuat Vannya fokus menatap ke depan mengalihkan pandangannya melihat Ali yang masih menatap lurus kedepan.
“Setelah kebebasan ini gue dapat, tapi selama ini juga gue gak perna punya niat untuk datangi tempat ini. Gue ngerasa kalau gue datang kesini seolah ngejelasin ke gue bahwa banyak hal yang selama ini orang lain bisa miliki dengan mudah, tapi itu semua gak berlaku sama gue,” Vannya terus menatap ke arah Ali dan melihat dengan jelas bahwa pandangan laki-laki yang ada di depannya terlihat kosong.
Dengan senyum yang memperlihatkan kepedihan Ali melanjutkan, “Kenapa ya Nya, hal yang kecil menurut orang tapi, gak bisa gue dapetin?” tanya Ali mengalihkan pandanganya ke arah Vannya yang membuat keduanya beradu tatap.
Entah keberanian dari mana Vannya terus menatap balik Ali, dan seolah sedang menusuri bola mata yang menyimpan banyak kepedihan.
“Al….”
“Gak semua hal di dunia ini harus kita dapatkan. Terkadang yang terlihat mudah di gapai bahkan rasanya tak ada jarak untuk kita gapai, akan terasa sulit jika bukan di waktu yang tepat untuk kita raih. Banyak hal di dunia ini yang harus kita syuruki di luar dari hal yang gak bisa kita raih.”
_-_-_-_-_-_
Suasana pagi seperti biasa tidak ada yang berbeda dari hari-hari biasanya. Kali ini Vannya bangun lebih awal, walau pun hanya punya waktu tidur tidak kurang dari 4 jam. Baginya ia harus terbiasa dengan jam tidur yang semakin tidak karuan ini. Vannya ingin fokus pada studinya yang memang masih ada satu tahun lagi ia di bangku SMA tapi karna tekatnya kuat untuk mencoba salah satu jurusan impian banyak orang yaitu kedokteran membuatnya harus lebih ekstra lagi belajar lebih keras.
“Tumben udah duduk duluan, biasanya lo paling lama turun,” ujar Alam duduk disamping Vannya.
_-_-_-_-_-_
“Ma, Pa Vannya berangkat dulu ya,” ujar Vannya setelah menyelesaikan sarapan paginya.
“Kamu berangkat naik apa?” tanya sang Papa.
“Naik g*jek aja Pa aman,” Vannya berjalan mendekat ke arah Papa dan menyalim tangan pria itu.
“Ini Papa tambahi uangnya,” Papa Vannya memberikan dua lembar uang berwarna merah.
“Makasih, Pa. Tambah sayang deh sama Papa,” Vannya memberikan kecupan di pipi kanan sang Papa.
“Belajar yang rajin, makan siangnya jangan telat ya Kak,” ujar sang Mama.
“Siap, Bos.”
_-_-_-_-_-_
Hari minggu memang menjadi waktu yang pas untuk belajar. Vannya selalu menempatkan perpustakaan kota menjadi tempat ternyaman. Di dalam perpustakaan terdapat bilik-bilik kecil yang hanya bisa di gunakan untuk satu orang saja. Dengan sistem kedap suara yang membuat proses pembelajaran bisa lebih di nikmati.
Kalau di tanya mengapa perpus menjadi tempat paling nyaman, di luar dari situasi yang nyaman. Karena saat kita melihat orang lain belajar seakan membuat kita lebih semangat untuk belajar. Jika Vannya belajar sendirian di rumah akan besar kemungkinan Vannya akan memilih nonton drakor di tempat tidur sepanjang hari.
Mulai dari jam 9 Vannya start belajar hingga sekarang jam menunjukkan pukul 2 siang. Dengan merenggakan tangan kemudian melepaskan kaca mata yang sedari tadi tetap berada di atas hidungnya. Vannya lekas membereskan peralatan belajarnya dan keluar dari bilik tersebut dan berjalan menuju loker untuk memasukkan bukunya ke dalam tas yang menag ada di loker. Setelah itu, Vannya langsung menuju kantin di lantai 6 yang merupakan tempat bersantai.
Vannya membawa nasi goreng dengan es the dari kantin menuju bagian outdoor yang menyajikan pemandangan kota Bandung. Ditemani angin semilir yang menambah kenikmatan nasi goreng itu membuat Vannya mengambil earphone untuk membuat suasana lebih syahdu lagi.
Vannya memutar play list lagu dengan title Damai.
My Heart by Acha Septriasa,Irwansyah.
Vannya menarik senyum tipisnya dan kembali melanjutkan makan siangnya. Ketenangan yang tadinya membuat Vannya merasa damai seketika langsung terusik karna earphone yang ada di telinga kiri Vannya di lepas seseorang yang ada di sampingnya. Vannya mengalihkan pandangannya melihat siapa yang lancang menarik earphone.
.
.
.
Tebak-tebakan siapa yang kira-kira nari earphone Vannya
a. Alingga
b.Bastian
c. Bram
_-_-_-_-_-_
Jangan lupa Vote dan Komen.
PUBLISH 27 DESEMBER 2024
YOU ARE READING
Our Story
Teen Fiction"Annya...." "Iya kenapa Al?" "Ehmmm, lo ada biodata pengurus osis angkatan tahun lalukan?" "Iya ada, kenapa?" "Gue boleh minta biodata Olivia wakil sekertaris angkatan tahun lalu." "Buat apa?" "Gue suka dia." . . . . . "Lo tau gak Al, ada yang confe...
#TF 18~~~
Start from the beginning
