“Malam minggu gue jemput lo,” ujar Ali dan berbarengan dengan lift yang sudah terbuka. Bingun, kaget sekaligus senang di waktu yang bersamaan membuat Vannya tidak fokus dengan jalannya, sampai…..

“Lo jalan pakai mata gak sih Nya,” ujar Ali yang masih menahan Vannya yang hampir saja menabrak tiang listrik di depannya.

“O-ooh, ma—makasih,” Vannya pun langsung memukul kening sambil menggelangkan kepalanya untuk mengembalikan semua kesadarannya.

‘Udah kali Nya, ngapai juga ke gatelan. Ingen Ali udah punya pacar. Bisa aja dia ngajak keluar Cuma buat minta bantuan beliin kado untuk Kak Oliv.’ monolog Vannya dalam hati.

Keduanya menuju supermarket terdekat. Sambil terus menelurusi lorong snack dengan Ali yang ada di belakang Vannya yang membawa keranjang dimana sudah terisi penuh, “ lo tunggu di sini gue ambil keranjang baru dulu.” Ali pun meletakkan keranjang sudah penuh di samping Vannya.

Vannya yang masih fokus melihat snack yang ingin di beli, tiba-tiba melihat ke arah kaca supermarket dimana matanya melihat ke arah seorang wanita dengan lelaki yang sedang berbincang sambil tertawa dimana wanita itu terlihat familiar dimata Vannya.

Dengan langkah pelan Vannya mendekat ke arah kaca, “Nya, lo mau kemana?” Ali yang tiba-tiba datang dari belakang Vannya dan membawa keranjang kosong.

“Oh enggak itu, tadi gue liat orang kayak familiar gitu,” ujar Vannya sambil menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal.

“Siapa? Gak ada orang tuh,” Ali yang sudah mengarahkan pandangan ke luar kaca.

“Oh, tadi-- mungkin udah pergi kali ya. Mending kita kelari belanjanya.” Vannya langsung mending bahu Ali untuk berjalan ke depan.

“Itu tadi Kak oliv kan? Tapi sama siapa.”

_-_-_-_-_-_

“Al, hubungan lo sama Kak Oliv gimana?” Entah terpikir dari mana tiba-tiba Vannya menanyakan sesuatu yang jelas-jelas akan membuatnya sakit hati.

Saat ini keduanya sedang berjalan menuju hotel sambil membawa kresek yang sudah penuh dengan makanan ringan.

“Ya gak gimana-gimana, seperti layaknya orang pacaran,” ujar Ali sambil melihat ke arah Vannya yang memang ada di sampingnya.

“Emang Kak Oliv gak marah, lo keluar bareng kita?”

“Kan gue juga udah bilang bakalan keluar bareng temen-temen dan bilang juga bareng kalian.”

“Emang gak papa gitu, ini kan kita keluar bareng, ada perempuan juga?” Tanya Vnnya yang masih tidak puas dengan jawaban Ali yang dirasa tidak sesuai ekspetasinya.

“Lagian kita punya hubungan apa sih Nya, kita berempatkan cuma sahabat.”

“Tapi gue suka lo Al.”

_-_-_-_-_-_

Hari kedua empat remaja itu menghabiskan waktunya di pantai. Bram dan juga Ali kedua pemuda itu tengah asing menaiki mini speedboats sambil terus mengitari pantai. Sedangkan, Vannya dan Aletta lebih memilih menikmati suasana pantai sambil minum kelapa.

Kedua wanita ini memang sangat ingin bermain ke pantai, namun yang dimaksud bermain di pantai itu duduk-duduk cantik sambil menikmati angina sepoi-sepoi yang membuat siapa saja belah berlama-lama di tempat ini. Namun, keingin keduanya di tolak mentah mentah oleh Ali dan juga Bram mereka beranggapan, “ buat apa main ke pantai jauh-jauh kalau cuma duduk-duduk doang. Mending pergi tempat yang dekat aja gak perlu jauh-jauh sampai nginep di hotel,” ujar Bram saat itu.

Namun, kedua wanita itu masih pada pilihannya untuk tidak ikut main air. Dan disinilah kedua gadis itu sedang asik menikmati kelapa muda serta kaca mata hitam yang bertengger manis masih dihidung mancung mereka.

“Letta gue mau cerita,” ujar Vannya tiba-tiba yang membuat Aletta yang ingin tertidur pun menanggapi dengan deheman saja.

“Semalam Ali tiba-tiba ngajak gue keluar di malam minggu.”

Wait, gimana-gimana. Ali ngajak lo keluar malam minggu?” Aletta pun bangun dari posisi rebahannya sambil membuka kaca mata.

Vannya pun mengangguk mendengar ucapan Aletta, “ lo bisa jelasih detainya gimana bisa sampai lo di ajak keluar gini. Pada hal tuh anak udah punya pacar.”

“Ya, gue juga binggung. Semalam wakti kita berdua ke super market tiba-tiba Ali nanyak gue malam minggu free gak? Ya gue jawab kalau malam minggu gue free, tiba-tiba tuh anak ngajak gue jalan. Aneh banget kan?” Jelas Vannya sambil terlihat binggung.

“Apa mungkin mereka mereka udah putus.”

“Gak mungkin, soalnya gue juga nanyak gimana hubungan mereka. Ali jawab mereka baik-baik aja.”

“Tapi aneh gak sih Nya, kalau di pikir-pikir. Misal nih, gue kalau jadi Kak Oliv pasti bakalan OVT kalau misal cowo gue berlibur sama temen-temennya apa lagi ada cewenya gitu. Apa lagi kita 4 orang dua cewe, dua cowo. Kalau gue jadi Kak Oliv pasti gak bakal gue kasih izin doi gue gitu aja.”

“Yee, itu kan lo. Mungkin beda kalau Kak Oliv. Bisa aja dia pola pikirnya udah dewasa dan meraka saling percaya.”

“Ya Allahnya, kita sama Kak Oliv itu cuma beda satu tahun doang. Pola pikir kita juga pasti gak jauh-jauh dari dia.” Vannya yang mendengar penuturan Aletta hanya bisa mengangguk sambil terus berpikir.

“Tapi ada yang lebih aneh lagi Ta. Semalam waktu gue ke supermarket liat orang yang mirip Kak Oliv lagi jalan sama laki-laki lain sambil gandengan gitu.”

“Apa jangan-jangan Kak Oliv ada selingkuhannya ya,” ujar Aletta sambil menerka-nerka.

“Lo gak boleh nuduh sembarangan Ta, kita gak ada bukti.”

“Tapi, pegang ucapan gue kalau hubungan mereka gak berjalan lama. Kalau mereka putus dalam waktu dekat pokonya lo harus nuruti kemauan gue,”Aletta yang tiba-tiba semangaat saat membahas hubungan orang lain seperti biasanya ‘membahas hubungan orang lain itu lebih menyenangkan, dari pada menjalin hubungan itu sendiri’.

“Kok jadi taruhan gini sihhh,” Vannya yang mulai sebel membahas hubungan orang pun bangkit dari tempat duduknya.

Aletta dengan sigap langsung menahan tangan Vannya, “gak ngerugiin kok, permintaan gue cuma pengen lo deketin Ali lagi sesuai arahan gue. Gimana asik gak?” Ujar Aletta sambil menaik turunkan alisnya.

“Apaan dah, gak jelas banget.”

_-_-_-_-_-_

Jangan lupa Vote dan Komen
PUBLISH 28 JUNI 2024

Our StoryWhere stories live. Discover now