Namun, seakan tuhan tidak membiarkan dirinya tenang tanpa sengaja di ujung lapangan dengan sedikit samar Vannya dapat melihat Ali dan Oliv yang sedang berpelukan dengan sangat nyaman. Posisi itu bertahan sejak awal lagu hingga lagu yang di nyanyikan habis. Vannya yang melihat pemandanga itu pun langsung melepaskan rangkulan Bastian sambil berlari ketengan kerumunan untuk menghindari Bastian dan menuju toilet.

Saat sampai di toilet Vannya tak sanggup untuk menahan sesak yang sedari awal di tahannya. Sambil meremas bajunya yang ada di dada dan satu tangannya membekap mulutnya agar tidak bersuara. Sejak awal Vannya sadar rasa ini salah tuhan, ini terlalu sakit. Tolong ini terlalu sesak.

_-_-_-_-_-_

Setelah puas menggis Vannya pun keluar dari kamar mandi dan melihat lapangan yang sudah sepi. Perempuan itu pun begegas menuju ruang Osis yang dimana semua panitia sedang berkumpul. Vannya bergabung di samping Aletta.
“Lo dari mana aja Nya, udah gue cariin kok gak ada?” tanya wanita itu dengan nada cemas.

“Gue dari kamar mandi.”

“Kok mata lo merah?”

“Iya ini gue udah ngantuk, nguap terus.”

“Suara lo kok serak gitu sih, cerita ngapa nyaa lo___” pembicaraan mereka pun terpotong. “Yang di belakang boleh diam sebentar biar ini evaluasinya cepat selesai.” Ujar Tama dengan nada tegas.

Vannya dan Aletta pun diam tak berkutik. Setengah jam pun berlalu. Acara evaluasi yang sebentar tersebut pun di tutup dan langsung membubarkan semua panitia. Karna tidak mau berlama-lama Vannya pun langsung jalan menuju parkiran setelah berpanituan dengan Aletta dan juga Bram.

Vannya pun berdiri di luar gerbang sambil menunggu sang Adik. Lamunannya terhenti karna mendengar suara plakson motor yang ada di depannya. Vannya pun mengankat kepalanya dan melihat orang yang ada di depannya.

“Lo pulang sama siapa?”

“Gu-gue pulang sama Alam.”

“Mana Alamnya?” Tanya lelaki yang duduk di atas motor itu. Di belakang laki-laki tersebut duduk seseorang wanita yang sejak kedatangannya sudah menarik perharian Vannya.

Tidak berlangsung lama Alam pun datang langsung berhenti di depan motor lelaki tersebut. “Sorry lama,” Alam pun langsung memerikan helm kepada sang Kakak.

“Gue duluan Lam,” ujar lelaki itu sambil membunyikan klakson motornya.

“Yoii Bang.”

“Bang Ali cocok ya Kak, sama Kak Oliv.”

_-_-_-_-_-_

Seperti anak gadis lainnya di hari minggu, Vannya yang tadi malam baru sampai di rumah sekitar jam setengah satu pun baru terbangun di jam 10 pagi. Papa dan juga mamanya tidak membangunkan kedua anaknya di karenakan tahu bahwa keduanya sedang kelelahan karna pulang terlalu malam.

Setelah bangun tidur Vannya langsung turun kebawah mengambil cemilan untuk mengisi perutnya. “Kakak baru bangun?” Vanyya yang mendapatkan pertananya dari sang Mama pun hanya membalas dengan anggukan.

Vannya langsung mengambil air putih dingin untuk menyegarkan tenggorokannya yang sudah kering, setelah di rasa cukup ia pun mengambil apel yang ada di meja makan. “Kalau pagi itu sarapan nasi dulu kak baru nyemil buah,” ujar sang Mama yang masih membersihkan tangannya. “Habis ini mau makan kok Ma.”

“Gimana acaranya lancarkan?”

“Lancar Ma.”

“Tadi malam pulang jam berapa Kak, Mama gak kebangun waktu Kakak pulang.”

“Pulang jam setengah satu kalau gak salah Ma.”

“Tapi di surat di tulis acaranya selesai sebelum jam 12?” tanya sang Mama.

“Jam 12 buat tamu undangan, Kakakkan panitia jadi harus evaluasi sebelum pulang,” jawab Vannya yang di balas anggukan oleh sang Mama.

“Papa mana Ma, kok gak nampak?”

“Ada itu lagi bersihin kandang burungnya.”

Setelah menghabiskan menghabiskan apelnya Vannya pun langsung bengambil piring dan mengisinya dengan nasi dan juga semur ayam di tambah perkedel. “Itu di toples ada kerupuk Kak,” tunjuk sang Mama ke arah toples makanan di pojok meja dekat kulkas. Vannya pun langsung mengambil kerupuk dan memakan sarapannya dengan lahap.

_-_-_-_-_-_

Saat jam sudah menunjukan pukul 4 sore Vnnya mulai bangkit dari tempat tidur dan bergegas kekamar mandi untuk mengambil wudhu dan bersiap melaksanakan sholat asar. Setelah itu Vannya lanjut berganti dengan pakaian olahraga serta turun ke lantai bawah. “Kakak mau ke mana?” Tanya sang Ayah melihat putrinya turun setelah seharian tidak terlihat.

“Mau lari sore Yah,” Vannya pun mengambil sepatu yang memang tersimpan digarasi.
“Sendirian Kak?” Vannya pun melihat ke arah Ayahnya dan menjawab dengan anggukan saja.

“Hati-hati ya Kak.”

“Oke Yah.”

Vannya pun keluar dari garasi dan berada di depan rumah memulai pemanasan terlebih dahulu sebelum memulai lari. Setelah di rasa cukup Vannya mulai mengkahkan kakinya ke luar gerbang, tujuan Vannya kali ini ke taman komplek yang biasanya banyak di gunakan untuk olah raga atau sekedar menghabiskan waktu sore.

Saat jam sudah menunjukkan pukul 5 sore, taman terpantau banyak orang yang berolahraga, bersepeda dan ada juga anak-anak yang sedang bermain kejar-kejaran. Vannya sangat suka dengan suasana seperti ini, tidak panas dan juga tidak mendung sepertinya cuaca sedang mendukung Vannya untuk berolahraga.
Sekitar satu jam berlari mengelilingi taman yang sudah terhitung lima putaran, Vannya pun mulai memelankan larinya dan perlahan jalan santai untuk menetralkan denyut jangtungnya.

“Vannyaaaaa,” terdengar suara dari arah yang berlawanan.

“Sendirian?” Tanya Ali yang sudah ada di samping Vannya.

“Lo liat ada orang lain di samping gue?”

“Gak ada sih.”

Setelah melihat ke arah jam tangan yang di gunakan memperlihatkan bahwa denyut jantungnya sudah mulai stabil Vannya pun mencari tempat yang memang terdapat alat orahraga. Setelah itu Vannya mulai melalukan pendinginan terlebih dahulu dan dilanjut dengan melakukan push up sebanyak 10 kali.

“Kuat juga lo push up,” ujar Ali yang sudah ada di samping Vannya.

Vannya yang mendapat pujian pun hanya diam tak bergeming. Setelah di rasa sudah tidak terlalu lelah Vannya mulai menidurkan kepalanya dan memulai dalam keadaan siap untuk melakukan sit up. “Mau gue bantu?” Tanya Ali yang langsung memposisikan badannya di depan Vannya sambil menatap ke arahnya.

“Lo bisa minggiran gak sih, gue bisa sendiri,” ujar Vannya sambil mendorong tangan Ali yang ada di kakinya.

“Ya elah gue cuma mau bantu lo dong,” Ali pun tetap mengembalikan tangannya ke kaki Vannya.

“Udah buruan ini udah mau sore. Geram gue liat lo sit up tapi kaki lo ngangkat-ngangkat gitu.”

_-_-_-_-_-_

Jangan lupa Vote dan Komen
PUBLISH 15 JUNI 2024

Our StoryWhere stories live. Discover now