“Mbak, maaf banget ini istri saya nelpon katanya anak saya demam tinggi jadi mau dibawa kerumah sakit, jadi maaf ya mbak di cansel aja mbak orderannya. Nanti ada teman saya yang jemput Mbak bentar lagi gak papa mbak?”

“Ehh iya pak.”

“Gak usah kabari temannya. Biar saya aja yang antar cantemer bapak saya temannya kok Pak aman,” ujar Ali yang ada di samping Vannya.

“Ohh iya mas, kalau gitu saya duluan ya Mbak saya buru-buru,” ujar tukang ojek tersebut dan langsung pulang.

“Lo apa-apaan Li,” Vannya pun langsung menyikut perut Ali yang berada di sampingnya.

Akhh

“Pada hal gue anteri gratis lo Nya. Lo lagi PMS yaaa, perasaan seharian lo ngambekan mulu.”

“Apaan sih. Udah lah langsung pulang aja.”

“Kita makan pecal dulu enak kali ya. Udah malam jug gue dah laper.”

“Nanti tambah deras Li, ini mumpung hujannya reda.” ujar Vannya yang terlihat sedang menahan emosi menghapi lelaki satu ini.

“Ya kalau hujan biari aja, nanti juga reda,” ujar Ali sambil berjalan kearah meja tempat pecal lele yang sudah mulai berkurang.

“Pak pecalnya satu.”

“Siap, sebentar ya.”

Vannya pun mendatangi Ali yang duduk santai sambil membuka poselnya. “Lo mau juga gak?”

“Enggak kenyang.”

Krukkk

“Devinisi mulut berbicara tidak tapi perut berkata lain. Bilang aja lo udah laper. Emang kalau lagi dingin gini perut suka keceplosan. Pak pecalnya satu lagi.”

“Ihhh orang gue cuma nunggi lo makan kok.”

“Yakinnn, gue makannya lama loh.”

Tak lama datang pesanany yang Ali pesan ada dua porsi pecal lele yang terlihat menggoda.
“Udah tinggal makan aja sudah,” ujar Ali sambil mendekatkan piring kea rah Vannya.

Ali dan Vannya pun makan dengan keadaan yang diam keduanya fokus pada makanan masing-masing tak ada yang membuka ponsel. “Katanya gak mau tapi makan sampai mulutnya penuh gitu,” ujar Ali sambil mengambil tisu yabg ada di meja dan mulai membersihkan bibir vannya.

Vannya yang reflex langsung mengambil tisu yang ada di tangan Ali. “Itu di bibir lo tadi ada nasi,” ujar Ali sambil menunjuk bibirnya memberi tahu ke Vannya bagian bibir mana yang ada nasi.

“Lo gitu ke semua cewe ya Al?”

“Maksud lo?”

“Itu kayak yang tadi.”

“Ohhh yang ngelap bibir tadi?”

“Ya itu lah.”

“Gak ke semua orang juga. Paling sama orang terdekat aja, kalau gak sama pacar. Lo kan temen gue.”


_-_-_-_-_-_


Setelah kejadian makan berdua dengan Ali, Vannya pun menjadi semakin memberi jarak dengan lelaki itu. Bagaimana tidak pernyataan Ali dua hari lalu seolah menjelaskan kalau keduanya hanyalah teman yang akan terus jadi teman.

“Istirahar kedua nanti kita antar proposal ke ruangan Pak Danu,” ujar Tama yang sedang membereskan meja Osis.

Jam istirahat pertama digunakan anak Osis untuk rapat sebentar yang dihadiri anggota inti dan juga ketua panitia penyelenggara. “Oke, ini proposalnya gue simpen dilemari aja ya, soalnya gue mau ke kantin dulu cari minum,” Vannya pun meletakkan proposal didalam lemari yang memang digunakan sebagai tempat menyimpan berkas-berkas penting.

Setelah itu Vannya, Ali, Bram, dan juga Aletta pergi ke kantin. “Al gue perhatiin lo pacaran sama Kak Oliv tapi kayak bukan lagi pacaran?”

“Ya kita pacaran di luar aja lah, gak usah di bawa-bawa ke sekolah. Biar apa coba, biar di cie-cie in saatu sekolah.”

“Halah bilang aja lo takut ketauan Nyokap lo kan,” ujar Aletta sedikit mengejek Ali.

“Enggak lah nyokap gue juga gak peduli gue pacaran sama siapa.”

Vannya yang memang tidak peduli dengan obrolah yang sedang berjalan pun langsung memesan minuman yang akan di bawa ke kelas karna sebentar lagi akan bel.

“Bu, jus mangganya satu.”


_-_-_-_-_-_


Seperti rencana diawal Vannya dan juga Tama yang memang ketua dan sekertari yang menjadi perwakilan Osisi untuk menghadap Pak Danu selaku kesiswaan.

“Ini udah semuanya Tama.”

“Udah Pak.”

“Kalau seponsor yang kalian dapat udah dapet berapa?”

“Sekarang udah dapet dari beberapa café Pak, ini datanya sudah saya rangkap,” ujar Vannya sambil memperlihatkan daftar sponsor yang di dapat untuk acara kali ini.

“Oke, ini berkasnya secepatnya bakal bapak kabari ke kalian besok atau lusa insyaallah bakal keluar hasilnya. Berapa pun dana yang di kasih dari pihak sekolah Osis harus bisa meng-handel.”

“Kami akan mengusahakannya Pak, tapi kalau boleh dana yang diberikan sesuai dengan rincian dana yang sudah di rangkap Pak.”

“Baik, saya akan mengusahakannya.”


_-_-_-_-_-_


Jangan lupa Vote dan Komen.
PUBLISH 10 JUNI 2024

Our StoryWhere stories live. Discover now