Chapter 31

1.3K 246 23
                                    

Cale yang akan mengambil air didapur tanpa sengaja melihat sebuah foto yang dipajang.

Sebenarnya foto itu berisikan empat orang tetapi foto tersebut terdapat bekas robekan, hanya menyisakan tiga orang lainnya.

Cale yang sudah mengetahuinya hanya diam memandang foto.

Foto ini akan menjadi awal mula jalan cerita Naruto untuk menunjukkan bahwa seorang pahlawan itu ada.

Suara langkah kaki terdengar dibelakangnya.

"Apa kau penasaran dengan foto itu?"

Tazuna berdiri dibelakang Cale.

"Tidak-"

"Hahaha... Jangan terlalu tsundere. Aku tahu sekilas dari wajahmu!"

Tapi aku benar-benar tidak perlu.

Alis Cale tampak berkedut.

Tanpa sepertujuan Cale, Tazuna menceritakan sosok dibalik robekan foto. Tak lain ialah ayah Inari (Kaiza) walau mereka tidak memiliki hubungan darah.

Inari sangat mengagumi ayahnya yang seorang pahlawan. Akan tetapi semenjak Gato mulai menginjakan kakinya di negara ombak, ayah Inari menolak peraturan yang dibuat oleh Gato.

Dia dieksekusi di depan semua orang, termasuk Inari yang menyaksikan jalan eksekusi ayahnya.

Setelah itu baik warga maupun keluarganya sendiri mulai berubah menjadi orang yang pesimis.

Airmata Tazuna mulai mengalir mengingat kejadian yang selalu terlintas dibenaknya.

"Lalu bagaimana pendapatmu mengenai ceritaku?" Tazuna mengusap airmatanya.

Cale yang masih terdiam mulai angkat bicara.

"Mungkin semua orang memandang gelar pahlawan begitu keren dan mengesankan.

Tapi bagiku itu hanyalah sebuah gelar belaka. Karena setiap pahlawan akan membawa beban berat dikedua pundaknya." Cale berbalik dan menatap langsung mata Tazuna.

"Kau tahu apa beban itu Tazuna-san?"

Tazuna terdiam mendengar pertanyaan Cale.

"Beban apa yang kau maksud?"

Cale menutup mata dan perlahan membukanya.

"Kepercayaan tinggi orang lain terhadapnya."

Cale tidak menyadari beberapa langkah kaki mendekat.

"Tapi jika sebaliknya kau tidak bisa menjaga kepercayaan itu, maka orang-orang akan berbalik mencemooh ataupun kecewa terhadapnya.

Karena seorang pahlawan selalu ingin yang terbaik bagi orang lain tanpa memikirkan dirinya sendiri.

Bagiku itu menyedihkan untuk seorang pahlawan Tazuna-san."

Cale masih mengingat gelar pahlawan yang dimiliki dulu olehnya, merasa merinding memikirkan bajingan yang terlalu fanatik dengan legenda.

Ini karena Clopeh sialan!

Mata Tazuna melebar tak percaya.

Dia melihat bahu Cale gemetar.

"Sialan, kenapa aku tidak memikirkan perasaan Kaiza dan menyerahkan semua beban padanya!" Tazuna menangis lebih keras dan memeluk Cale dengan erat.

Cale merasa dirinya akan mati tercekik.

Semua mata tertuju pada Tazuna yang memeluk pemuda cantik yang ikut menangis bersamanya.

Semua orang menitikan airmata.

Kehidupan Ketiga Cale HenituseWhere stories live. Discover now