Chapter 18

2.3K 332 26
                                    

Mata Danzo melebar tak percaya dengan eksekusi yang selama ini dia rencanakan.

'Apa... Mengapa semua orang disini?'

Mencoba menenangkan dirinya seolah tidak terjadi apapun. Dan menatap lurus pada sorot mata kemarahan yang ditujukan Hiruzen padanya.

"Apa yang coba kalian lakukan saat ini?" Nada Danzo terdengar datar ditelinga semua orang.

Senyum mencemooh terdengar dari Hiruzen sendiri.

"Bukankah pertanyaan sejelas itu ditujukan padamu Danzo?"

Danzo seakan menulikan pendengarannya dengan ejekan dari Hiruzen.

"Kami disini hanya menangkap pengkhianat."

"Oh! Sungguh? Dimana kalau boleh aku mengetahuinya." Ucap Hiruzen sama datarnya.

"Tepat dibelakang kalian saat ini."

Itachi mencengkeram erat pedang yang digenggamannya sedangkan Shisui tetap menjaga ekspresi acuh tak acuh.

Tawa sekali lagi terdengar dari Hokage.

"Kenapa kau tertawa apa ini lucu bagimu?!" Danzo seakan tak terima dengan perilaku Hiruzen padanya.

"Ya, ini lucu bagiku. Seorang pengkhianat menuduh orang lain."

"Hiruzen!!!"

"Danzo, hentikan omong kosongmu sekarang juga. Aku sudah memiliki bukti yang membenarkan perilaku burukmu selama ini!!!

Aku sudah mentolerir banyak tindakanmu dimasa lalu. Tapi ternyata kau menusukku dari belakang.

Ini sudah keterlaluan bagiku dan desa ini.

KAU JUSTRU MENGKHIANATI KITA SEMUA DANZO!!!"

Senyum miring tercetak jelas diwajah Danzo.

"Menurutmu begitu? Justru aku mempertanyakan cara kinerja lemahmu itu Hiruzen!!!

Kau tidak bisa mengambil tindakan tegas apapun. Kau hanya seorang pecundang dimataku."

Langkah kaki pelan terdengar diantara perselisihan mereka. Aura yang dikeluarkan terasa menyesakkan udara disekitarnya.

"Langkah tegas, kinerja lemah? Omong kosong apalagi yang dibicarakan orang tua ini?"

Tubuh semua orang gemetar seakan ditindas oleh seorang penguasa tak terkecuali Shisui, Itachi, dan Hiruzen sendiri.

Berbeda dengan yang dialami oleh Danzo. Napasnya terasa sesak dan mencekik lehernya diiringi setiap langkah yang diambil bocah berambut merah.

'Siapa dia?!'

Kalimat itu seolah tertelan oleh udara yang diambilnya.

Danzo jatuh berlutut tanpa disadari olehnya. Mencoba menghirup udara yang bisa dihirup paru-parunya.

"Jangan bercanda! Menggunakan anak-anak sebagai eksperimen, bekerja sama dengan musuh, dan yang terpenting membuka rahasia seorang anak yang seharusnya masih tersimpan rapat.

Ideologimu justru menggelikan dan membuatku jijik."

Mencoba mengangkat kepalanya yang berat. Danzo melihat mata dingin yang belum pernah dia lihat sekalipun dalam hidupnya.

Memandangnya dengan tajam, campuran kemarahan dan emosi yang tidak begitu jelas yang dipancar dari mata coklat kemerahannya.

'Apa-apaan bocah tengik ini!'

"Jadi kutegaskan sekali lagi. Jangan pernah menyentuh keluargaku sekalipun didesa ini."

Cale menepuk ringan bahu Danzo yang terlihat gemetar antara takut dan kemarahan. Tapi Cale tidak peduli apa yang dirasakan orang tua yang ada didepannya saat ini.

Kehidupan Ketiga Cale HenituseWhere stories live. Discover now