Chapter 30

1.2K 276 31
                                    

Kakashi segera tersadar. Dia berada disebuah ruang yang agak luas.

'Aku terlalu berlebihan menggunakan sharingan rupanya.'

Seorang wanita menghampiri Kakashi dengan berkacak pinggang.

"Kau baik-baik saja?"

"Tidak, sepertinya aku akan sulit bergerak beberapa hari."

Wanita itu menyuruh Kakashi untuk tetap beristirahat. Tak lama kemudian beberapa langkah kaki terdengar.

"Kakashi Sensei sudah sadar!"

Sakura perlahan mendekat dan duduk disamping Kakashi.

"Lain kali jangan menggunakan sharingan terlalu berlebihan. Itu akan membebani tubuhmu, Sensei."

"Maaf." Kakashi mengedarkan pandangannya.

"Dimana Cale?" Dia tidak melihat pemuda cantik itu disekitarnya.

"Nii-chan sedang membuatkan Sensei bubur didapur." Naruto duduk tak jauh bersama Sasuke dan Tazuna.

Sakura yang masih penasaran dengan orang bertopeng itu segera bertanya kepada Kakashi.

Kakashi mengatakan bahwa orang bertopeng itu salah satu anggota Anbu Kirigakure dan topeng yang dimilikinya adalah elit pasukan pemburu.

Kakashi mendudukkan dirinya perlahan. Dia memiliki firasat buruk tentang orang bertopeng itu, dan curiga bahwa Zabuza kemungkinan masih hidup saat ini.

Dia mengatakan kepada semua orang kemungkinan bahwa orang itu hanya membawa kabur Zabuza.

Jika orang itu benar-benar pemburu, seharusnya dia hanya cukup membawa kepalanya saja.

Karena jarum yang digunakannya tidak begitu mematikan, sama halnya seperti akupuntur. Mereka mengetahui titik mematikan atau hanya membuatnya seolah-olah dia tampak mati.

Kakashi menugaskan kelompoknya untuk latihan. Dia percaya bahwa anggota timnya mampu mengemban tugas itu.

Naruto tampak bersemangat begitu juga dengan Sasuke meski tetap memasang wajah datar. Sedangkan Sakura terlihat gugup.

"Tak mungkin mereka akan menang melawan Gato." Terlihat seorang bocah berumur 8 tahun mengenakan topi memandang dengan tajam semua orang yang ada didalam ruangan.

"Hei, Inari! Kau dari mana saja?" Tazuna merentangkan tangannya dan bocah itu segera berlari memeluknya.

Wanita itu mengomeli bocah itu karena tidak menyambut tamunya dengan baik.

"Tak apa-apa. Benar, Inari?" Tazuna tertawa sembari mengelus puncak kepala cucunya.

Bocah itu masih memandang tajam semua orang.

"Ibu, mereka akan mati. Mana mungkin mereka akan menang melawan Gato."

"Kau bicara apa, bocah?!" Teriak Naruto tak terima.

"Dengar baik-baik! Kelak aku akan membuktikan bisa menjadi seorang Hokage yang hebat! Pahlawan hebat! Entah itu Gato atau siapapun. Aku tak takut menghadapi mereka!" Ucap Naruto percaya diri.

"Pahlawan itu hanya khayalan. Tak ada yang seperti itu."

Naruto yang sangat ingin menjitak kepala bocah itu, langsung dihentikan oleh Sakura dengan memeluk sekuat tenaga dari belakang.

"Jika kalian tidak ingin mati lebih baik kalian pulang saja. Mau sekeras apapun usaha kalian akan percuma dan mati sia-sia." Bocah itu segera pergi dan tanpa sengaja menubruk seseorang hingga bocah itu terjatuh dan orang yang didepannya juga ikut terjatuh.

Kehidupan Ketiga Cale HenituseWhere stories live. Discover now