Chapter 02

3.4K 434 16
                                    

Ditempat yang tidak dia ketahui hawa dingin menyeruak menusuk kulit putih mulusnya.

Kenapa dingin sekali disini. Apa aku ada dineraka.

Pikirannya semakin kalut dan berkabut.

Bukankah dia berjanji padaku menempatkanku ditempat yang bagus.

Samar-samar dia mendengar suara seseorang. Suara cemprengnya seolah menulikan gendang telinganya. Kelopak matanya terasa berat untuk di buka. Dan mencoba sekali lagi dengan usahanya yang tidak sia-sia. Dia seperti melihat sosok seseorang, memang pada awalnya terlihat masih buram. Mencoba memfokuskan kekuatan matanya. Ternyata hanya seorang bocah berusia sekitar 5 tahun berambut pirang dan bermata kebiruan. Dengan tanda lahir tiga garis pada pipi yang mirip dengan kucing yang agak tirus. Penampilannya juga terlihat agak kuyu.

"Nee-san kau baik-baik saja?" Tanya bocah itu.

Apa yang dia maksudkan?

'Dan tunggu bukankah dia sudah mati tapi kenapa dia hidup lagi. Juga secara aku seperti mengenalnya. Tapi apa aku memang pernah bertemu dengannya?' Cale yang sedang di dalam pemikirannya sendiri tanpa tahu tatapan yang di berikan bocah itu.

"Nee-san ada apa?"

Seolah tersadar dari lamunannya Cale merasa aneh mendengar panggilannya.

" Kau baru saja memanggilku apa?"

" Apa maksudmu Nee-san?" Raut wajah bingung mulai terpampang pada wajah bocah itu.

Tapi aku masih bisa merasakan benda yang berada di kedua pahaku.

Tanpa sadar dia mencoba meraih rambutnya yang panjang sampai sebahu.

Mungkin dia menganggap aku perempuan karena rambut panjangku.

Dengan pemikiran itu dirinya menggangguk paham. Tanpa tahu pada pemikiran bocah itu.

'Dia cantik sekali. Seperti bukan manusia saja.' Mata sang bocah terlihat berbinar kagum.

Cale mencoba memahami keadaannya saat ini, dan melihat daerah sekeliling yang penuh dengan pepohonan rimbun.

"Hei, apa kau tahu ini dimana bocah?"

"Kau tidak tahu?"

"Kita ada di Konohagakure. Bagaimana kau sampai disini?"

Seketika otak Cale tersambar petir.Dia menjadi kaku dan mulai mengutuk Dewa yang tidak pernah berhenti mengganggu kehidupan pemalasnya.

"Jangan memanggilku bocah karena Nee-san juga sama masih bocah!"

"Hah?"

"Cermin, apa kau memiliki cermin?"

"Aku tidak punya. Tapi kalau Nee-san mau disana ada sungai." Bocah itu menunjukan dimana letak sungainya.
Cale segera bergegas kesana dan melihat bayangannya yang terlihat di permukaan air. Wajahnya tetap Cale Henituse yang berbeda hanyalah dia tampak seperti seorang bocah berumur 9 tahun. Dan rambut panjangnya yang dikuncir kuda menggunakan pita hitam khasnya.

 Dan rambut panjangnya yang dikuncir kuda menggunakan pita hitam khasnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

(Tampilan Cale saat ini beserta pakaian yang dikenakannya)



Mata Cale nampak bergetar melihat refleksi dirinya di cermin.

Sial apa yang terjadi padaku. Pasti ini perbuatan Dewa Bajingan itu. Awas saja kau kalau kita bertemu aku akan...

Tanpa sadar tangan Cale mendarat ke dalam saku celananya. Segera dia mengeluarkan benda didalamnya. Dia menemukan saku spasialnya. Melihat isinya yang masih utuh. Senyum Cale tampak manis dan itu tak luput dari perhatian bocah pirang itu.

Mataku rasanya hampir buta melihat senyumnya.


Syukurlah uangku kembali kepadaku dengan ini sebelum perang terjadi aku akan lari menjauh.

Kruuuuu...uuuk~

Terdengar suara perut dari bocah pirang yang tersipu malu.

"Maaf, Nee-san." Cale yang tersadar dari imajinasinya.

"Tunjukan aku dimana tempat terenak untuk makan."

"Hah!"

"Aku akan mentraktirmu."

"Tapi-."

"Tenang saja, karena aku kaya."

"Ah, benar aku belum memperkenalkan diriku. Namaku Cale dan aku laki-laki."

Lagipula margaku bukan Henituse lagi.

Bocah itu nampak shok dengan gender orang yang baru saja ditemuinya. Semburat merah mulai menyebar ke seluruh wajah sampai lehernya.

"A... Aku tidak tahu, maaf."

Cale hanya mendengus geli.

Mungkin hutan ini agak gelap jadi dia tidak melihatku dengan jelas.

Cale hanya bisa menduga pikirannya sendiri berbanding terbalik dengan pemikiran bocah pirang.

Dia terlalu cantik untuk seorang lelaki. Atau jangan-jangan dia menyamar sebagai lelaki? Mungkinkah dia dalam pengejaran?

"Ngomong-ngomong siapa namamu?"

Senyum cerah yang dibuat bocah pirang entah kenapa membuatnya merasakan firasat buruk.





"Ah, namaku Uzumaki Naruto dan cita-citaku akan menjadi seorang Hokage."


Cale mematung dan matanya mulai bergetar.



Omong kosong apa ini?




'Kenapa disaat-saat ini harus bertemu sang protagonis. Entah kenapa aku merasa hidup pemalasku terbang lagi'






"DEWA BAJINGAN SIALAN KEMBALIKAN HIDUP PEMALASKU!"

Kehidupan Ketiga Cale HenituseWhere stories live. Discover now