Bocah itu yang akan mengomeli orang yang menabraknya perlahan terdiam.

Rona merah menyebar dengan cepat dikedua pipinya.

"Si...siapa kau?" Perkataan Inari nampak tergagap.

Didepannya saat ini seseorang dengan rambut semerah darah yang membingkai wajah cantiknya yang tidak pernah dia lihat dimanapun. Yang tidak disadari Inari tampak mangkuk yang melayang seperti ada angin disampingnya.

Orang cantik itu menghembuskan napas lega. Dia segera mensejajarkan dirinya, meletakkan mangkuk yang berisikan bubur disampingnya dan memegang kedua bahunya.

"Apa kau terluka?" Inari menggelengkan kepalanya dengan cepat.

Inari merasakan tepukan lembut pada kepalanya.

"Syukurlah, lain kali berhati-hatilah."

Tepukan itu terasa familiar bagi Inari. Perlahan airmatanya mulai menetes.

Inari yang merasa malu menangis didepan orang lain segera melarikan diri.

Cale yang terlihat bingung nampak panik dibenaknya.

Apa dia kesakitan menabrakku tadi?
Sebenarnya aku juga sakit. Haruskah aku ganti rugi?

"Nii-chan apa kau tidak apa-apa?" Naruto menghampiri Cale yang masih berjongkok dan membantunya berdiri.

"Ya, aku baik-baik saja. Naruto bisakah kau melihat bocah itu sebentar. Apa dia terluka karena aku menabraknya?" Cale mencoba meminta tolong pada Naruto. Dia takut akan dimintai ganti rugi.

Tapi dimata semua orang Cale terlihat merasa bersalah. Padahal sebenarnya bocah Inari yang menabraknya terlebih dahulu.

'Nii-chan terlalu baik. Padahal bocah itu yang menabraknya!'

'Cale Nii-san tidak pernah memikirkan dirinya sendiri.'

'Jadi tidak hanya wajahnya tapi hatinya juga cantik.'

Semua yang ada didalam ruangan merasa kagum pada Cale.

Sasuke dan Sakura juga menghampirinya ikut membantu Cale membawakan bubur.

"Maafkan Inari Cale-san!" Ibu Inari segera meminta maaf.

Cale terlihat tidak mempermasalahkan tingkah bocah Inari itu.

Naruto yang masih terlihat kesal dengan kelakuan Inari segera menghampirinya dilantai atas.

Dia yang akan memasuki kamar Inari segera menghentikan langkahnya. Melihat melalui celah pintu yang terbuka.

Bocah Inari itu tampak menangis tersedu-sedu memanggil sang ayah, dan memeluk sebuah foto.

Naruto mengurungkan niatnya dan kembali turun. Ekspresi muram tercetak jelas diwajahnya.

Dia melihat kakaknya yang menantinya di anak tangga.

Naruto segera memeluknya untuk mencari kenyamanan. Sedangkan Cale hanya membalas dengan tepukan kepala lembut.



***



Kakashi mulai melatih kelompoknya berjalan dipohon. Dia menjelaskan mengontrol chakra dengan tepat dan  memfokuskan chakra yang dibutuhkan pada area telapak kaki.

Pada cobaan pertama Sakura berhasil melakukannya, sedangkan Naruto dan Sasuke masih kesulitan.

Naruto yang merasa dirinya gagal terus, segera meminta saran pada Sakura.

Tanpa mereka sadari bocah Inari itu melihat pelatihan ketiga bocah Genin itu. Setelah agak lama dia akhirnya pergi.

Tapi ada dua mata coklat kemerahan yang mengawasi kepergiannnya.



Kehidupan Ketiga Cale HenituseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang