49 : Cuci Mata

89 18 5
                                    

Ketika Meen bangun kepalanya sangat sakit akibat minuman keras yang dia minum semalam. Dan alangkah terkejutnya dia ketika dia melihat AE tidur dalam pangkuannya. Dia juga merasa ini bukan kamarnya.

Karena AE tidur nyenyak dalam pangkuannya, sehingga dia pikir ini kamar AE.

Meen menggeser sedikit tubuhnya dan melepas pelukannya pada AE. Karena mustahil Ae tidak akan mengamuk jika menyadari posisi mereka saat ini. Dia masih berpikir bahwasanya AE terpaksa tidur dalam dekapannya sebab paksaannya.

Meen memindahkan satu guling untuk menggantikan posisinya dan langsung di peluk erat lagi oleh AE, namun tidak sampai membuat Ae terjaga dari tidurnya. Lantas dia berjalan ke kamar mandi untuk mandi dan berganti pakaian. Saat Meen masih berada di kamar mandi, Ae terjaga dan tidak melihat Meen di  atas ranjang "Senior." Panggil Ae pelan namun cukup nyaring jika terdengar dari ruangan tertutup, tapi sepertinya Meen tidak mendengar seruan AE. Namun AE mendengar suara gemercik air di kamar mandi dan sehingga AE yakin jika sekarang Meen sedang mandi.

Kini AE duduk di bibir ranjang, mengamati isi kamar tamu yang jarang dia tempati, sesekali dia akan melihat kearah pintu kamar mandi.

Dinding kamar ini berwarna putih dan ornamen hitam yang terlihat sangat elegan.

Tiba-tiba Ae mendengar suara aneh di balik pintu kamar mandi yang masih terdengar gemericik air shower. Ae yakin jika itu adalah suara pria tinggi itu. Suaranya terdengar aneh, terdengar seperti orang merintih menahan rasa sakit sehingga membuat AE khawatir. Suaranya sayu-sayu dengan rintihan perih dan terdengar sangat menyakitkan. Auto panik AE dibuatnya hingga dia berusaha menggedor pintu kamar mandi itu cukup keras, pikirnya Meen mungkin terjatuh dan pingsan di kamar mandi atau mungkin sudah terjadi sesuatu yang lebih parah dengan Meen, "Senior, buka pintunya." Teriak Ae yang benar-benar semakin khawatir namun pintu itu tidak juga terbuka.

Suara Meen semakin terdengar tertahan dan semakin pedih di indra pendengaran Ae. Jujur Ae semakin panik, terlebih lagi saat ini Meen menyebut namanya berulang kali dengan cukup jelas dan tentu dengan suara yang masih tertahan pedih. "Senior. Buka pintunya." Teriak Ae lagi dengan kecemasan yang semakin tinggi karena kali ini tidak hanya rintihan yang AE dengar tapi juga suara dinding yang di pukul rendah. Tentu Ae pikir mungkin Meen pingsan dan jatuh lalu tidak bisa berdiri karena rintihannya semakin  terdengar bersahutan dan semakin berat. Ae masih menggedor pintu kamar mandi itu bahkan kali ini AE mencoba mendobrak pintu kamar mandi itu dengan bahunya, agar pintu itu bisa terbuka.

Kepanikan AE benar-benar sudah tidak bisa dia kendalikan hingga tidak sadar dia berhasil mendobrak pintu kamar mandi itu setelah mencobanya berulang kali. Saat pintu itu terbuka, Ae melihat Meen yang masih berdiri di bawah air shower yang di nyalakan tidak terlalu besar dengan tubuh telanjang sempurna. Sedangkan Meen langsung menoleh saat pintu kamar mandi itu terbuka paksa, dengan satu tangan bertumpu pada dinding kaca sementara satu tangannya yang lain sedang memegang kejantanannya yang penuh dengan busa dan sedang  berdiri sempurna melawan gravitasi. Itu tampak jelas dimata AE, "Besarnya..." Gumam dia setelah menelan ludah, kemudian keduanya sama-sama terperanjat kaget, AE auto putar badan sementara Meen segera menutup kejantanannya dengan kedua tangannya. "Ma-maaf senior... Aku gak sengaja!" Jelas AE seraya berjalan cepat menuju pintu keluar.

Blamnnn! Ae menutup pintunya itu dengan kuat, sementara Meen masih terpaku di posisi yang sama. Setelahnya Meen menjerit dalam diam, malunya dia.

⏩⏩

Kini AE sudah berada di kamarnya, pemandangan tentang Meen yang telanjang bulat masih terlihat jelas dimatanya, bahkan visual kejantanan Meen masih tampak jelas dimatanya. Lantas Ae menutupi wajahnya dengan kedua tangannya, merona parah wajahnya terlebih ketika memorinya membayangkan kejantanan Meen masuk kedalam tubuhnya.

Only You! Where stories live. Discover now