07 : Langkah Kecil

197 38 7
                                    

"Sampai kapan kamu begini kepadaku? Ini sudah 2 tahun asal kamu tahu!" Ujar dia kepada Yai yang sedang membawa buku banyak, lalu Mangkorn datang menghalangi setiap langkah kakinya. Jika tidak begini, maka dia tidak akan bisa bicara dengan Yai. Tapi ini malah membuat Yai semakin kesal, semakin malas dia bertemu dengan Mangkorn. Mana Mangkorn tidak sendiri, ada Ja dan Joong yang berdiri tidak jauh dari posisi mereka.

Brakhhh, Yai meletakkan buku di tangannya di kursi koridor kampus yang tepat berada di sisi kirinya.

"Sebenarnya apa maumu?" Tanya Yai sinis.

"Aku mau hubungan kita mulai dari awal. Sumpah, aku merindukan hubungan kita yang dulu!"

Yai smirk, "Hubungan dulu yang bagaimana? Kau yang menjadikan aku sebagai barang taruhan?" Jelas Yai semakin sinis, kedua tangannya sudah berada di pinggang, menatap tajam pria yang lebih tinggi dari dirinya.

Saint dan Joong saling melirik, baru tahu dia kalau dulu Mangkorn menjadikan Yai sebagai barang taruhan. "Pantas saja Yai membenci Mangkorn..." Monolog mereka dalam hati.

"Itu bukan taruhan, aku hanya mengerjai kamu," Ucap Mangkorn membuat Yai jengah, semakin benci dia kepada pria yang pernah dia sukai.

"Hubungan kita sudah berakhir, dan sekarang hubungan kita tak lebih dari orang asing. Jadi berhentilah MENGANGGUKU!" Ucapnya dia meninggi nada bicaranya untuk kata terakhir. Bosan dia terus di kejar Mangkorn, sakit hatinya terlanjur dalam sehingga susah untuk ditutupi. Perasaan suka dan cintanya amat murni tapi nyatanya Mangkorn malah menjadikan dia mainan. Alasan dia sederhana, katanya karena Yai terlalu sombong. Sombong karena mentang-mentang terlahir dari anak orang kaya, pokoknya segala keburukan ada pada diri Yai. Dulu memang bisa dikatakan kalau Yai sombong tak berhati, tapi kan bisa dinasehati baik-baik. Dia juga tidak sepicik itu, pikiran dia juga tidak pendek. Buktinya dia bisa berubah.

"Aku tidak pernah menganggu kamu, aku hanya ingin kita baikan!" Sarkas Mangkorn lugas.

"Tapi aku tidak mau balikan denganmu!"

"Bukan balikan, tapi baikan! Kepedean banget sih jadi orang. Aku memang menyukai mu tapi bukan berarti aku mau kita menjalin kasih. Memangnya kamu tidak bisa menterjemahkan kata-kataku, percuma punya otak cerdas tapi tidak dipakai. Atau jangan-jangan kamu berharap kita balikan, hembn?" Jelas Mangkorn panjang lebar membuat wajah Yai memerah seketika, karena berdasarkan sikap Mangkorn terhadap dirinya fix dia mau balikan. Atau dia yang salah paham?

"Mau baikan kek, balikan kek, aku sudah tidak sudi berhubungan denganmu! Titik!" Tandas Yai kemudian mengambil buku tadi.

"Minggir!" Maki Yai karena lagi-lagi Mangkorn menghalangi langkah kakinya.

"Kita baikan atau kamu mau aku membuat satu kampus mengucilkan mu?" Ancam Mangkorn tidak sulit bagi dia membuat Yai dikucilkan, tinggal dia gerakan pasukan fanbase nya.

Yai smirk, dia tidak takut. "Memangnya mereka berani membully aku yang merupakan putra pertama Mean Phiravich Attachitsataporn? Boleh saja asalkan begitu tamat kuliah, mereka akan kesulitan mendapatkan pekerjaan!"

"Memangnya kamu pikir hanya keluargamu saja yang kaya, kamu lupa aku dan teman-temanku juga berasal dari keluarga berada. Kita satu level jika kamu lupa. Beda lagi jika kamu berasal dari keluarga kalangan atas seperti Bright dan kawan-kawan," Balas Mangkorn semakin melangkah maju sehingga membuat Yai melangkah mundur. Tapi kemudian Yai berhenti melangkah.

"Tapi keluarga mereka masih dibawah pamanku, Mark Siwat Jumlongkul! Belum lagi pasangan pamanku yang siapapun pasti kenal. Perth Tanapon Shukumpantanasan! Sedikit saja kamu bermain api denganku, maka aku tak akan segan-segan membuat kobaran api itu membakar dirimu!" Jelasnya penuh penekanan pada setiap kata-katanya, dia tersenyum senang karena dia mampu membungkam Mangkorn. Setelahnya dia pergi dengan perasaan puas meninggalkan Mangkorn yang baru tahu fakta kalau Yai keponakan Mark Siwat, atau dia yang lupa. Entahlah, tapi sepertinya dia yang memang tidak menyelidiki Yai secara dalam. Dia hanya tahu Yai itu anak tiri Mean Phiravich Attachitsataporn.

Only You! Where stories live. Discover now