17 : Terungkap

210 50 10
                                    

Begitu sampai di rumah keluarga Panich, Ae segera keluar dari mobil tanpa menunggu Meen. Dia sudah tidak sabar ketemu Nunu.

Meen sendiri heran di buatnya karena Ae langsung berlari cepat menuju pintu, seolah-olah dia sudah sering main kesini.

"Papa...!" Seru Ae mencari Nunu di dalam rumah, karena dia tidak melihat Nunu di ruang tengah akhirnya dia berlari ke dapur, biasanya jam segini Nunu lagi masak makan malam. Benar dugaannya Nunu sedang berkutat dengan pekerjaannya dibantu ART keluarga Panich. Dia sudah hapal seluk rumah ini, sudah sering main ke sini soalnya.

Brughh!
Ae memeluk Nunu begitu saja dari samping.

"Kakak kangen papa..." Katanya manja kepada mantan calon mertuanya.

Nunu sempat kaget, namun begitu mendengar suara yang berkata dia langsung tahu kalau pemilik suara itu Ae. Segera dia hentikan kegiatannya lantas membalas pelukan Ae.

"Kapan kakak pulang?"

"Sebulan yang lalu..."

"Terus kenapa gak menghubungi papa atau langsung main ke sini, hembn? Takut bertemu dengan Meen yah?" Katanya kini sudah mengajak Ae duduk di kursi meja makan yang satu ruang dengan dapur.

Sementara itu Meen masih belum mengerti dengan apa yang terjadi. Dia heran dengan Ae yang kelihatannya sangat dekat dengan papanya. "Apa mereka saling kenal?" Batin Meen bertanya dalam hati lalu mengambil tempat duduk di seberang Ae. Netranya tidak pernah beranjak dari Ae dan Nunu.

Ae mengangguk untuk pertanyaan Nunu, dia senang Nunu masih sama perlakuan dia dengan 2 tahun yang lalu, malah semakin sayang.

"Lalu bersama siapa kakak ke sini? Bersama Nara?" Dia bertanya seraya mengusap lembut pipi tembem Ae, sayangnya dia kepada calon mantan menantunya.

"Bersama putra papa..." Jawab Ae kemudian melirik Meen, hanya sebentar. Dan itu sukses membuat Nunu kaget tidak percaya.

"Kok bisa? Ketemu dimana?"

"Tangan mu kenapa? Berantem sama siapa? Jangan bilang kamu berantem dengan kakak," Kata Nunu lagi padahal pertanyaan tadi belum sempat Ae jawab.

"Papa kenal dengan Ae? Kok bisa?" Tanya Meen balik, tercetak jelas ketidaktahuan di wajah tampannya.

Kini jidat Nunu berkerut dan alis mata Ae yang nyaris bertemu. Detik berikutnya Nunu dan Ae saling melirik, hanya sebentar sebab detik berikutnya dua orang itu segera menatap Meen. Yang di tatap malah semakin tampak bingung dengan dadanya yang mulai berdebar-debar.

"Tentu saja papa kenal dengan Ae, dia mantan tunanganmu!" Jelas Nunu merasa pertanyaan Meen itu tidak masuk akal tapi tetap dia jawab.

"Hah? Heh? Papa bilang apa?" Tanya Meen semakin bingung dia. Sumpah, dia gagal paham.

"Kok hah heh hah heh sih? Ae itu mantan tunangan kamu. Masak kamu sudah lupa? Perasaan baru 2 tahun kejadian itu berlalu. Dan kamu sendiri yang mengakhirinya. Terus sekarang kamu malah bingung," Omel Nunu tidak habis pikir dengan Meen.

Mata Meen mengerjap-ngerjap, otaknya lagi bekerja keras.

"Tapi Ae orang yang aku suka papa... Dia bukan mantan tunangan aku. Jika memang dia tunanganku, mana mungkin aku membatalkan perjodohan itu. Aku menyukai Ae papa... Dialah orang yang selama ini aku cintai," Ungkap Meen akhirnya beberapa detik kemudian mereka sadar kalau ada miskomunikasi diantara mereka selama ini.

"Jangan bilang kalau selama ini kamu tidak tahu siapa tunangan kamu?" Maki Nunu kepada Meen yang dia pikir kenapa bisa bodoh banget.

Meen menggeleng, "Aku hanya tahu kalau dia putra Perth Tanapon. Mengenai hal lainnya aku tidak tahu, berikut nama dan rupanya!" Jelas Meen tak pernah beranjak iris gelapnya dari Ae yang tidak bisa dia artikan tatapan mata Ae.

Only You! Where stories live. Discover now