23 : Kesempatan Kedua

287 34 4
                                    

Yai mengangguk lantas dia balas pelukan AE dengan lebih erat seraya menyesapi aroma tubuh AE. Yai masih trauma, walaupun tidak separah dulu. Itu berkat dukungan serta kasih sayang keluarganya terutama orang tuanya.

Ae mengusap hangat punggung Yai, dia benar-benar menyesal dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Sementara itu yang lainnya hanya diam membisu, mereka ingin bertanya lebih jauh lagi tapi sepertinya untuk saat ini mereka lebih baik diam.

"Kakak mau pulang?"

Yai segera menggeleng, dia sudah bisa menenangkan dirinya lantas dia kembali melanjutkan acara makannya.

"Aku minta maaf ya kak..." Ucapnya penuh sesal lantas kepala Yai dia usap.

"It's okey baby... Never mind!" Betapa lembutnya dia kepada sepupunya.

Dan semenjak tadi iris gelap Mangkorn menatap penuh arti Yai, setidaknya sekarang dia sudah tahu kenapa Yai tidak bisa memberikan dia kesempatan tuk memulai semuanya dari awal. Sepertinya dia harus mencari tahu kejadian 3 tahun yang lalu. Bajingan mana yang sudah menggunakan namanya. Pada kenyataannya memang bukan dia sebab jika memang dia, sudah lama nyawanya hilang.

Keluarga Perth dan Mean tidak sebaik itu, berbeda dengan keluarga Mark.

Hal ini tentu saja diketahui oleh keluarga Yai dan Perth, namun apapun itu, semuanya memang terjadi karena Mangkorn.

⏩⏩

"Lagi ngerjain apa?" Tanya Meen pada AE yang duduk sendirian di taman. Iris gelapnya fokus menatap layar monitor dan jari jemarinya bergerak cepat menekan keyboard.

Ae harus mendongak melihat Meen, lalu kini Meen mengambil tempat duduk di sebelah AE.

Melihat Meen berkeringat, AE mengambil tisu dari dalam tasnya lalu dia seka keringat Meen. Dia seka mulai dari pelipis sampai ke lehernya. Meen diam dengan tenang, senang dia pujaan hatinya memperlakukan dia seperti ini.

Iris gelap Meen bergerak menatap layar monitor laptop AE, ternyata AE sedang mengerjakan C++.

Ae lagi menunggu Hearth, tapi karena menunggu itu membosankan makanya dia kerjakan tugas kuliahnya tuk mengusir rasa bosannya menunggu Hearth.

"Butuh bantuan?" Tawar Meen pada AE yang sudah selesai menyeka keringatnya. Cuaca hari ini memang cukup panas.

Ae menggeleng, dia bisa mengerjakannya sendiri. Selain itu, dia juga lagi mikir, kenapa dia menyeka keringat Meen? Memangnya Meen itu apanya dia? Jika begini Meen bisa berpikir kalau dia sudah memaafkan Meen. Sudah dia maafkan sih, tapi kan ceritanya dia mau membuat Meen berjuang untuk mendapatkan dia.

"Masih ada kuliah?"

Ae menggeleng, dia kembali mengerjakan tugas kuliahnya yang akan dikumpulkan minggu depan.

"Kalau begitu kenapa belum pulang? Menunggu aku ya?"

Tatapan AE langsung sinis, kepedean sekali Meen.

"Kalau tidak menunggu aku, terus menunggu siapa?"

Ae tidak menjawab pertanyaan Meen, ceritanya dia lagi mode mempersulit Meen untuk mendekatinya. Dia mengabaikan Meen. Dan itu sukses membuat Meen bingung, secara tadi AE bersikap manis terus sekarang malah dingin, salah dia apa juga coba?

"Perasaan kegiatan klub mulai minggu depan, atau sekarang kamu lagi gabut makanya..."

"Berisik amat sih, orang lagi belajar tapi malah di gangguin..." Potong AE kini menyudahi kegiatannya, lagipula dia sudah selesai.

"Siapa juga yang gangguin, tapi aku malah mau bantuin." Masih Meen tanggapi dengan baik walaupun sedari tadi sikap AE jutek.

"Tidak, terima kasih! Aku gak butuh bantuan senior! Ada gak ada senior hidupku tetap baik-baik saja. Bahkan sangat baik jika senior tidak ada dalam hidupku." Ae ahlinya jika bersikap dingin, jutek dan judes.

Only You! Where stories live. Discover now