46 : Makan Malam

106 19 6
                                    

Hari ini Meen menemui AE, dia tunggu di depan kelasnya. Ada setengah jam lamanya dia menunggu.

Begitu dia melihat AE, segera dia hampiri. Membuat yang dihampiri terperanjat kaget. Meen menyadari itu, dia pikir AE takut bertemu dengannya.

"Apa kita bisa bicara sebentar, jika kamu tidak mau juga tidak apa-apa, aku tidak maksa." Meen jadi lebih hati-hati semenjak kejadian 3 bulan yang lalu. Dia bahkan memikirkan setiap ucapan dan tindakannya pada AE, jadi jatuhnya formal.

Ae mengangguk mengabaikan Belle dan Lilly yang berbisik sambil meliriknya. Apapun yang dua orang itu katakan, dia tidak peduli dan akan dia abaikan seperti biasanya. Anjing kalau gak di kasih makan, lama-kelamaan juga mati.

Kini AE mengekor dibelakang Meen yang tampak sering menghela nafas. Meen membawa AE ke kursi berjejer di depan kelas tempat mahasiswa mahasiswi IT nongkrong atau menunggu matakuliah berikutnya. Karena jam sudah menunjukkan pukul 12:05 pm, jadi wajar jika di sana tampak sepi mengingat yang lainnya sudah pada pergi mencari makan.

Kini mereka sudah duduk bersisian, lantas Meen mengeluarkan kotak bekal makan siang kemarin.

"Terima kasih banyak untuk sandwich yang kemarin, sandwich nya enak." Tentu kotak bekal itu tidak kosong, ada isinya. Yaitu sekotak susu coklat.

Ae hanya mengangguk ringan sembari mengambil kotak bekal itu dari tangan Meen.

Setelahnya dua orang itu kembali canggung, sebenarnya ada banyak hal yang ingin mereka sampaikan namun kata-kata itu hanya tertahan di sanubari.

"Sebenarnya sebagai ucapan terima kasih, aku ingin mengajakmu makan siang." Tutur Meen setelah tiga menit berlalu.

"Maaf, aku tidak bisa, aku sudah janji makan siang bersama Abang Noah. Mungkin sebentar lagi dia datang." Tolak AE menahan gejolak kupu-kupu di perutnya.

Meen mengangguk kecewa, tapi detik berikutnya dia kembali mencoba peruntungannya. "Lalu bagaimana dengan makan malam?" Tanya dia hati-hati tidak menaruh harapan tinggi takut nanti terhempas oleh kenyataan yang pahit.

Ae menggigit bibir bawahnya sembari berpikir. Dia memikirkan apakah nanti orang tuanya mau memberikan dia izin untuk pergi makan malam dengan Meen? Bagaimana dengan kembarannya? Kalau Pinnara mah, dia orangnya easy going, yang penting AE bahagia.

Selagi dia berpikir, Noah datang. Membuat AE dan Meen kelabakan, takut Noah marah. Tahu sendirilah, Noah itu suka menyelesaikan masalah dengan jalur instan.

"Aku yang mengajak AE ketemuan, jadi kamu jangan memarahi AE." Bela Meen pada Noah yang belum bicara sepatah katapun.

Noah memutar bola matanya dengan malas, "Lalu sekarang, apa kau sudah selesai bicara dengan kembaranku? Soalnya aku mau mengajak dia makan siang."

"Sedikit lagi, aku lagi menunggu jawabannya." Terang Meen memandang AE yang sudah berdiri di sisi Noah.

"Jawaban apa?" Noah memang bertanya pada Meen namun tatapan matanya mengarah pada AE.

"Itu... Senior mau mengajak aku makan malam, apakah boleh?" Ucap AE cepat-cepat tak ingin Meen yang bicara.

"Terus kenapa belum dijawab, bukankah itu hanya butuh jawab mau dan tidak mau? Butuh waktu juga untuk menjawab pertanyaan sederhana itu?" Tidak habis pikir Noah yang terbiasa berpikir cepat secepat dia mengambil keputusan.

"Aku berpikir lama karena aku harus memikirkan perasaan papa dan kamu?" Kesal AE dengan alis yang bertekuk.

Setelahnya Noah menjentikkan keningnya, "Bukankah tempo hari sudah aku bilang, aku dan papa lagi belajar menerima Meen. Itu artinya kami sudah merestui hubunganmu dengan Meen. Soalnya kami tidak bisa melihat kamu yang suka mengurung diri dikamar dan hemat kata pada kami. Bahkan tanpa kamu sadari, kamu tidak pernah tersenyum tulus pada kami. Intinya kami tidak ingin kamu mati perasaan pada kami lantaran cintamu pada Meen kami matikan." Lugas Noah panjang lebar membuat yang mendengar tersipu malu, terutama AE. Dia bahkan berusaha menutup mulut Noah. Sedangkan Meen hanya bisa menahan  senyum bahagia yang berterbangan cupid love di sekitarnya.

Only You! Where stories live. Discover now