21 : Wild

318 45 8
                                    

Baru saja Perth hendak memutar ganggang pintu, pintu kamar Ae terbuka, ternyata yang keluar itu Mark.

"Ae baru saja tidur," Jelas Mark tahu kenapa Perth ingin menemui Ae, mungkin Perth ingin menenangkan Ae yang menangis. Di depan Perth mungkin dia tersenyum dan tertawa. Namun pada kenyataannya Ae terluka. Sesuai keinginan Perth, Ae mendiamkan Meen, dia abaikan bahkan dia hindari. Baru sebulan, namun lukanya sedikit demi sedikit membuat Ae berubah.

"Apa aku egois?"

"Kamu selalu egois!" Jelas Mark kepada Perth yang terdiam.

"Kamu selalu memutuskan semuanya seorang diri, padahal ada aku di sisimu. Jika aku boleh tahu, apa fungsi ku dalam hidup mu selain sebagai penghangat ranjang?" Kata Mark terdengar kasar. Mungkin Mark sudah jenuh dengan Perth yang tidak mengandalkan siapapun selain dirinya sendiri. Perth terlalu mandiri.

"Jika fungsiku hanya sebagai penghangat ranjang, mari kita pisah!" Sambung Mark serius kepada Perth yang sedari tadi hanya diam. Manik gelap Mark mulai terasa panas sedangkan Perth sudah berkaca-kaca.

Perth menelan ludah, pada akhirnya Mark pun meminta lepas dari dirinya. Semua orang yang dia sayangi, selalu pergi dengan cara mereka sendiri.

"Aku tidak akan menuntut apapun, aku hanya akan membawa anak-anak!" Tambah Mark berharap Perth menolak keras perpisahan ini.

Perth menunduk, dia tahan air matanya yang mendesak untuk jatuh, sepertinya tahun ini ulang tahunnya tidak ada Mark, maupun putra-putranya.

Perth kembali menatap Mark setelah dia berhasil menenangkan dirinya yang emosional hebat. "Iya, ayo kita pisah!" Respon Perth terdengar goyah suaranya. Dia tidak akan menahan Mark apalagi menolak perceraian ini. Karena dia ingin Mark sendiri yang mengakhiri hubungan ini agar rasa sakit yang Mark terima tidak sesakit rasa di hatinya.

Hening namun mereka saling bersitatap dengan emosional. "Kamu benaran gak cinta sama aku?" Itulah pertanyaan yang tertahan di tenggorokan Mark. Dia tidak menyangka Perth setuju dengan perpisahan ini.

"Kalau begitu selamat malam..." Imbuh Perth kemudian berlalu pergi meninggalkan Mark yang masih berdiri terdiam. Sudah sebulan lamanya mereka pisah ranjang.

Mark menatap punggung Perth yang semakin menjauh, padahal Perth ingin Mark menahannya sedangkan Mark, dia ingin Perth berbalik arah dan berlari ke pangkuannya serta berkata, "Aku mencintaimu phi, jadi jangan tinggalkan aku!"

Tanpa mereka sadari, Pinnara mendengar pembicaraan mereka. Dia menangis dalam diam tanpa sepengetahuan orang tuanya.

⏩⏩

Tok tok tok...
Ada yang mengetuk pintu kamar Perth, siapa lagi kalau bukan Mark.

Tok tok tok...
"Perth... Ayo tidur bersama untuk terakhir kalinya!" Pinta Mark berharap malam terakhir ini membuat mereka tidak jadi pisah.

Tok tok tok...
Mark kembali mengetuk pintu kamar Perth, dia menghela nafas sembari memutar ganggang pintu. Ternyata pintu kamar Perth tidak dikunci. Ada kelegaan di hati Mark pintu kamar Perth tidak dikunci. Dia pikir Perth sengaja tidak mengunci pintu kamarnya.

Langkah kakinya mantap memasuki kamar Perth. Sebenarnya ini kamar mereka berdua, tapi semenjak mereka pisah ranjang ini menjadi kamar Perth seorang.

Begitu dia sudah berada di dalam kamar, tidak dia jumpai Perth dimanapun termasuk kamar mandi.

Dia segera keluar, kebetulan pada saat dia keluar kamarnya, dia bertemu dengan Best.

"Perth mana?" Tanya dia to the point.

Best menggendikkan bahunya, dia tidak tahu Perth kemana. Ini saja dia datang kesini untuk menemui Perth.

Mark mengernyit, dia tidak percaya. "Kamu orang kepercayaannya, tidak mungkin kamu tidak tahu dia berada dimana?"

Only You! Where stories live. Discover now