57.Tertangkap!

34 3 0
                                    

"Abang yakin?".tanya ummi memastikan sekali lagi

"Resikonya terlalu besar nak,ummi khawatir hal buruk terjadi".ujar ummi cemas

"Damar yakin mi,damar akan hati hati".damar kembali meyakinkan ummi nya,memang langkah yang dia ambil beresiko bagi dirinya maupun Wulan,namun hanya dengan cara itu yang menurutnya sangat sesuai dengan kondisi saat ini.

"Ummi do'akan yang terbaik".ucap ummi pasrah

"Nak!".panggil Abi Ayub lalu memegang bahu damar

"Abi percaya sama kamu....tolong bawa anak dan calon cucu Abi pulang dengan selamat".ucap Abi sambil menatap tajam wajah damar

"Pasti Abi,do'akan damar".

Setelah berpamitan,damar masuk kedalam mobilnya,di sana sudah ada Zidan yang berpakaian seperti agen CIA

"Semua sudah sesuai?".tanya damar

"Sudah pak,semua sudah di posisi masing masing".

"Berangkat!".

Mobil mereka melaju ke arah yang di tuju,yaitu sebuah kontrakan yang berada di pinggiran kota dalam desa yang cukup terpencil.

Untunglah Wulan selalu membawa ponselnya, sehingga keberadaannya bisa dilacak.

Hampir satu jam perjalanan, akhirnya mereka sampai di pintu masuk kedalam hutan,dua pohon besar yang berdiri berhadapan seperti pintu gerbang masuk kesana.

"Pak,ada bekas ban mobil, sepertinya itu baru".ucap Zidan setelah selesai memeriksa jalan yang akan mereka lalui

"Kita berada di jalan yang benar".ucap damar masih dengan wajah dingin dan tatapan tajam.

Sekitar 200 meter kedalam hutan, terlihat sebuah rumah yang cukup besar,cat nya sudah memudar,dan banyak bekas rumput liar berserakan yang baru beberapa hari di tebas asal asalan di halaman rumah itu,dan juga terparkir satu mobil Avanza warna putih di sana.

"Mereka pintar berkamuflase,rumah ini bukan rumah kontrakan biasa. Ini tempat mengeksekusi".ucap damar dengan tatapan tajam menyusuri tempat itu dari jarak 60 meter

"Maksud bapak?".tanya Zidan

"Lihat!, setting tempatnya tidak normal, menurut mu,untuk apa orang membangun rumah di Tengah hutan jauh dari keramaian hanya untuk di kontrakan?".

"Aahh iya benar".zidan setuju setelah melihat lebih jeli tempat itu lagi.

"Saya akan masuk,tunggu aba aba dari saya, Pastikan earphone mu terpasang dan berfungsi dengan baik".

"Baik pak".

Damar melangkahkan kakinya tanpa ragu,berjalan terus sampai tiba di ambang pintu.

Damar menarik nafas sejenak lalu masuk kedalam.

Bau amis dan udara lembab adalah hal pertama yang menyambutnya. Di dinding dan lantai ruang depan rumah itu terdapat bercak darah yang sudah mengering bahkan menghitam.

Damar terus masuk kedalam, memeriksa satu persatu ruangan tersebut.

Tersisa satu ruangan yang berada di belakang, ruangan belakang terlihat lebih bersih dan rapi,ada dua ruangan lagi dan satu sofa kecil di situ.

Saat sedang memperhatikan tempat itu,damar mendengar suara minta tolong yang nyaris tidak terdengar.

"Wulan!". Dengan cepat damar menuju sumber suara yang berasal dari kamar kedua paling pojok,namun pintunya terkunci.

"Wulan???....sayang kamu didalam?".panggil damar sambil terus mencoba membuka pintu kamar itu.

"Maas,mas damar".panggil Wulan sambil menangis

Damar & WulanWhere stories live. Discover now