42.Pemakaman

36 4 0
                                    

Damar serasa tidak menapak pada bumi saat mendapat kabar dari ummi bahwa ummah telah berpulang.

Dengan susah payah dia mencoba keluar dari ruangannya menuju lift.
Dengan nafas yang terasa sesak dia bersandar di dinding samping pintu lift.

Dia tidak bisa lagi membendung air mata yang sudah menumpuk dimatanya,perlahan butiran demi butiran air mata tumpah membasahi pipinya.

"Ya Allah,,apa sebenarnya yang engkau rencanakan.sebegitu percayanya kah engkau kepada pundak rapuh wulan.mengapa engkau memberinya ujian sebesar ini ya Allah"...lirih damar sambil menahan isakan

Zidan yang melihat hal itu tentunya sangat terkejut,damar yang dikenal minim ekpresi terlihat menangis sesegukan.niatnya mengantarkan berkas malahan mendapati atasannya menangis tanpa suara didekat liftnya.

"Maaf pak damar,kalau boleh saya bertanya bapak kenapa?".tanya Zidan khawatir

"Zidan..hiks".leher damar tercekat karena menahan isakan,rasanya susah untuk sekedar bernafas

"Bapak kenapa?".tanya Zidan Semakin khawatir

"Mertua saya..... meninggal pagi ini zid".jawab damar susah payah

"Innalilahi wainnailaihi roji'un,ya Allah".jawab Zidan terkejut dan turut prihatin

"Say..a...minta tolong,antarkan saya ke..kerumah duka zid".damar serasa sudah tidak mampu lagi menahan isakan nya,sekuat tenaga dia menahan bahkan sampai mengigit bibirnya sendiri hingga berdarah

"Ya Allah pak, hentikan,bibir bapak berdarah".ucap Zidan panik

"Jangan pedulikan saya,tolong antarkan saya Sekarang".ucap damar dengan nada tidak santai bercampur tangis

"B...baik pak,maaf".jawab Zidan,
Zidan memapah damar menuju mobilnya.

Sepanjang koridor damar menjadi pusat perhatian para karyawannya,namun dia tidak menghiraukan hal itu,yang penting sekarang cepat pulang.

***

Sesampainya dirumah duka,damar melihat rumah mertuanya sudah penuh oleh para pelayat,dia dengan langkah berat masuk kedalam rumah,dengan mata yang sembab dan rambut acak acakan dia melihat kesekitar, terlihat Abi,ummi dan Daffa sudah berada di sana.

Lalu dimana Wulan,dimana istrinya itu,damar menghampiri orang tua nya sementara Zidan menunggu diluar sembari mengumumkannya di group kantor.ucapan bela sungkawa silih berganti diucapkan karyawan damar.

"Ummi...hikss..Wulan mana?".tanya damar lirih

"Belum datang nak, mungkin sebentar lagi,kamu yang sabar ya".jawab ummi dengan derai air mata sambil memangku Daffa,anak itu hanya diam tidak mengerti apa apa.

Tak berselang lama terdengar sirine ambulans mendekat,jantung damar semakin tidak karuan, kehilangan sosok mertua yang dia anggap seperti ibu baginya sangat membuat nya terluka.

Damar,kedua orang tua beserta pelayat lainnya keluar dari rumah,
Jenazah ummah di sambut dengan tangisan para pelayat dan terutama ummi,tangisnya pecah saat melihat jenazah ummah Mutiah yang dibawa masuk oleh petugas rumah sakit dan beberapa bapak bapak yang ikut melayat.

Dari dalam sana juga keluar seorang perempuan yang di papah oleh abinya,badannya bergetar hebat karena menangis,abinya pun tak kalah kacau, terlihat dari mata beliau yang sembab dan bajunya yang kusut.

Damar langsung menghampiri abi dan mengambil alih untuk memapah wulan,belum sampai kakinya masuk kedalam rumah,melihat jasad Ummahnya sudah tertutup kain,Wulan tak kuasa menahan dirinya, badannya lemas,belum menyangka bahwa ummah nya telah pergi untuk selamanya,damar semakin mempererat pegangan nya pada bahu wulan,beberap saat kemudian perempuan itu jatuh pingsan.

Damar & WulanWhere stories live. Discover now