RoMH 43 - Masa Lalu Ariel 2

262 44 2
                                    

Jangan pernah kalian melewatkan 1 kata pun di cerita ini. Karena kalian akan melewatkan clue-clue yang penting

Anak kecil itu terlihat berumur di atas Ariel. Jadi Ariel merasa aneh. Apakah saat sebesar itu, Ariel akan tetap babak belur juga?

"Adik ... bisakah kau membantuku?" tanya anak laki-laki itu.

Ariel melihat sekitar dan memiringkan kepalanya, seolah bertanya. "Mana ibumu? Mana orang yang menyiksamu?"

Namun, anak kecil itu tidak menjawab pertanyaan yang tidak dikeluarkan Ariel. Dia malah membuka jendela lebar-lebar, menahannya dengan tongkat kayu dan segera melompat melalui bingkai. Napasnya terengah-engah saat sudah mendarat di lantai. Sementara Ariel menatapnya dengan penasaran, laki-laki itu segera meraih kayu pengganjal dan menutup jendela rapat-rapat.

Setelah dirasa aman, anak laki-laki itu memandangnya dan menghela napas panjang. "Syukurlah. Terima kasih sudah membukakan jendelanya."

Ariel hanya menatap anak laki-laki itu dalam diam. Ariel hanya berpikir bahwa mereka senasib dan sangat bagus untuk melihat orang lain yang juga menderita sepertinya.

Namun, berbeda dengan respons Ariel, anak laki-laki itu terlihat heran dan menatap Ariel dari atas ke bawah. "Apa kau ..." Anak laki-laki itu lagi-lagi memandang Ariel dari atas ke bawah. "... diculik juga?"

Ariel hanya mengerutkan alisnya dan menggelengkan kepalanya. Ariel pernah mendengar bahwa penyihir adalah makhluk yang suka menculik anak-anak. Maka, Ariel menjawab bahwa dia tidaklah diculik.

Entah apa yang dipikirkan anak laki-laki itu. Anak laki-laki itu lagi-lagi diam, sementara Ariel selalu menatapnya tanpa henti. Napas anak laki-laki itu berembus kasar. Alisnya mengernyit, dan anak laki-laki itu melihat sekitarnya dengan saksama. Melihat kunci yang tergantung di pintu, anak laki-laki itu segera berlari ke sana dan menguncinya rapat. Setelah dirasa aman, dia kembali menatap Ariel. "Apa kau tinggal di sini?"

Ariel menganggukkan kepalanya dengan cepat.

Anak laki-laki itu lagi-lagi terdiam. Dia menatap ke sekeliling kamar, dan melihat betapa kusam dan tidak terawatnya ruangan yang digunakan anak kecil ini. Bahkan pakaian yang digunakan Ariel amat sangat tidak layak. Seperti secarik kain lap yang dipakaikan kembali setelah puas mengepel lantai. Rambutnya tidak terawat, beberapa bagian tubuhnya babak belur. Anak laki-laki itu mendekati Ariel kembali, dan memperhatikan bahwa banyak bagian dari tubuhnya yang berdarah dengan luka yang sedikit dalam. Anak laki-laki itu mengulurkan tangannya untuk menyentuh luka itu.

Namun, reaksi Ariel sangat kuat. Ariel melotot, memejamkan matanya rapat-rapat dan tubuhnya gemetar kuat. Tapi Ariel tidak mencoba untuk menjauh. Dia hanya diam dengan postur siap dipukuli.

Bukannya pukulan, yang dirasakan Ariel adalah usapan lembut dari jari kecil seseorang. Bulu mata Ariel gemetar sebelum matanya perlahan terbuka dan mendapati wajah anak laki-laki di hadapannya terlihat khawatir.

"Apakah sakit?" tanya anak laki-laki itu, mengusap lukanya dengan lembut.

Rasanya perih. Anak laki-laki itu menyentuh tepat di lukanya, bukan di sekitar lukanya. Namun, perasaan saat anak itu menyentuhnya dengan lembut, membuat hati Ariel menghangat.

Ariel lupa.

Tepatnya, sejak kapan dia diberikan sesuatu yang membuat hatinya hangat seperti ini?

Saat dia berumur 3 tahun?

Tidak. Ibunya selalu memeluknya setelah memukuli. Tapi, pelukannya sangat erat hingga akan meremukkan tulang Ariel.

Apakah saat tetangganya datang dan melemparkan makanan padanya saat dipasung?

Rebirth of My Husband [Kelahiran Kembali Suamiku]Where stories live. Discover now