RoMH 12 - Aku

1.9K 147 11
                                    

Yang aku benci saat menghadiri pesta adalah; make over.

Entah saat aku masih aku yang badjingan atau diriku yang sekarang ini, keduanya sangat membenci pesta. Mandi yang sangat lama, menggunakan aromaterapi dan lain sebagainya. Walaupun pijatan dari pelayanku lumayan enak, namun tetap saja mengesalkan.

Aku harus berendam lama dan setiap sudut tubuhku dibersihkan. Entah itu jari kaki dan jari tanganku, atau pun setiap sudut di rambutku. Pokoknya, semuanya harus bersih dan mulus.

Ini sudah menjadi ritual keluarga Thompson. Keluarga Thompson memang bukan keluarga yang paling berkuasa atau sejajar dengan orang-orang kalangan teratas. Namun, karena kerapihan dan penampilan keluarga Thompson, hal itu membuat orang-orang kalangan atas juga tidak bebas untuk menghina keluarga Thompson.

Penampilan lah yang utama. Perlakuan orang lain bergantung terhadap bagaimana kamu menghargai penampilanmu.

Dan keluarga Thompson memegang prinsip itu seumur hidupnya.

"Tuan, sudah selesai."

Suara bariton di atas kepalaku membuatku membuka mata dan menghela napas panjang. Aku terduduk, meraih jus yang diberikan oleh pelayan dan menghabiskan sisanya. "Bagaimana dengan Ariel?" tanyaku pada pelayan tua yang sedang melayaniku di pemandian.

Pelayan tua itu hanya membungkuk. Sebuah senyum tipis terukir di wajahnya. "Nyonya sedang bersiap."

Aku mendengus melihatnya yang merespons dengan senyum hangat. "Apa kau senang?"

Mendengar pertanyaanku, pelayan itu pun makin membungkukkan tubuhnya. "Pria tua ini meminta maaf karena-"

"Sudahlah," aku mengibaskan tanganku, lalu bangkit dari kolam pemandian. Ucapanku pasti terdengar sinis untuknya. Tentu saja mereka semua senang karena Ariel pada akhirnya bisa menghirup udara bebas setelah bertahun-tahun terkurung di rumah.

Handuk khusus mandi masih dipakai olehku, sementara pelayan itu tetap membungkuk di hadapanku. "Karena suasana hatiku sedang baik, kau boleh bersenang hati tentang ini."

Pelayan tua itu menyentuh dada kirinya sambil berkata, "Terima kasih, Tuan."

Aku membuang napasku.

Sebenarnya, aku tidak dalam suasana hati yang senang sama sekali. Entah kenapa, aku merasa gelisah dan frustrasi sendiri. Ini hanya acara amal, apa yang perlu membuatku gugup di sana?

Memang, kata "amal" dalam acara tersebut hanya digunakan untuk pemanis saja. Sejatinya, itu adalah pesta para kalangan atas yang diberikan fasilitas untuk memperbanyak relasi. Lalu, apa yang sedang kutakutkan, sekarang?

"Nyonya benar-benar cantik!"

"Nyonya selalu cantik! Hanya saja, kali ini terlihat lebih segar!"

"Haha, hentikan! Berapa kali kalian akan memujiku?"

Aku baru saja keluar dan mendengarkan percakapan ceria itu segera setelah membuka pintu.

Biar kujelaskan.

Aku kaya? Tentu. Rahasia umum.

Rumahku besar? Tentu saja. Untuk apa kaya jika aku tidak memiliki rumah yang besar?

Salah satu fasilitas di rumahku adalah pemandian yang luas ini. Pemandian ini bisa kugunakan kapan saja jika aku ingin bersantai. Entah itu pemandian air dingin atau panas. Karena rumahku luas, pemandian ini dibagi menjadi dua. Yaitu pemandian untuk pria dan wanita. Pemandian ini kedap suara. Tentu saja aku yang memintanya. Jaga-jaga jika aku melakukan s3ks dengan wanita yang kubawa. Dan, memang saat dibangun pun, aku meminta agar kedap suara. Karena ruangan ini digunakan untuk relaksasi.

Rebirth of My Husband [Kelahiran Kembali Suamiku]Where stories live. Discover now