RoMH 35 - Mencintaimu

766 55 4
                                    

Seharusnya, Erick dapat mencegahnya.

Erick sudah tahu sedari awal.

Bahwa dia dikutuk.

Semua yang mencintainya pasti akan mati.

Dan semua yang dicintainya juga akan mati.

Erick terbawa suasana. Erick terlalu menikmati bagaimana rasanya dicintai dengan sepenuh hati.

Ariel tidak pernah meninggalkannya. Walaupun kesempatan datang berkali-kali, Ariel tetap tidak meninggalkannya. Wanita itu malah dengan sukarela membantunya dan tetap berada di sisinya. Erick tidak mengantisipasi datangnya kutukan yang sudah pasti ini. Erick terlalu terhanyut dalam pelukan hangat Ariel, hingga dia bahkan tidak memiliki waktu untuk memikirkan kutukannya.

Erick menundukkan kepalanya di antara kedua tangannya yang saling bertautan. Ariel sedang tertidur di atas ranjang rumah sakit dengan kepalanya yang diperban, sementara Erick duduk di sofa dengan harapan bahwa Ariel akan segera siuman dan menyambutnya dengan senyuman kembali. Napas tenang dari Ariel, tidak membuat Erick tenang juga. Keheningan di ruang rumah sakit ini entah kenapa terasa berisik di dalam pikirannya. Erick tidak dapat melakukan apa pun kecuali menyalahkan dirinya sendiri atas tragedi yang menimpa Ariel.

Pintu rumah sakit digeser terbuka. Dia melirik ke arah pintu dan mendapati Diego yang terlihat pucat saat berjalan ke dalam dengan sebuah dokumen di tangannya. "Bos," bisiknya, menyerahkan dokumen di tangannya. "Wanita yang berada di pesta, apa kau ingat?"

Erick menurunkan tangannya, melirik Diego dengan tajam. "Jalang itu? Ada apa dengannya?"

Diego menelan ludahnya dengan susah payah. Entah kenapa dia merasa lebih takut pada Erick daripada presiden. "Apakah Anda tahu? Dia adalah istri dari keponakannya presiden."

Erick tetap dalam tatapan tajamnya, tidak gemetar sedikit pun dengan ucapan Diego. "Lalu? Kau datang hanya untuk menyampaikan itu?"

Diego menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Melihat Erick yang gelap dan suram ini, membuat Diego kehilangan sosok bosnya yang friendly. Diego hanya dapat melihat aura gelap mengelilingi bosnya. "Wanita itu ... meminta permintaan maaf dari Anda. Dan jika Anda tidak segera memohon maaf, maka-"

"AHAHA!" Erick tertawa, lebih tepatnya berteriak kesal dengan nada tawa. Dia tersenyum miring, matanya menyorot dingin saat memandang Diego. "Meminta permohonan maaf? Setelah istriku memecahkan kepalanya hanya untuk menolong anak sialan itu?"

Diego gemetar, namun dia tetap berusaha menjawab. "Bos, kita tahu politik itu menyeramkan. Jika salah langkah, kita bisa mati!" keluh Diego. Mati yang dikatakannya menyiratkan jika perusahaan mereka akan kehilangan investor dan orang-orang akan memandang jelek perusahaan Erick.

Namun, Erick berkata dengan tidak peduli. "Mati?" tanyanya. Senyuman miringnya berubah menjadi seringai. "Kau memberikan ide yang sangat brilian, Diego."

Diego mengerutkan alis, ingin bertanya apa maksud dari ucapan Erick. Namun, gerakan di atas ranjang membuat mereka segera mengalihkan pandangannya pada Ariel. Diego dapat melihat kegelapan di sekeliling Erick menghilang saat dia segera berdiri dengan tergesa dan menghampiri Ariel.

"Ariel, kau sudah sadar?"

Ariel mencoba bangun dari tidurnya dan bergerak dengan gelisah seolah ingin turun dari ranjang.

"Hei, ke mana kau akan pergi?" tanya Erick, menahan tangan Ariel yang malah memberontak dengan lemah. "Ariel, kau harus tetap tidur."

Ariel menggelengkan kepalanya, tangannya berada di bibirnya, membungkam dengan kuat. "Muntah. Toilet," katanya, susah payah.

Rebirth of My Husband [Kelahiran Kembali Suamiku]Kde žijí příběhy. Začni objevovat