RoMH 38 - Takut

419 57 10
                                    

Ariel agaknya tidak tahu di mana tempat dia yang seharusnya. Di awal pernikahan, Ariel menjadi seperti istri nyata dengan pernikahan yang nyata pula. Sebelum Erick berubah menjadi orang yang menyiksanya dan juga menariknya ke dapur untuk menjadi pembantu sekaligus istri yang kesehariannya hanya mengangkang di atas kasur dan disiksa oleh Erick setiap hari.

Ini sudah memasuki waktu sebulan semenjak pertengkaran antara Erick dan Ariel. Kepala Ariel bahkan masih belum sembuh dari rasa sakitnya. Namun, Ariel harus tetap bekerja di dalam rumah untuk memasakkan Erick makanan dan menontonnya makan di barisan para pelayan.

Erick tidak berhenti meliriknya, namun Ariel memutuskan untuk menundukkan kepalanya dalam-dalam, enggan menatap Erick.

"Apa yang kau inginkan?"

Ariel mengedipkan matanya, mengangkat kepala sejenak dan kembali menundukkan kepalanya, enggan menjawab pertanyaan yang sudah pasti ditujukan padanya. Erick masih menatap Ariel, tidak melepaskan sorot tajamnya pada wanita yang sudah sebulan ini menghindari interaksi dengannya.

BRAK!!

"APAKAH KAU AKAN BERTINGKAH TERUS MENERUS?!" Kehilangan kesabaran, Erick menggebrak meja makan kuat-kuat dan membentak Ariel di hadapan seluruh para pelayan.

Ariel menghela napas panjang dan menutup matanya sejenak. Dia tidak berjengit terkejut sama sekali, sementara para pelayan di belakangnya sudah ketakutan dan ingin kabur.

"JAWAB AKU, BAJINGAN!?" Tidak puas dengan amarahnya, Erick bangkit dari kursinya, mendekati Ariel yang masih berdiri di tempatnya dengan acuh tak acuh. "Kau membutuhkan permintaan maafku?! Huh?!" bentaknya sambil meraih wajah Ariel, membuat Ariel terpaksa harus mengangkat wajahnya.

Erick terlihat tersentak sejenak. Rahangnya mengetat saat mendesis kesal. "Ada apa dengan tatapanmu itu?!" sentaknya lagi, membuang wajah Ariel ke samping.

Ariel mendelik, dia menatap Erick tajam sebelum menghela napas panjang, mencoba menenangkan dirinya sendiri. "Hentikan. Kepalaku sangat pusing untuk bertengkar, hari ini."

"Kepalamu sangat pusing?" Erick kembali meraih wajah Ariel, mencengkeram pipi wanita itu kuat-kuat. "Kau beralasan pusing hanya untuk menatapku dengan sorot seperti ini?!"

Ariel menepis tangan Erick dengan kuat. "Hentikan! Aku lelah, Erick!"

Itu adalah pertama kalinya Ariel menepis tangan Erick dengan kuat. Perasaan tidak nyaman segera menggerogoti seluruh tubuh Erick hingga pria itu merasa tubuhnya mendingin. Matanya kembali beralih menatap Ariel hanya untuk mendapatkan sorot mata tajam penuh kebencian dari wanita itu.

Ada sesuatu yang menggelitik di belakang punggung Erick. Siapa pun yang melihat Erick sekarang, dapat menemukan bahwa kejadian selanjutnya akan berakhir tidak baik. Keduanya sama-sama menatap tajam, namun udara di sekitar Erick jauh lebih gelap dan matanya bersinar lebih tajam. Erick mengulurkan tangannya dengan cepat, meraih tangan Ariel dan menggenggamnya kuat-kuat.

"Akh!" Ariel mengaduh kesakitan. Namun, dia kembali menatap Erick dengan tajam, penuh dengan permusuhan.

"Siapapun ..." Erick berbicara dengan perlahan dan penuh intimidasi saat menatap pelayan satu persatu. "Jangan ada yang datang ke lantai atas."

Lantai atas adalah kamar Erick. Mendengar ucapan pria itu, Ariel yang diseret pergi oleh Erick segera menarik tangannya kuat-kuat, memberontak dari Erick. "Tidak mau!! AKU TIDAK MAU TIDUR DENGANMU!!"

Itu adalah kalimat yang biasa diucapkan oleh Ariel setiap Erick ingin menidurinya. Namun ini adalah pertama kalinya Ariel berteriak keras untuk menolak tidur dengan Erick.

"SIAL! APA MASALAHNYA?!" teriak Erick, mendorong dan hampir membanting tubuh Ariel ke lantai.

Ariel mendesis nyeri, lututnya terluka. Namun, belum selesai ia memeriksa titik kesakitannya, Erick segera meraih rambut Ariel, menjambaknya ke belakang agar Ariel dapat menatapnya. "Kau sangat menyebalkan hari ini, kau tahu itu?! Kau pikir kau siapa bisa menolakku?! Huh?!" bentaknya, membuang kembali kepala Ariel.

Rebirth of My Husband [Kelahiran Kembali Suamiku]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang