RoMH 13 - Terdiam

1.9K 135 10
                                    

Setelah menyelesaikan urusan tubuh bagian bawahku selama berpuluh-puluh menit, akhirnya aku keluar kamar mandi dengan lesu dan langsung diatur oleh pelayan-pelayanku agar aku segera berpakaian dan bersiap.

Setelah menata rambut dan lain sebagainya, aku menunggu Ariel yang masih berdandan. Memakan beberapa camilan yang ringan, agar aku tidak kebelet saat di pesta.

Dan saat Ariel turun dari tangga rumah dengan gaunnya yang simple dan elegan, aku tahu kegelisahan yang kurasakan ini datang dari mana.

Aku menelan ludahku dengan sudah payah. Mataku menatap Ariel dari bawah sampai atas. Kaki yang jenjang dan mulus itu sudah tidak terlihat luka bekas cambukan. Para pelayan mungkin sudah mengurusinya dengan make up. Hanya saja, paha mulus Ariel yang sedikit terlihat dari gaun pendeknya, membuat tubuhku tegang luar biasa.

Dan tubuhku semakin kaku melihat pinggang Ariel yang tercetak dan juga belahan dadanya yang sedikit terlihat. Kakiku bergerak naik turun di tempat saat melihat lekukan-lekukan indah itu. Dan aku hampir berhenti bernapas melihat wajah Ariel yang didandani dan juga rambutnya yang tertata begitu indah.

Ini ... sangat parah, bukan?

Di pesta sangat banyak orang. Dan bagaimana jika orang-orang melihat-

"Erick?"

Panggilan itu membuat pikiran rumitku terhenti. Aku mengerutkan alisku dalam-dalam dan berdiri di hadapan Ariel yang sudah berdiri tepat di depanku. Mataku menatap ke atas dan ke bawah secara terang-terangan. Aku menelan ludahku dengan susah payah. "Bukannya gaun ini terlalu terbuka? Bukannya akan tidak sopan jika datang seperti ini?"

Mata Ariel yang dirias pun berkedip pelan. "Benarkah?" Dia menatap tubuhnya sendiri dari atas hingga ke bawah, menyentuh beberapa bagian, lalu menatapku.

Aku hanya menganggukkan kepalaku dengan yakin.

Tapi Ariel kami yang seperti malaikat ini sudah lama tidak keluar rumah. Dan dia dengan cerdasnya menatap 2 pelayan hama di belakangnya sambil bertanya, "Haruskah kita menggantinya lagi?"

Aku menggaruk alisku dan menggerakkan kakiku naik turun, menahan emosi dan keinginan berbicara pada Ariel agar tidak menanyakan itu pada para pelayan.

Seperti yang kuduga, dua hama itu langsung berteriak tidak setuju.

"Nyonya, Anda ini akan pergi ke pesta! Pesta!"

"Betul! Anda harus menggunakan pakaian seperti ini! Jangan khawatir, di sana pun akan ada banyak orang yang lebih terbuka dari Anda!"

"Ya! Aku setuju! Lagi pula, pestanya akan dimulai sebentar lagi dan make up Anda disesuaikan dengan gaun!"

Dan Ariel kita yang seperti malaikat pun, kembali berkedip dengan ragu dan menatapku. Aku hanya mengetatkan rahangku dan tersenyum tipis. "Begitukah?" tanyaku, merespons 2 hama yang sedari tadi mengoceh itu.

Dua hama yang mendengar suara bernada gelap dariku pun segera bergidik ngeri dan berdiri di belakang Ariel. Aku hanya tetap tersenyum kaku dengan urat-urat yang muncul di dahiku.

"Erick," panggil Ariel. "Jika kau tidak menyukainya, aku akan menggantinya. Tapi, apakah tidak apa-apa jika kita terlambat datang? Atau ...."

Nada ragu Ariel di akhir kalimat, membuatku tahu ke mana arah pembicaraan Ariel. Dia pasti akan mengorbankan dirinya dan menyuruhku untuk pergi dengan wanita lain. Tentunya, Ariel memiliki perasaan sakit yang timbul setelahnya. Tapi, demi kenyamananku, Ariel rela merasakan rasa sakit itu. Ariel terlalu terbiasa dengan diriku yang badjingan. Dia terbiasa untuk mengalah dan mengorbankan perasaannya untukku.

Aku hanya dapat menghela napas panjang untuk merespons ucapan Ariel. "Sudahlah. Aku juga sudah lelah lama menunggumu. Dan wanita-wanita panggilan tidak bisa dihubungi dengan mendadak. Mereka bersiap lebih lama darimu. Jadi alternatif mana pun, semua akan percuma."

Rebirth of My Husband [Kelahiran Kembali Suamiku]Where stories live. Discover now