RoMH 18 - Bahwa

1.7K 128 8
                                    

"Apa ... maksudmu?"

Suaraku semakin dan semakin mengecil saat mendengar ucapan Ariel.

Ariel tersenyum cerah mendengar ucapanku. Matanya berkedip perlahan sebelum menutup sepenuhnya dan tubuh Ariel terjatuh dalam pelukanku.

Segera, aku mengguncangkan bahunya. "Ariel!" seruku, namun Ariel tidak kunjung bangun. "Ariel!!"

Napasku tersendat saat aku tidak kunjung mendapatkan respons dari Ariel.

Bagaimana bisa Ariel mencintaiku sebelum pernikahan kami?

Aku yakin kita tidak pernah bertemu sebelumnya. Aku yakin pertama kali kita bertemu adalah saat kami menikah.

Tapi, Ariel mencintaiku jauh sebelum pernikahan kami?

"Ariel!" aku kembali mengguncang bajunya. Ariel hanya menggeliat pelan dan tidak membuka matanya sama sekali.

Jantungku berdegup dengan kencang.

Ada alasan kuat mengapa aku bisa begitu panik mendengar ucapannya.

Kesalahpahaman terbesar dihidupku.

Aku selalu menuduh Ariel menginginkan harta kakekku. Aku selalu menuduh Ariel tidak ingin menceraikanku adalah karena harta yang kumiliki. Aku selalu berpikir bahwa Ariel adalah wanita yang tidak patut diberikan uang sepeserpun.

Tapi ... dia mencintaiku sebelum pernikahan kami?

"Aku tidak menginginkan uangmu!"

Suara Ariel di masa lalu tiba-tiba menggema di kepalaku. Ingatanku jatuh pada hari di mana aku menyakitinya.

Hari di mana Ariel benar-benar memohon dengan sangat amat putus asa padaku.

Hari di mana aku menikahi wanita lain juga.

"Erick, tidak bisakah kau mempertimbangkannya?!"

Aku memang memiliki banyak wanita di masa lalu. Namun, ada satu wanita yang benar-benar dapat mengusik Ariel. Wanita yang kupikir sangat cantik dan mempesona. Aku menyukainya pada pandangan pertama dan salah satu yang sangat sering aku bawa ke rumah.

Disney.

Aku masih mengingatnya. Istri keduaku dan juga orang yang mati di tanganku.

Ariel tidak pernah menyukai kehadiran Disney di rumah. Penderitaan Ariel adalah kebahagiaanku. Karena itulah, kuputuskan untuk menikah dengan Disney tanpa persetujuan siapa pun.

"Ini urusanku. Apa yang membuatmu berpikir bahwa kau bisa menghentikanku?" Aku ingat. Malam itu, aku telah selesai melakukan sumpah pernikahan dengan Disney dan kami akan menghabiskan malam di rumah yang juga dihuni oleh Ariel.

Ariel sangat panik ketika aku memberitahunya untuk memberikan kamar mewah untuk Disney tinggal. Aku juga menjelaskan jika aku sudah menikah dengan Disney, saat itu. Ketika Ariel mengikutiku ke kamar, aku yang badjingan itu malah tersenyum senang menikmati keputusasaan Ariel.

"Erick, kumohon." Ariel memang selalu menangis. Namun hari itu, Ariel benar-benar menangis kencang hingga napasnya bahkan terdengar berat. Di hadapanku, dia berlutut dengan tangannya yang saling bertautan, memohon padaku. "Kumohon lepaskan Disney. Kumohon, Erick. Kau bisa memukulku, kau bisa mengurungku di kamar mandi, atau jika kau benar-benar menginginkanku pergi dari rumah ini, aku akan melakukannya ... Kumohon, Erick ... Kumohon ...."

Ariel tidak berhenti memohon padaku. Melihatnya menangis hingga gemetar dan sesak seperti itu, membuat aku yang badjingan tersenyum miring dengan senang. Sambil melepaskan jas dan dasi yang kugunakan, aku yang badjingan hanya duduk di atas kasur dan menatap Ariel yang masih berlutut. "Entahlah. Aku sangat mencintainya. Kau pikir, tawaranmu lebih menarik daripada rasa cintaku?"

Rebirth of My Husband [Kelahiran Kembali Suamiku]Where stories live. Discover now