A Little Chit-chat

116 22 25
                                    


Suguru menatap jam dinding kamarnya. Pukul 01.00 pagi. Ia menguap, menyeduh teh panas di hadapannya, dan memutuskan untuk tetap bangun hingga Panda dan Maki kembali ke berpatroli.

Ia membawa cangkir tehnya ke arah beranda kamarnya. Baru saja ia menaruh teh di atas meja, pintu kamarnya diketuk seseorang.

Suguru berjalan ke arah pintu dan membukanya. "Oh? Tumben."

"Gue baru sampe 10 menit lalu," Nanami berjalan masuk melewati Suguru. "Gue mau ngobrol."

"Kita juga."

Tiba-tiba Toji dan Sukuna muncul di hadapan Suguru. Kedua berjalan masuk dan melewati Suguru dengan tenang.

Suguru mendengus dan menutup pintu. Ia berjalan mengikuti Nanami, Toji, dan Sukuna ke beranda.

"Kamar gue tiba-tiba keliatan kecil, deh," Suguru mempersilakan Sukuna duduk tapi ia menolak. "Gede-gede banget lo semua."

"Lo pikir lo enggak?" Toji tertawa kecil dan bersandar di pagar beranda.

Suguru duduk dan menyalakan rokok. Nanami yang sudah duduk lebih dulu membuka bungkusan makanan yang berisi odeng.

"Laper banget, Nanamin?" tanya Suguru sambil menyeruput tehnya.

Nanamin tidak menjawab, melainkan bicara soal hal lain. "Kita harus meninggalkan Jujutsu High."

Kedua alis Suguru terangkat, begitu juga Toji.

"Jujutsu High sudah tidak aman. Kita harus mencari tempat lain. Serangan Mameha terbukti fatal dan menghancurkan banyak bagian dari sekolah ini. Master Tengen juga tidak bisa melindungi sekolah ini, bahkan 80 persen pun," ucap Nanami sambil memotong fish cake dengan sendok plastik.

"Terlalu banyak residu cursed spirit di dekat sini. Rata-rata Special Grade 1. Mameha banyak mendapat dukungan dari mereka, bahkan mungkin mereka berfungsi sebagai bala tentaranya. Jika itu benar, area sekitar sini akan berantakan."

"Sampai sekarang, lawan seimbang Mameha adalah Toji. Bukan Sukuna, ataupun Satoru. Kembali lagi ke masalah utama, Toji bukan target Mameha, tapi Satoru. Satoru pun bukan target utama Mameha, melainkan Utahime. Sekeras apapun Toji melawan, Mameha akan tetap mencari keduanya dan menghiraukan Toji."

"At least Toji bisa menghambat pergerakan Mameha, Nanamin," Suguru menyilangkan kakinya. 

"Kita harus tetep cari motif utama, karena itu yang paling pen—"

"Paling enggak kita enggak ada di sini, Suguru. Enggak satu tempat," Sukuna menyela sambil membakar rokoknya. "Kita mencar. Kita bagi tim. Jadi, damage yang diperkirakan enggak akan sebesar itu."

"Mameha tau Satoru di sini, Suguru. Dia pasti tau Satoru sedang melakukan pemulihan di sini," timpal Nanami.

Suguru terdiam. Ia memikirkan sesuatu.

"Berpencar bakal bikin kita kacau, Nanami," Toji buka suara. "Gue pikir, kita tetep di sini. So far, ini tempat yang paling aman. Lo enggak inget kalo sekarang Mameha lagi adaptasi sama mata barunya? Justru kita di sini, rame-rame, sambil nyari tau Mameha di mana. Suguru, lo yang bilang 'kan, soal ini?"

Suguru mengangguk, "Nanami, target utama kita adalah ngambil mata kanan Mameha. Gue tau ini sulit, impossible, atau apalah itu. Tapi, ini cara cepetnya biar Mameha enggak bisa make Eye of the Storm ke potensi penuhnya."

"Memangnya, kita enggak bisa mencar ninggalin Jujutsu High selagi kita menjalani misi itu?" tanya Nanamin sambil menyuap odeng.

"Bisa aja, sih. Tapi, bentuk komunikasi kita pasti terbatas. Yang gue pikirin adalah, either kita yang nyari Mameha, atau kita yang pancing dia ke sini," ucap Suguru.

Jujutsu Kaisen: The Eye of the StormWhere stories live. Discover now