A Plea

148 24 28
                                    


"Gue pengennya besok aja dia pindah ke kamar, biar Shoko enggak ribet naik tangga. Cuma lo tau sendiri temen lo. Enggak betahan," ucap Utahime setelah menelan sepotong telur.

"Kayaknya Shoko besok enggak perlu sering-sering ngecek Satoru. Dia udah membaik banget. Reverse cursed technique-nya udah di atas 70 persen kayaknya," Suguru menyuap salmon panggang dengan nasi ke mulutnya.

"Luka di tangan kanannya udah ketutup, kok. Nyaris enggak berbekas malah," kata Utahime.

Utahime dan Suguru menghabiskan makanan mereka. Suguru mengambil dua gelas teh hangat untuk Utahime dan dirinya dari counter makanan di cafetaria.

"Thanks, Suguru," kata Utahime sambil menenggak tehnya. "Angetnya enak banget."

"Ini udah gelas ke-2 gue," Suguru menenggan tehnya. "Soalnya enggak manis, dan ini tawar."

Utahime mengangguk. "Siapa yang patroli malem ini, Suguru?"

"Ini masih Panda sama Maki. Nanti Panda balik bentar, makan sama istirahat, jam 11-2 malem gue patroli lagi sama dia. Jam 2-5 pagi, Sukuna," jawab Suguru.

"Lega banyak yang mau turun tangan buat Tokyo," kata Utahime. "Thanks, Suguru."

"Sama-sama, Utahime," Suguru mengeluarkan bungkus rokoknya dan mengambil sebatang. "Gue ngerokok, ya."

Utahime kembali mengangguk. Suguru membakar rokoknya dan mengembuskan asapnya ke atas. Kedua matanya masih menatap layar handphone-nya.

Utahime benar-benar berutang budi pada Suguru. Selain Nanami dan Kusakabe, Suguru adalah orang yang paling berjasa besar dalam melindunginya, Satoru, dan Tokyo Metropolitan Jujutsu High School.

"Utahime," Suguru meletakkan hp-nya di meja. "Gue mau minta tolong sama lo."

Jantung Utahime—entah kenapa—mendadak berdegup kencang. "I-iya?"

"Minggu depan, bikin Satoru mau teleport ke suatu tempat sama lo," Suguru menatap Utahime. "Seminggu, dan tahan Satoru buat enggak balik ke sini."

Utahime menelan ludah. "Karena kemungkinan besar, minggu depan kalian akan berhadapan sama Mameha."

Suguru tersenyum tipis dan mengangguk. "Iya. Gue enggak mau Satoru terlibat dan kita semua tau dia pasti pengen dilibatin. Satoru udah nyaris mati kemaren, dan gue enggak mau ngeliat pemandangan itu lagi."

Utahime bisa melihat keresahan pada mata Suguru. Namun, Suguru berusaha keras menutupinya dengan senyuman. Meski demikian, Utahime bisa melihat itu.

"Gue benci bilang ini, tapi Satoru itu orang yang berharga banget buat gue," ucap Suguru pelan. "Gue pengen dia ada di tempat yang aman, sama lo. Satoru enggak akan pernah nyadar kalo keadaan dia seberbahaya itu. Dia akan nganggep itu sepele. Seumur-umur, dia belom pernah berada di deket kematian, dan kemaren, kita semua jadi saksi kalo dia udah selangkah ngedeket ke sana. Gue enggak mau itu kejadian sama dia."

"Cuma lo yang bisa nahan dia, Utahime. Dia cuma nurut sama lo. Senurut-nurutnya dia sama gue, dia masih bisa ngelawan gue. Tapi kalo sama lo, apalagi di keadaan kayak gini, dia enggak mungkin ngelawan lo. Jadi, tolongin gue, ya?"

Utahime menarik napas panjang. Suguru bicara padanya seakan-akan mereka hanya membicarakan sesuatu yang ringan. Suguru bicara dengan mulut tersenyum, membuat Utahime kesulitan untuk menjawab permintaan Suguru.

"Suguru," Utahime kembali menelan ludah. "Satoru enggak mau lari lagi, Suguru. Selama kami di Okinawa, kami berdua enggak nyaman. Beneran. Kami sama-sama mikirin orang-orang, terutama yang ada di Tokyo. Enggak adil rasanya kalian berjuang tanpa kami."

Jujutsu Kaisen: The Eye of the StormWhere stories live. Discover now