The Real Danger

364 34 9
                                    


Suguru membuka pintu kamarnya. Satoru berdiri di depannya, mengenakan hoodie putih kebesaran, jeans, dan kacamata hitam berbentuk bulat yang biasa dia pakai. Keduanya tak bicara, dan Satoru berjalan masuk melewati Suguru menuju balkon. Di sana, Nanami sudah menunggu dengan kedua tangan terlipat di depan dadanya sambil memandangi Satoru. Satoru duduk di kursi di seberang Nanami. Suguru pun duduk di antara mereka.

"Jadi," Nanami mendengus. "Lo mengharapkan apa dari kita?"

"Enggak tau," Satoru memangku kaki kanannya dengan kaki kirinya. Kedua tangannya masih berada di dalam kantung depan hoodie-nya. Dia pun mendongak memandang langit-langit.

"Ini sulit, Satoru," Suguru mengambil rokok yang sudah dia bakar di asbak. "Lo enggak boleh ketemu dulu sama Utahime."

"Apapun yang terjadi, lo tetep di Tokyo," timpal Nanami. "Gakuganji udah bilang, keselamatan Utahime ada di tangan dia. Suka enggak suka, lo harus percayain Utahime sama dia."

Satoru tidak menjawab.

"Utahime enggak akan keluar Kyoto Jujutsu High, sama sekali," Suguru mengisap rokoknya. "Dia enggak boleh turun field test dan cuma boleh ngajar di dalem sekolah."

"Bullshit," Satoru akhirnya bicara. "Gue enggak percaya Gakuganji bisa megang omongannya."

"Lo sendiri percaya sama diri lo sendiri kalo lo bisa jagain Utahime?" ucap Nanami, dan Satoru berdecak keras. "Infinity lo aja enggak berfungsi."

Satoru kembali diam. Dia mengambil rokok di atas meja dan membakarnya.

"Lo enggak bilang sama Gakuganji 'kan, soal Infinity lo mati karena Utahime?" tanya Suguru.

Satoru menggeleng seraya mengisap rokoknya. "Enggak. Enggak akan pernah. Gue cuma bilang kalo gue missed karena Mameha enggak punya cursed energy."

Suguru mendengus dan bersedekap. "Infinity lo bener-bener mati kalo lagi sama Utahime? Lo enggak bisa ngaktifin?"

"Sulit," ucap Satoru sambil memperhatikan rokoknya yang terbakar. "Percaya deh, gue selalu nyoba kalo gue lagi di deket dia. Kadang berfungsi, kadang enggak. Tapi lebih banyak yang enggak berfungsi."

"Cuma Utahime yang kebal sama Infinity," Suguru menatap Nanami. "Menurut lo, kenapa?"

"Asumsi gue, karena mereka berhubungan seks dan mungkin pernah keluar di dalem. Anggep aja ada plasma yang ketinggalan di Utahime makanya dia jadi kebal sama Infinity," jawab Nanami.

"Enteng banget rahang lo," Satoru menatap tajam Nanami.

"Banyak hal yang mungkin bisa terjadi, Gojo Satoru," ucap Nanami sambil mengisap rokoknya. "Selain seks, mungkin karena lo udah kebiasaan menon-aktifkan Infinity kalo sama Utahime. Karena keseringan, Infinty lo beradaptasi dan ketika Infinity lo ngerasain ada Utahime di deket lo, dia mati sendiri."

"Masuk akal," Suguru mengangguk-anggukkan kepalanya.

Satoru mendengus keras. "Sumpah, deh. Gue selalu nyoba untuk nyalain Infinity kalo gue lagi bareng Utahime. Biasanya, kalo dia ngelempar barang ke gue, Infinity gue masih bisa nyala. Itu juga karena gue tau dia mau ngelempar barang. Tapi kalo sentuhan fisik, Infinity gue bener-bener mati."

Suguru dan Nanami terdiam, begitu juga Satoru.

Satoru mendengus lagi. "Terus, gue harus apa? Enggak ketemu Utahime? Ngejauh? Putus? Fuck-lah. Enggak bisa. Sampe detik ini, gue masih enggak bisa percaya Utahime dijagain sama orang lain."

"Sampe kapanpun juga, lo enggak akan bisa percaya sama orang lain kalo itu terkait sama Utahime. Even gue atau Nanamin yang jagain," ucap Suguru. "Dan gue enggak heran kalo lo merasa lo yang paling bisa jagain Utahime."

Jujutsu Kaisen: The Eye of the StormOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz