The Four Horsemen

291 34 2
                                    


"Itu aja dulu," Satoru memberikan menu yang dia pegang pada seorang pelayan perempuan sambil mengedipkan sebelah mata. "Thank you, sweetheart."

Pelayan perempuan yang masih muda tersebut menerima menu dari Satoru sambil tersipu malu. Dia menunduk dan berbalik. Namun, ketika berbalik, dia berhadapan dengan dada seorang pria.

Pria ini mengenakan kaus hitam polos dengan kedua tangan masuk ke dalam saku celana jeans hitamnya. Pelayan perempuan tersebut pun mendongak, dan Sukuna hanya memandanginya tanpa bicara. Dia menunduk, dan tatapannya galak.

"Ah, maaf..." pelayan tersebut membungkuk dan berjalan cepat melewati Sukuna. Kepala Sukuna bergerak mengikuti pelayan perempuan tersebut hingga keluar ruangan.

"Oi," Satoru mendengus. "Baru gue manisin, lo udah bikin dia takut."

Sukuna berbalik menatap Satoru. "Lucu sih, tapi masih kecil banget kayaknya. Seumuran Yuuji."

Satoru mendengus lagi dan Suguru yang duduk di sampingnya sambil merokok, menepuk pundaknya. "Aku enggak akan bilang sama Utahime kalo kamu aslinya genit setengah mampus."

"Oi..." Satoru lagi-lagi mendengus.

"Anak kecil aja digenitin. Enggak capek lo, udah tua masih aja begitu?" ucap Toji. Di saat yang sama, Sukuna duduk di sebelahnya.

"Terus, ini apa?" Sukuna bersandar pada kursinya sambil menyilangkan kaki. "Kita berempat di private room restoran China begini, buat apa? Kalo lo mau sesuatu yang lebih private, kenapa enggak ke bar gue aja?"

"Susshhh," Satoru menaruh jari telunjuknya di bibirnya. "Toji cowok baik-baik, dia duda yang enggak pernah macem-macem."

Toji tertawa kecil dengan suara berat. "Brengsek."

"Lo dateng nyapa dulu, kek," Satoru duduk tegak dan mengangkat tangan kirinya hingga telapak tangannya setara dengan wajahnya. "Hai, Ryomen Sukuna desu, yoroshiku onegaisimaaaaa—"

Jari Satoru bergerak cepat. Jari telunjuk, tengah, dan jempol kirinya teracung. Sebuah mangkuk melayang ke arahnya, dan berhenti sekitar 5 sentimeter di depan wajahnya. Suguru dengan sigap menangkap mangkuk tersebut sebelum jatuh ke lantai.

"Kok kasar sih, lo?! Udah lempar-lempar barang?!" suara Satoru meninggi dan ditujukan pada Sukuna yang duduk di seberangnya. "Kalo pecah 'kan, gue yang ganti! Gue yang reserved tempat ini!"

"Katanya gue disuruh nyapa," Sukuna cekikikan dan suaranya terdengar mengerikan.

"Satoru, itu cara Sukuna nyapa kita selama ini kalo ada lo. Jangan ngomel," Suguru menaruh mangkok di atas meja.

"Bagus, 'kan? Sekalian make sure kalo Infinity lo masih bekerja dengan baik," Sukuna masih cekikikan.

Satoru manyun. "Ya, ya, ya."

Satoru, Suguru, Toji, dan Sukuna—seperti yang sudah Sukuna bilang sebelumnya—berada di ruangan tertutup di sebuah restoran China. Satoru sudah melakukan reservasi di restoran dimsum favoritnya tersebut sejak sore, dan dia merasa sangat senang karena apa yang dia rencanakan berjalan sesuai dengan keinginannya.

"Gue udah pesenin lo bir, ya," kata Suguru pada Sukuna.

"Sebelom masuk ke sini, gue udah minta bukain JW Blue Label," Sukuna membakar rokok dan menyemburkan asapnya ke atas dengan cepat.

"Ini emang gue sama Suguru yang bayarin, tapi kok jadi semena-mena?!" Satoru kembali mengomel.

"Lo yang ngajak, lo yang tanggung jawab. Wajar, 'kan?" kata Toji sambil melirik Sukuna. Keduanya saling mengangguk.

Jujutsu Kaisen: The Eye of the StormDonde viven las historias. Descúbrelo ahora