Fushiguro Toji

260 39 0
                                    


"Hai, wakarimasu," Megumi mendengus sambil menatap jalanan yang masih ramai akan kendaraan. "Mission-nya berat."

"Sejujurnya, kita enggak setuju sih, kalian turun. Cuma memang kurang orang," Satoru bicara dengan lolipop yang nyaris habis di mulutnya. "Daijoubu."

"Papa kenapa enggak cerita sama aku ya, Sensei, kalo dia disidang?" tanya Megumi.

"Enggak mungkin Toji ngomong ke kamu, nanti kamu kepikiran," jawab Suguru.

Megumi diam sebentar dan berkata pelan, "Iya, sih."

"Bapakmu kooperatif kok, selama ditanyain Yaga-san," kata Satoru. "Lebih kooperatif dari Sukuna, malah. Dua jam pertama Sukuna masih excited. Sisanya, udah males dia ngejawab pertanyaan-pertanyaan. Kalo kita enggak ngasih dia kopi sama rokok, pasti dia udah minta pulang."

"Cuma emang Toji sempet ngegas pas ditanya berulang kali tentang, 'Ada dendam enggak, sama petinggi-petinggi di Jujutsu High?'. Tapi enggak masalah sih, kalo dia ngegas juga, karena dia enggak pernah ketemu sama mereka. Sama sekali," jelas Suguru.

"Sama pas dia nelepon Naoya, sih," Satoru tertawa. "Pas Yaga-san nyuruh Toji telepon Naoya, mukanya langsung, 'Serius? Harus banget nelepon Naoya?'. Beneran aja pas teleponnya dijawab, Naoya langsung, 'Bos! Gimana, bos?'."

"Naoya itu bener-bener masih se-bacot itu, Megumi?" tanya Suguru.

"Kalo dia enggak bacot, berarti dia udah mati, Sensei," dan jawaban Megumi membuat Satoru dan Suguru tertawa terbahak-bahak.

"Aduh," Suguru geleng-geleng kepala. "Dia tuh lebih kayak 'anjing'-nya Toji dibanding 'sodara'-nya Toji, sumpah."

"Diludahin berapa kali sih, mulutnya, sampe Naoya nurut banget sama Toji?" Satoru ikut geleng-geleng kepala. "Padahal derajatnya Naoya—sorry ya, Megumi—lebih tinggi dari Toji, loh. Secara Toji udah bukan Zen'in lagi."

"Gara-gara Papa pas dulu jadi Sorcerer Killer, dia ngebunuh musuh besarnya Zen'in Naobito, Sensei. Sama musuh besarnya The Hei yang dipimpin Naoya, dan musuh besarnya ini kayak untouchable gitu sama Naoya. Makanya makin-makin deh, Naoya. Awalnya mereka enggak pernah kontakan, padahal."

"Eyang Naobito dong manggilnya, Megumi," Suguru cekikikan.

"Hmh," Megumi memberikan jawaban singkat terkait kakeknya. "Pokoknya, Naoya itu dari dia kecil, dia udah nge-fans gitulah, sama Papa. Pengen deket sama Papa, pengen Papa peduli sama dia. Soalnya pas Naoya kecil itu, Papa paling care sama Naoya dibanding Maki sama Mai. Sama kakaknya aja, Jinichi, enggak akrab. Naoya dulu pas kecil polos banget sih, terus tiap dihukum sama bapaknya, kalo enggak lari ke Papa ya, dibelain Papa."

"Makanya pas Papa cabut dari Zen'in buat masuk Jujutsu High, Naoya sedih banget. Ampe sakit sebulan katanya. Deket lagi pas Papa udah jadi Sorcerer Killer, pas ngebunuh musuhnya Naobito Zen'in. Itu juga diem-diem awalnya. Naoya itu enggak boleh kontak Papa sebenernya, cuma ya, karena pada males ngadepin Naoya, ya, suka-suka dia aja, deh. Yang penting enggak bawa-bawa Zen'in," lanjut Megumi.

"Emang Eyang Naobito enggak liat apa, kalo Naoya itu sebenernya orang suruhannya Toji?" tanya Satoru dengan nada mengejek saat menyebut 'Eyang Naobito'.

"Enggak ngerti," Megumi menaikkan bahunya. "Naoya begitu tuh, pure emang nge-fans sama Papa."

"Aneh," Suguru geleng-geleng kepala. "Gitu tuh, kalo enggak punya temen."

"Naoya itu ambisius, Suguru," Satoru menepuk bahu Suguru. "Dia pengen jadi pewaris Zen'in, tapi pengen nguasain Toji juga. Gitu bener enggak, Megumi?"

Jujutsu Kaisen: The Eye of the StormOnde as histórias ganham vida. Descobre agora