Ryomen Sukuna

306 40 3
                                    


"Udah mukulin berapa orang dia minggu ini, Yuuji?" tanya Suguru sambil menginjak rem mobil karena lampu lalu lintas di depannya berubah dari hijau ke merah.

"Senen kemaren sih, katanya abis masukin orang ke rumah sakit..." dan jawaban Yuuji membuat Suguru tertawa, sedangkan Satoru yang duduk di kursi penumpah samping Suguru menoleh ke belakang ke arah Yuuji.

"Ngapain dia?" tanya Satoru sambil menahan tawa.

"Biasa, Sensei. Ada orang kemabokan enggak mau bayar. Dia tuh sebenernya enggak bakal kesenggol sih, kalo cuma enggak mau bayar. Paling security-nya yang turun. Masalahnya, dia tuh lagi ngelewatin orangnya, mau balik ke rumah. Cuma orangnya yang enggak mau bayar ini teriak-teriak nyuruh bartender-nya diem. Terpiculah, doi," jelas Yuuji sambil tertawa kecil. "Digebukin langsung di tempat, ampe dipukul botol. Bocor kepala orangnya, dapet 6 jaitan. Tapi dia ngebayarin rumah sakit juga, sih."

"Goblok dah, dia yang mukul, dia yang bayar rumah sakit juga," Satoru tertawa, begitu juga Suguru. "Diemin aja mestinya."

"Daripada dipolisiin, Sensei. Itu juga sebenernya bayarnya dari orang yang dia gebukin juga, jadi duit orang itu beli minuman di tempat dia, dipake buat ke rumah sakit. Pokoknya, pas kepala orangnya lagi ngucur-ngucurnya, dipaksa gesek kartu kredit sama dia. Disadar-sadarin ampe mau gesek kartu kredit. Udahannya, dia ngambil cash sesuai sama harga yang udah dibayarin, ngasih duitnya ke security-nya, terus security-nya yang bawa ke rumah sakit," terang Yuuji.

Suguru geleng-geleng kepala. "Kaco emang abang lo. Tangan sama rahang sama entengnya buat mukul."

"Lah, dia aja kalo ada apa-apa, pasti ngomongnya, 'Tuhan ngasih dua tangan itu bukan buat makan sama grepe-grepe doang, tapi buat mukul'," ucap Yuuji dengan polos, membuat Megumi, Satoru, dan Suguru tertawa keras hingga terbahak-bahak.

"Aduh, Ryomen Sukuna bangsat!" Suguru berteriak sambil tertawa.

"Abang lo Ji, Ji," Megumi masih tertawa.

"Dablek itu orang," Satoru memukul pahanya berulang kali. "Dulu pas masih jadi senior kita di Jujutsu High aja, kerjaannya ribut mulu. Sama orang di luar sekolah, sih, kebanyakan. Pas kita masih taun pertama, dia 'kan udah taun terakhir tuh. Tiap malem keluar, pulang-pulang memar. Suka-suka dia aja."

"Tapi dibilang baik mah, baik. Jarang punya masalah juga selama di sekolah. Teges juga orangnya. Dia enggak mau tuh, field test atau ngejalanin mission tapi infonya enggak jelas. Terus, kalo adepannya sama cursed spirit di bawah Semi Grade 1, suka enggak mau. 'Kegampangan', katanya," kata Suguru seraya menginjak gas karena lampu lalu lintas sudah berubah warna dari merah ke hijau.

"Sama dulu pernah, aku baru pulang mission jam 1 malem. Baru banget turun dari mobil, Sukuna udah di belakang aku, sendirian, cuma pake jogger. Aku tanya abis dari mana, katanya abis lari malem dari jam 11. Paginya, aku turun sarapan, ketemu dia di tangga abis lari pagi. Itu jam 8. Random banget," cerita Satoru.

"Sama ini, Sat, yang kita lagi ngerokok di rooftop," Suguru menambahkan. "Kita berdua lagi ngerokok jam 2 malem di rooftop dorm. Tiba-tiba, ada bunyi 'bam', 'bum', 'bam', 'bum', kenceng banget. Di kejauhan tuh, di tengah hutan, ada kilat-kilat merah gitulah, sama ada beberapa pohon roboh terus berasep gitu. 'Cursed spirit, nih, fix'. Tapi cursed energy-nya gede banget. Satoru cuma ketawa doang tuh, aku masih bertanya-tanya. Setengah jam abis itu, eh, abangnya Yuuji dateng sambil nyeret bangke cursed spirit sambil haha-hehe."

"Siangnya itu kita dapet pengumuman kalo ada kedeteksi Special Grade 1 cursed spirit di area sekolah. Cuma ilang-ilangan, karena cursed spirit-nya bisa manipulasi residunya biar enggak ketauan gitu, loh. Malemnya, kita ketemu Sukuna lagi makan sendirian di cafetaria, abis itu ngilang. Ternyata semaleman itu dia keliling area sekolah nyari cursed spirit-nya," jelas Satoru.

Jujutsu Kaisen: The Eye of the StormWhere stories live. Discover now