Not An Ordinary Day Anymore

226 24 1
                                    


Satoru tidak berhenti bicara mengenai Leviathan pada Utahime sejak semalam. Pagi ini, ketika mereka sarapan, Satoru kembali membicarakan Leviathan dengan Utahime.

"Aku yakin. Yakin banget. Kalo pun aku keluarin Hollow Purple ke arah Leviathan, pasti mental. Ibarat kalo main game, pasti HP-nya cuma kurang dikit, enggak nyampe setengah," kata Satoru dengan wajah berseri-seri. "Dia gede banget, Utahime! Gede banget!"

"Aku bilang 'kan semalem, Leviathan yang pertama jauh lebih gede dari yang sekarang. Ukuran kita cuma segede bola matanya," Utahime menenggak kopinya. "Leviathan ini anak dari yang pertama, dan dia masih bisa tumbuh sampe segede yang pertama."

"Yang pertama segede apa?"

"Badannya bisa 500 meter sendiri. Kalo yang sekarang paling cuma 200 meter."

"Itu gede, Utahime!"

"Iya, iya."

"Utahime! Itu Tuhan kamu, Utahime!"

"Bukan, Satoru. Lebih ke Guardian jatohnya. Tapi memang disembah sama klan aku. Lebih ke dihormatin gitulah, karena jatohnya kayak leluhur. Kamu kalo ketemu Kyojin sama Bahamut lebih kaget lagi nanti."

"Emang mereka gimana?"

"Kyojin itu 50 meteran tingginya. Ramuh sama Shiva kayak orang biasa, ya, 6 meteranlah. Ifrit 8-9 meteran. Bahamut 20 meteran, tapi aku yakin kamu pasti deg-degan pas ketemu dia."

"Kenapa pada gede-gede banget?"

"Mereka Gods, Satoru. Emang begitu."

"Terus, terus, kalo Bahamut gimana?"

"Aku pertama kali ketemu Bahamut, takutnya setengah mati. Dia ngeliat kita tuh kayak, ngelirik doang, kayak galak banget, jahat banget. Padahal enggak. Wibawanya itu sih, yang bikin deg-degan. Kayak, kamu ketemu dia bakal otomatis nunduk gitu. Orang-orang dari klan aku, pas aku summon dia, enggak ada yang berani liat matanya, cuma nunduk."

"Woooooooooow..."

"Tapi Bahamut itu lembut banget. Waktu itu aku masih kecil, dan Bahamut bilang aku harus liat matanya. Matanya bagus banget, warna teal gitu. Tapi aku bisa ngerasain dari situ, kalo dia baik. Beneran baik."

"Aku pengen ketemu sih, cuma enggan."

"Ya, nanti dulu deh, kalo Bahamut. Aku temuin sama yang lain dulu."

Satoru menyuap cereal dan mengunyahnya dengan cepat. "Kamu bener-bener strong, Utahime. Tapi entah kenapa, aku tetep ngerasa aku boleh seenaknya godain kamu. Aku berubah pikiran dari semalem."

Utahime mendengus. "Gimana pun juga, kekuatan aku cuma manggil mereka. Sisanya, terserah mereka. Mereka yang kuat, bukan aku."

"Tapi backingan kamu ngeri-ngeri banget, Utahime! Kayak, kamu punya enam bodyguard yang badannya dua kali lebih gede dari aku! Kalo aku bukan sorcerer, kelar sih, aku."

"Ya, gitu, deh," Utahime menyuap cereal ke mulutnya dan Satoru masih memelototinya.

"Aku enggak heran sekarang, kalo keadaan kamu berbahaya banget," ucap Satoru sambil mengangkat cangkir kopinya. "Backingan kamu kuat-kuat, dan apa jadinya kalo kamu 'belok' atau dimanfaatin sama orang. Apapun yang kamu lakuin, Rokushin bakal tetep nurut sama kamu, 'kan?"

"Iya. Bahamut mungkin ngingetin aku, tapi kalo aku tetep ngotot sama kemauan aku, Bahamut cuma bisa mengiyakan. Apa yang diminta Shiromadoushi, mereka harus mengaminkan."

"Ngeri, ngeri," Satoru menenggak kopinya sebanyak dua teguk. "Kita bener-bener pasangan mengerikan abad ini."

Utahime mengernyit. "Apa? 'Kita'? Kamu aja cukup, aku enggak perlu."

Jujutsu Kaisen: The Eye of the StormWhere stories live. Discover now