22

1K 64 1
                                    

Di sebuah ruangan bernuansa serba putih, seorang wanita yang usianya tak muda lagi menatap pria muda di depannya. Wajahnya jelas menunjukkan kekesalan saat ini.

"Kenapa? Mama ada masalah?" Tanya pria muda itu. Saat menemukan wajah keruh mamanya. Juga tatapan kesal yang jelas tidak bisa disemnunyikan darinya.

"Katakan, apa kamu tahu apa yang papamu rencanakan saat ini?"

Diam. Tidak ada jawaban dari pria muda di depannya. Membuat sang mama pun mendengus jengkel. Dia meletakkan cangkir tehnya di atas meja. Tak lagi tertarik menyesapnya disaat kabar yang sangat buruk ia dengar dari salah satu orangnya.

"Dia berencana memberikan semua asetnya pada anak sialan itu." Wajahnya kian sinis. Kian tampak marah dan kesal. Yang sayangnya tak membuat putra di depannya itu terganggu. Dengan santai dia malah menyesap tehnya. Mencium aroma harum dari teh yang terasa menyegarkan juga menenangkan untuknya.

"Papa mengatakannya langsung pada mama?"

"Kamu kira papamu akan berani mengatakan langsung pada mama? Jangan bodoh, Arnanda! Mama juga tidak akan tinggal diam jika papamu mengatakannya secara langsung."

Arnanda. Pria yang disebut-sebut pun hanya mengangguk mengerti. Namun tak mengatakan apa pun hingga waktu berlalu beberapa menit.

"Lakukan sesuatu, Arnanda! Mama tidak akan pernah membiarkan anak wanita sialan itu yang mendapatkan semua ini. Mama sudah bekerja keras untuk berada di sini. Jangan sampai kerja keras mama bertahun-tahun ini hanya akan berakhir menyedihkan karna anak wanita sialan itu."

"Itu hanya kabar burung, kan, Ma? Papa pasti akan mengatakan sesuatu pada kita jika semua itu benar adanya."

"Kabar burung?" Tubuh itu seketika bangkit. Menatap marah putranya yang malah menanggapi ucapannya dengan begitu santainya. "Papamu tidak akan mengatakan apa pun pada kita, Arnanda! Terutama saat dia selalu merasa menyesal dan mulai membenci dirinya sendiri karna kebodohannya."

Arnanda diam. Menatap mamanya yang kini tampak tersulut-sulut penuh emosi.

"Dan, apa kamu kira. Seorang anak pembangkang dari wanita sialan itu akan menuruti apa kata papamu dengan mudah jika mereka tidak membuat kesepakatan?!"

Segala ucapan mamanya mulai dicerna oleh Arnanda. Terutama saat kepingan demi kepingan hal yang selama ini memang terasa janggal memenuhi kepalanya. Membuatnya diam dan seakan memikirkannya.

"Kita tidak akan mendapatkan apa pun jika sampai papamu menyerahkan semua yang dia miliki pada anak sialan itu! Dan mama bisa gila jika harus kehilangan semua ini."

"Lakukan sesuatu, Arnanda! Lakukan sesuatu sebelum terlambat."

Arnanda meletakkan cangkirnya di atas meja. Bangkit dan menatap mamanya dengan wajah tenangnya. Namun jelas dibalik wajah tenang itu, ada banyak rencana juga sesuatu yang mungkin saja telah dia rencanankan. Hingga ketika kakinya melangkah, mendekati mamanya, dia usap kedua pundak mamanya lembut. Tersenyum dan terlihat menangkan.

"Mama tenang saja." Dia tidak tahu sikap tenangnya ini turun dari siapa. Karna mamanya, jelas bukan seseorang yang tenang. Begitu pun papanya. "Selama masih ada Arnanda. Tidak akan pernah terjadi hal yang mama takutkan ini." Janjinya. Memeluk ringan mamanya yang kini benar-benar masih terlihat cemas dan ketakutan.

"Semua yang mama lakukan ini hanya untukmu, Arnanda. Jadi jangan pernah mengecewakan mama!"

"Tentu. Arnanda tidak akan pernah mengecewakan mama. Apalagi sampai membuat mama kehilangan segalanya. Termasuk papa." Janji Arnanda. Yang berangsung-angsur membuat wanita dalam dekapnya pun mulai tenang.

Hanya Tentang WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang