20

1.4K 60 3
                                    

Selesai membereskan semua sisa makanan, juga membantu Bu Erna mencuci piring dan membersihkan dapur. Felicia langsung masuk ke dalam kamar. Langkahnya seketika terhenti begitu menemukan seseorang duduk di ranjang. Bersandar di kepala ranjang dengan buku tebal di tangannya. Pria itu sempat menoleh, tersenyum, menurunkan kaca mata yang membingkai wajahnya. Lalu saat buku tebal itu tertutup, ia letakkan di atas meja nakas samping tempat tidur. Dia kembali menatap ke arah Felicia. Masih dengan senyum tipis yang menghiasi wajahnya.

Membuat Felicia berdehem dan kembali meneruskan langkahnya.

"Aku udah nunggu kamu dari tadi." Ucapan itu terdengar begitu Felicia hendak melangkah ke arah lemari. Berniat mengambil baju tidurnya.

"Kenapa?" Felicia berhenti melankah, menatap kedua mata itu yan kini juga menatapnya.

Ervin bangkit dari duduknya, turun dari atas ranjang dan melangkah ke arah Felicia. Kedua matanya bahkan tidak lepas menatap kedua mata itu. Yang mendadak membuat Felicia memundurkan langkahnya.

"Kenapa mundur?" Protes Ervin, menghentikan langkahnya. Membuat langkah Felicia juga terhenti. Melihat itu, Ervin kembali membawa langkahnya. Melangkah dan berdiri di depan Felicia yang kini mendongak.

"Kenapa lama sekali?"

"Apa?"

Ervin mendesah. Menggeleng baru kemudian mengulurkan tangannya. Mengusap pipi Felicia hingga membuat wanita itu berjengkit takut.

"Fe!" Ervin kembali menegur saat Felicia sudah bersiap untuk mundur. Pria itu bahkan kini memegang lengannya agar Felicia berhenti menjauh. "Tidak bisakah kamu diam, Fe?"

Menepis tangan Ervin, Felicia menggeleng. Melewati Ervin dengan bibir berucap pelan. "Aku akan diam kalau kamu menjaga jarak dariku." Dia meraih salah satu piyamanya. Berbalik sebelum melangkah ke arah kamar mandi untuk berganti baju.

"Menjaga jarak?!" Ervin mendengus, terlihat keberatan dengan ucapan Felicia. "Lupakan!" Pria itu berbalik. Kembali melangkah ke arah ranjang dan duduk di sana. Membuat Felicia yang melihatnya pun semakin bingung dengan tingkah pria itu.

Tak mau ambil pusing, Felicia memilih melangkah ke kamar mandi. Kembali meneruskan niatnya untuk berganti baju.

Tidak butuh waktu lama bagi Felicia untuk berganti baju. Dia keluar dari kamar mandi dengan piyamanya-yang lagi-lagi merasa terganggu saat Ervin terus memperhatikannya dari tempatnya. Pria itu bahkan terang-terangan mentapnya. Membuat Felicia berdecak dalam hati.

Namun dia tidak akan pernah mau mengalah dengan pria itu. Pria yang Felicia yakini jika pria itu pasti memiliki maksud lain atas sikapnya belakangan ini.

"Kamu tidak ingin mengobrol?"

Felicia yang sudah duduk di atas ranjang dan hendak berbaring pun menoleh. Mengernyit begitu menemukan Ervin ikut berbaring di sampingnya. Pria itu berbaring miring menghadap ke arahnya. Dengan satu tangan dijadikan bantalan.

Terasenyum saat lagi-lagi Felicia menatapnya. Yang demi Tuhan, Felicia sangat terganggu dengan apa yang pria itu lakukan saat ini.

"Aku tidak keberatan kalau harus mendengarkan ceritamu, Fel."

"Kamu sehat?" Felicia menyentuh kening itu. Mengecek suhu tubuh itu yang barangkali mengalami gejala penyakit-yang mungkin saja penyebab pria di sampingnya itu semakin bersikap aneh.

"Tidak demam."

Bukannya tersinggung, Ervin malah terkekeh. Menurunkan tangan Felicia yang berada di keningnya dan menggenggamnya erat.

"Lebih baik kamu tidur, Ervin! Kamu benar-benar membuatku takut."

"Benarkah?"

Mendengus jengkel, Felicia menarik tangannya. Memutar tubuhnya dan memunggungi Ervin.

Hanya Tentang WaktuWhere stories live. Discover now