17

1.2K 64 0
                                    

"Siapa namamu. Nak?"

"Felicia, Kek." Jawab Felicia, tersenyum. Sama sekali tidak terganggu dengan tatapan tajam dari Ervin di depan sana. Yang seakan menatapnya penuh peringatan. Seakan memperingati Felicia untuk tidak mengatakan apa pun yang bisa saja membuat pria itu marah.

"Felicia? Nama yang cantik. Sama seperti orangnya."

Senyum Felicia kian melebar mendengar itu. "Benarkah?"

Tuan Anjas mengangguk membenarkan. "Tentu saja. Buktinya cucu kakek bahkan begitu tertarik padamu, Nak."

Felicia melirik ke arah Ervin. Menatap pria yang kini memalingkan wajahnya. Tampak menghindar.

Mendadak dia teringat dengan obrolannya dengan Arumi, sahabatnya tadi.

"Jadi dia ingin lo ngajuin perceraian ke pengadilan?" Sahabatnya itu tampak syok mendengar apa yang baru saja ia katakan itu.

Tantu saja, pernikahan mereka bahkan belum ada dua bulan. Tapi pria itu sudah berlaku seenaknya. Bahkan sampai menyuruh Felicia mengajukan gugatan cerai jika merasa keberatan dengan apa yang pria itu lakukan.

"Ya,"

"Gila! Benar-benar gila laki lo, Fel!"

Felicia mengangguk setuju. Sejak awal dia bahkan tahu jika pria itu memang gila. Terlampau gila hingga Felicia pusing dalam menghadapinya.

Dibaiki salah. Di lawan semakin menjadi-jadi. Entah apa yang pria itu inginkan. Namun Felicia mulai jengah dengan sikap pria itu.

"Dan sekarang apa rencana lo?"

"Apa? Bercerailah!"

"Jangan gila deh, Fel! Lo bahkan belum ada dua bulan menikah. Apa kata orang-orang kalau tahu lo bahkan udah jadi janda diusia pernikahan yang belum genap dua bulan."

"Terus mau lo?!" Felicia mulai sewot. "Gue harus diam aja gitu harga diri gue diinjek-injek? Gue cantik kali, Rum! Masih banyak cowok di luar sana yang mau sama gue! Dan lo-"

"Iya gue tahu! Tapi masalahnya ini bukan cuman harga diri, Felicia! Tapi juga nama baik lo dan keluarga lo yang dipertaruhkan di sini!"

Felicia diam.

"Emangnya lo mau lihat kedua orangtua lo khawatir sama kondisi lo? Lo belum nikah aja orangtua lo panik dan khawatir setengah mati. Lah elo sekarang malah mau cerai? Bisa kena serangan jantung orangtua lo kalau denger lo ngajuin gugatan disaat pernikahan lo bahkan belum genep dua bulan, Felicia!."

Benar. Felicia bahkan tidak berpikir hingga sana. Karna sikap pria itu bahkan membuat Felicia tak bisa berpikir jernih dan hanya menuruti emosi juga rasa marahnya.

Tapi, siapa yang tidak sakit hati jika harga dirinya diinjak-injak seperti Felicia ini? Dia bahkan sudah melunakkan diri untuk berdamai dengan pria itu. Menuruti semua ucapannya dengan berusaha merubah diri. Tapi, bukannya pria itu sadar dan melakukan hal serupa. Dia malah kian menjadi-jadi.

"Mending ya, saran gue."

Felicia mengangkat pandangannya, menatap sahabatnya itu lurus.

"Lo jangan mau ngalah gitu aja."

"Maksudnya?"

"Dia yang sejak awal keukeh nikah sama lo, kan?"

Felicia mengangguk setuju. "Dan sekarang dia bahkan minta gue buat gugat cerai!" Tambah Felicia menambahkan.

"Nah." Arumi menjentikkan jari. Wajahnya tampak puas bercampur kesal. "Lo jangan mau kalah gitu aja dengan apa yang tu orang mau! Sekarang lo yang harus buat perhitungan ma tu orang."

Hanya Tentang WaktuWhere stories live. Discover now