7

1.2K 61 0
                                    

Felicia melempar ponselnya di atas ranjang dengan kasar. Nafasnya memburu seiring dengan pikirannya yang kesal karna lagi-lagi dia kalah dari pria menyebalkan itu. Tapi satu hal yang membuat dia setidaknya merasa sedikit bisa bernafas lega. Pria itu sudah berjanji untuk menolak menikah dengannya.

Itu... dia bisa percaya dengan kata-kata pria itu, kan, ya?

Sedang kesal-kesalnya, tiba-tiba pintu kamarnya di buka dari luar. Mamanya muncul dari sana dengan senyum lebarnya.

"Sayang, hari ini kamu free, kan?"

Meski setengah hati, Felicia tetap mengagguk. "Kenapa?" Tanyanya.

"Papa kan lagi keluar kota. Kamu bisa kan datang ke acara ulangtahun Om Bas?"

Om Bas adalah sahabat papanya yang lain, salah satu dokter seriornya di rumah sakit dulu sebelum pria yang usianya lebih tua dari papanya itu memilih pengsiun dini. Mulai menikmati hidup berdua hanya dengan istrinya. Dan tentu saja Felicia tidak akan bisa menolak permintaan itu.

"Nanti malam ya, Ma, acaranya?"

"Iya. Mama ada urusan yang nggak bisa ditinggal. Jadi kamu bisakan hadir gantiin papa dan mama?"

"Nggak masalah, Ma." Toh dia tidak punya acara apa pun malam ini. Dan dia juga sudah lama tidak bertemu dengan seniornya itu. Setidaknya, mungkin dia bisa mengalihkan sedikit kekesalannya dengan datang ke acara pesta malam ini. Sekaligus bisa bertemu dengan beberapa rekannya. Mungkin Arumi juga akan datang malam ini, mengingat Om Bas adalah kerabat jauh sahabatnya itu.

"Oh ya, kalau kamu nggak mau datang sendiri. Kamu bisa minta temenin Ervin, loh. Dia pasti mau nemenin kamu."

What?! Ogah!

"Gimana?" Tanya mamanya tak sabaran.

"Ma, aku sama dia belum sempet ketemu lagi." Bohong Felicia. Yang untungnya mamanya percaya saja. Terbukti dengan mamanya yang tampak diam berpikir.

"Pasti bakal awkward banget kalau tiba-tiba harus ngajak dia."

"Ya, kalian kan bisa saling kenal, Fel. Jadi bisa buat mendekatkan diri sebelum pernikahan. Itung-itung acara kencan kalian buat yang pertama kali."

Mendekatkan diri dari hongkong? Dan apa kata mamanya? Kencan? Felicia hanya bisa mencemooh dalam hati.

"Lain kali aja deh, Ma. Lagian di sana pasti banyak rekan dan teman Feli. Nggak nyaman banget kalau harus bareng dia. Nanti dia malah nggak nyaman lagi."

"Tapi-"

"Feli bakal jalan sama Arumi."

"Kok Arumi, sih, Nak?" Mamanya terlihat tak terima dengan ide itu.

Felicia hanya mengedikkan bahunya acuh. "Lebih nyaman, Ma." Alasannya. Yang sebenarnya, mana mungkin dia mau pergi dengan pria gila itu?

"Ya udah. Tapi coba kapan-kapan Ervinnya di ajak jalan. Atau kenalin sama teman kamu di rumah sakit. Mama yakin, dia pasti mau kok."

"Iya, Ma." Itu pun kalau mereka jadi nikah. Dan sayangnya, minggu depan pria gila itu setuju untuk membatalkan perjodohan ini. Batin Felicia senang. Sejenak, melupakan kekesalannya yang sejak tadi ia rasakan. Yang membuat moodnya buruk karna lagi-lagi harus bertemu dengan pria gila itu.

****

"Hai, gue udah takut kalau lo bakal pergi sama calon laki lo tadi." Seru Arumi begitu masuk ke dalam mobil Felicia yang malam ini datang menjemputnya.

Felicia hanya melirik sahabatnya itu tanpa minat, lalu mengedikkan kedua bahunya acuh. Bakal turun hujan badai kali kalau Felicia pergi dengan pria gila itu.

Hanya Tentang WaktuWhere stories live. Discover now