46. Mari kita tepis batas-batas resahmu

15.5K 2.6K 226
                                    

46. Mari kita tepis batas-batas resahmu















Ia putuskan untuk tak memberitahu Remi mengenai pertemuannya dengan Harvey dan percakapan mereka kemarin setelah mempertimbangkan banyak alasan.

Pertama, sisa-sisa dari hubungan masa lalunya bersama Harvey tak ada kaitannya dengan hubungannya bersama Remi saat ini. Suaminya tak tahu apa-apa dan Nawa tak berhak mencampuradukkan semuanya.

Jika posisi ini dibalik, Nawa juga tak akan mau terlibat dengan sisa masa lalu Remi bersama Renatta. Ia tak mau tahu lebih dalam alasan mengapa mereka berpisah, atau bahkan alasan kenapa Remi sempat menggantungkan Renatta dan membuat perempuan itu berakhir mengkhianatinya dengan Theodore. Nawa tak berharap jadi bagian dari puing-puing berserak yang memungkinkan kakinya terluka padahal ia hanya pendatang diantara mereka. Maka, ia lakukan pula hal itu pada Remi.

Remi tak bertanggung jawab atas kekecewaan yang ia dan Harvey rasakan. Remi tidak tahu apa-apa.

"Good morning, wifey!" Sapa lelaki itu, tepat ketika ia menginjakkan kaki di lantai bawah. Menenteng handuk kering dengan bathrobe yang menutup pakaian wajibnya sebelum nyemplung ke kolam. "Sereal sebelum berenang?" tawar Remi yang santai bersandar pada kitchen island. Lelaki itu hanya mengenakan celana trainingnya tanpa atasan. Dada, bahu dan lengannya tampak berkilat keringat, pasti habis olahraga. Dilihat dari beberapa bagian tubuhnya yang merah, kemungkinan besar suaminya baru angkat beban.

Angkat beban tiba-tiba kedengaran asik di telinga Nawa. Apa mungkin karena beban pikirannya sedang banyak, ya?

"Pulang jam berapa semalam?" tanyanya, meletakkan ponsel serta handuknya di sofa sebelum mendatangi sang suami yang mengangkat semangkuk sereal.

"Sekitar jam dua-an," jawab Remi kalem, menyuapkan sesendok sereal serta susu ke mulutnya yang terbuka. "Pas aku naik kasur, kamu lagi asik-asiknya ngelindur, teriak kenceng banget, 'di mana warisankuuu, toloooong warisanku dimakan hiuuu,' gitu," katanya, membuat ia putar mata disela mengunyah.

Dasar pembohong tengik.

Ia membuka mulut lagi, menerima suapan Remi dan sibuk mengunyah untuk beberapa saat lamanya. Setelah selesai dengan kunyahan di mulut, ia melangkah lebih dekat, merunduk kemudian menyusup ke dalam sepasang lengan Remi yang kekar, menyandarkan beban tubuhnya di dada si suami yang mengernyit heran seraya mengangkat mangkuknya tinggi-tinggi agar tak tumpah.

"Wah, ada angin apa ini," gumam lelaki itu pendek. Mencela kelakuannya yang tak normal. "Nggak biasa-biasanya Genawa Maestraloka meluk suaminya tanpa dipaksa."

Ia mendesah panjang, melingkarkan kedua tangannya di pinggang Remi, memeluk lelaki itu makin erat dengan kepala bersandar di dada.

Nawa sudah mendambakan ini sejak ia pulang dari bertemu Harvey kemarin. Ia sudah berniat menyusul Remi saking inginnya berbagi beban, tapi keinginan itu luntur ketika Melia mengangkat telponnya, mengatakan bahwa saat itu, Remi sedang sibuk mengambil adegan yang cukup intens bersama Darly.

Bayang-bayang suaminya bercumbu dengan wanita lain membuat nyalinya ciut seketika. Genawa mengenyahkan keinginannya datang ke lokasi syuting dan memerintahkan Bagas putar balik detik itu juga.

Ia rasa, hatinya belum cukup legowo melihat Remi bermesraan dengan wanita lain. Jika dipaksa, bukannya lega, ia justru akan makin pusing dibuatnya.

"Semakin terasa aneh," kritik Remi, kali ini meletakkan mangkuk serealnya di meja demi membalas pelukannya. Tangan lelaki itu melingkari tubuhnya, membuatnya tenggelam dalam dekapan yang hangat lagi menyenangkan. Menepis sedikit bimbang yang sampai pagi itu masih menari-nari di benaknya. "Tapi nggak apa-apa, aku suka. Bisa nggak, tiap pagi kamu seaneh ini?" tanyanya, makin merapatkan dekapan.

Di ujung nanti, mari jatuh hatiWhere stories live. Discover now