35. Sekali-kali tak kuijinkan kita terpisah

13.9K 2.7K 448
                                    

35. Sekali-kali tak kuijinkan kita terpisah












"Nggak bisa gitu, Rem. Masih ada seminggu lagi sampai syuting di sini kelar, baru lo boleh pulang."

Ia masih mondar-mandir,  mengikuti langkah Melia yang bergerak ke sana dan ke mari, menyiapkan pakaian untuknya esok pagi.

Sekali pun permohonannya belum juga diterima, ia tak patah semangat begitu saja. Remi tahu keinginannya ini sangat sulit dikabulkan mengingat jadwal syuting yang memang berkejaran. Tapi apa mau dikata, ia sungguh harus kembali sebelum semuanya makin berantakan. Keadaan mendesak ini tak bisa dibiarkan terlalu lama atau nasib pernikahannya akan makin tak karuan.

"Please, Mbak," mohonnya, bergerak ke hadapan Melia, menyetop langkahnya lantas menundukkan tatapan lurus-lurus pada sang manajer yang kembali menggeleng.

"Nggak bisa, Remi."

"Mbak, udah seminggu lebih gue nggak denger suara Genawa," ujarnya menghiba. Meraih tangan Melia yang bebas untuk digenggam, meminta pengertian. "Dia marah banget sama gue. Sekarang nomer gue bahkan diblokir." Ia bergegas merogoh ponsel di saku celana, menunjukkan chat-chatnya yang centang satu. Kemarin masih ada centang dua dan biru, pertanda Genawa membaca semua pesannya. Jadi meski sang istri tak pernah membalas, Remi masih lumayan tenang karena ia tahu semua permintaan maaf serta rayuannya terbaca. Tapi kini semua jadi makin buntu.

Rupanya Genawa tak hanya marah. Gadis itu kelihatan serius sekali ingin memutus komunikasi dengannya. Genawa tak pernah membiarkan Remi mendengar sepenggal pun suaranya ketika ia menelpon Bagas atau Teresa. Remi bahkan baru tahu ini dari ibu mertuanya kemarin, katanya Genawa jatuh sakit beberapa hari lamanya selang ia pergi ke Jogja.

Ia panik, kalang kabut dan menelpon semua orang, tapi Teresa justru dengan santai berkata, "Sekarang nggak apa-apa, habis diinfus sebentar langsung enakan katanya. Nggak usah khawatir."

Seolah Remi bukan siapa-siapa dan memang tak punya hak untuk tahu apa-apa. Mereka seakan berkomplot untuk menyingkirkannya. Remi sengaja tak diberitahu dan dibuat jadi asing bagi istrinya sendiri. Semua orang seperti membantu Genawa memusuhinya dan menggunakan jarak yang sebentar ini untuk memutus seluruh usahanya untuk mendapatkan sang istri.

Terlebih Genawa. Gadis itu sepertinya tak lagi ingin memberinya kesempatan untuk menjelaskan. Sepanjang malam Remi bertekur untuk memikirkan di mana letak fatal salahnya hingga hubungannya dengan Genawa yang mulanya sudah mulai rekat jadi kembali seperti semula. Dingin dan jauh sekali. Ia merasa semua usahanya kembali ke titik nol, atau bahkan minus usai ia pergi.

Tak cukup dengan jarak. Remi sadar permasalahan ini makin njelimet ketika berita simpang siur kian merebak di luaran.

Seingatnya, Genawa mulai memblokir nomornya per malam tadi. Dan berita-berita sampah itu pun munculnya sejak sore sebelumnya. Jadi waktunya pas sekali. Mungkin berita itu lah alasan dibalik Genawa memblokir nomornya.

Bahkan Faris pun sampai menelpon khusus untuk menanyakan benar tidaknya ia terlibat hubungan terlarang dengan lawan mainnya di film. Apabila kawan baiknya saja sampai berusaha mengonfirmasi kabar tak jelas itu, maka bagaimana pula dengan Genawa? Remi ketar-ketir membayangkan isi kepala sang istri saat mendengar gosip itu. Ia harusnya menjelaskan pada Genawa bahwa itu hanya trik marketing tim film yang kemudian diperlebar secara berlebihan oleh oknum-oknum kurang kerjaan, tapi bagaimana caranya menjelaskan kalau kontaknya saja diblokir begini?

"Coba nanti gue telpon Tere," jawab Melia lembut, menepuk pelan lengannya.

"Gue butuh ngomong langsung sama Genawa," gumamnya. "Berita di luaran sana makin nggak enak, gue takut Genawa percaya."

Di ujung nanti, mari jatuh hatiWhere stories live. Discover now