14. Tak kubiarkan kau menggigil dingin sendiri

10.6K 1.9K 266
                                    

14. Tak kubiarkan kau menggigil dingin sendiri













Sejujurnya, ada sedikit keengganan ketika malam itu ia memutuskan datang. Mengendarai mobilnya ke suatu kompleks perumahan yang telah banyak ditinggalkan oleh penghuninya. Padahal rumah-rumah di sana sangat besar lagi mewah, luasnya jauh dari luas rata-rata rumah di daerah Jakarta pada umumnya. Penjagaannya pun bagus sekali, tak sembarang orang bisa menyusup masuk ke sana. Akan tetapi, sebagian penghuninya memang orang-orang yang jarang berdiam diri di rumah. Kebanyakan dari mereka adalah ekspatriat yang tak menetap, atau pengusaha-pengusaha besar yang kini lebih memilih tinggal di luar negeri, memantau bisnisnya dari jauh sambil sibuk menghabiskan masa tua dengan berleha-leha, sama seperti kedua orangtuanya.

Ayah Remi bisa dibilang lumayan berada. Oke, baiklah. Koreksi, orangtua Remi cukup untuk dibilang kaya raya. Bahkan masih jauh diatas kata 'kaya' itu sendiri. Ya, mereka berlebih dalam hal finansial.

Seingat Remi, ia tak pernah hidup susah. Sejak lahir, segala hal memang sudah tersedia untuknya.

Ia lahir dan menghabiskan masa kanak-kanaknya di Amerika, bersama Ibunya yang hobi memasak dan Ayahnya yang kala itu masih sibuk mengurus sebuah bar sederhana namun senantiasa ramai. Bar itu lah cikal bakal perusahaan Ayahnya kini. Dari bar tersebut, sang ayah mengumpulkan pundi-pundi uang hingga kemudian mampu memulai bisnis FnB, makin tahun makin berjaya lantas bisnis makanan tadi melebar lagi ke perkebunan anggur di daerah Carolina Utara. Ayahnya membeli perkebunan tersebut dari salah satu kolega yang sedang butuh uang dengan harga amat miring.

Di tempat itu kemudian Remi menghabiskan sebagian besar waktunya, berlarian mengelilingi kebun anggur puluhan hektare itu sendiri, sedang Ayah Ibunya sibuk memulai perjalanan bisnis yang lebih besar lagi.

Sebuah pabrik wine, yang hingga kini produknya masih sering terlihat. Remi bisa dengan mudah menemukan wine-wine mahal hasil produksi pabrik ayahnya jika berkunjung ke bar-bar besar. Jadi, barangkali kalian juga demikian.

Jika ditanya apakah ia bahagia, sebetulnya ia bahagia-bahagia saja. Ibunya penuh kasih sayang, dan meski senantiasa sibuk mengurus pekerjaan, ayahnya pun sesekali menunjukkan perhatian. Membeli kado natal untuknya setahun sekali, misalnya. Kado ulang tahun? Kebetulan tidak pernah, karena ayahnya selalu lupa dengan hari lahir semua orang, yang mana itu juga menurun pada Remi sekarang.

Ia dan ibunya pulang ke Jakarta ketika usia Remi menginjak empat belas. Sedikit melarikan diri dari kegilaan ayahnya yang tak henti bekerja, ibunya membuat protes besar-besaran dengan cara minggat ke kampung halaman membawanya. Mereka cekcok saat itu. Remi masih ingat ketika ayahnya menolak berpisah dan pilih membiarkan ia serta sang ibu menenangkan diri dulu di Indonesia.

Ya meski ujung-ujungnya mereka balikan lagi. Tapi setidaknya, dari kejadian itu Remi bisa punya kehidupan yang baru. Tak melulu terasing di perkebunan anggur puluhan hektare itu sendiri. Setelah sekian lama, akhirnya Remi benar-benar punya kawan. Theodore namanya. Ya, benar. Yang menikahi Renatta itu.

Kira-kira saat ia masuk SMA, Ayah dan ibunya kembali mesra. Usai bertahun-tahun mengejar maaf sang istri dengan bolak-balik dua negara untuk bekerja dan mempertahankan rumah tangga, Ilias Wallen pun berhasil membawa pulang istrinya tercinta ke Amerika sana. Tapi kali itu tidak dengan Remi. Remi ditinggalkan di Jakarta karena ia sudah dianggap cukup dewasa untuk memilih apa yang ia mau. Ia ingin sekolah di Indonesia, maka ayahnya pun mengijinkan demikian.

Hubungan mereka begitu-begitu saja. Lumayan baik, tapi tak rekat. Dua atau tiga kali berjumpa dalam setahun. Kalau tidak saat libur Natal, ya saat ia libur semester. Kadang orangtuanya yang pulang ke Jakarta, kadang juga Remi yang menghampiri mereka ke sana. Sepertinya begitu, sampai sang Ayah tahu keinginannya untuk berkecimpung di dunia musik.

Di ujung nanti, mari jatuh hatiWhere stories live. Discover now