5. Kita bernaung dalam gulita

12.2K 2K 141
                                    

5. Kita bernaung dalam gulita











Petaka itu mulai Remi rasakan ketika notifikasi di ponselnya berbunyi tak kunjung habis. Tang-ting-tang-ting merecoki kuping.

Sebagai makhluk yang hanya memiliki sedikit teman dekat, tentu itu mencurigakan. Tak biasanya ada begitu banyak pesan di ponsel pribadinya yang ini. Jadi meski masih ngantuk, ia paksakan membuka mata karena penasaran, bangkit dari sofa dengan tubuh pegal, melirik sesosok gadis yang masih terlelap dengan posisi sama di kasur King size hotel, lantas mengulurkan tangan, meraih ponselnya di meja.

Sembari mengucek mata, Remi menekan kombinasi pin ponselnya, menguap lebar sambil garuk-garuk kepala. Ada 54 panggilan tak terjawab dan 213 pesan masuk di WhatsApp, 120 berasal dari grup Foursouls dan sisanya entah siapa.

"Hng?" Remi mengernyit, mengucek lagi matanya. Membaca umpatan demi umpatan yang Faris dan Rayi ketik menggunakan capslok, mengerjap-ngerjap tak mengerti dengan apa yang mereka bicarakan. Matanya berkedip kebingungan, seperti bocah lugu yang kesasar di pasar dan tak tahu jalan pulang.

Skandal? Remi nyabu dengan Gena--Tunggu-tunggu, apa?! Ngamar di hotel berdua??

"The fuck?!" umpatnya mendelik, kini memegangi ponsel dengan dua tangan, fokus menggulir awal mula pembicaraan. Gerak gesit jarinya berhenti pada beberapa video yang berasal dari Juan. Buru-buru ia membuka video itu, lantas Remi ternganga. Tercekat dengan apa yang ia saksikan.

Satu video tampaknya diambil di tempat remang-remang, ada Genawa dan dua orang temannya di sofa, lalu beberapa waktu setelahnya, Remi datang dan terlihat sedikit bersitegang dengan lelaki yang ia dorong kasar-kasar hingga menubruk meja. Adegan itu diakhiri dengan ia yang membopong Genawa pergi layaknya pahlawan kesiangan.

Di video pertama, Remi menggunakan topi dan situasi tak begitu terang, jadi wajahnya kurang jelas di kamera. Masih ada sedikit kesempatan untuk menyangkal bahwa yang terekam di bar adalah dirinya. Tapi masalahnya, video yang Juan kirim tak hanya tadi. Masih ada lagi. Jika di video sebelumnya wajah Remi tak begitu kentara, maka di video selanjutnya situasi tampak jauh lebih terang, memperlihatkan tubuh dan wajah Remi secara gamblang, sejak ia keluar mobil membopong Genawa, sampai dengan Genawa minta turun dari gendongan lalu berjalan sempoyongan sambil merangkulnya memasuki hotel.

Dari angle ini, kesannya mereka tengah berpelukan dan bercanda-ria sebab Genawa memang ketawa-tawa setengah sadar. Tapi Remi berani bersumpah, tidak begitu yang terjadi sebenarnya!

Remi menelan ludah. Keluar dari grup guna berpindah ke media sosial lainnya, shock lagi mendapati akunya di tag entah berapa ribu orang. Notifikasinya sebentar lagi pasti jebol, atau ponselnya yang memilih meledak. Napas Remi makin tercekat membuka satu video di mana ia di sebut di dalamnya, membaca caption, tak lupa komentar yang beragam. Ia masih menolak percaya dengan apa yang ia baca ketika pintu kamar tiba-tiba terbuka, membawa serta Melia yang bergegas mengunci pintu lalu berlarian menghampirinya dengan sekresek makanan yang di lempar begitu saja di meja.

Wajah panik Melia cukup untuk menjelaskan betapa kacau situasi mereka saat itu. Dada Melia naik turun, napasnya tak beraturan dan matanya dipenuhi ketakutan ketika ia berkata, "Ada banyak wartawan ..." kalimatnya terpotong oleh deru napasnya sendiri. "...di depan."

Remi yakin pasti masih ada terusannya. "Dan?"

"Dan kita dikepung .... hhh ... Nggak bisa keluar."

Mati sudah.












****














Di ujung nanti, mari jatuh hatiOnde histórias criam vida. Descubra agora