15. Kan kugenggam kau ke permukaan

10.1K 2K 429
                                    

15. Kan kugenggam kau ke permukaan














Kunjungan mereka malam itu ternyata tak seburuk yang Remi kira.

Genawa berpakaian sopan, bicara dengan ceria seperti biasa dan secara kilat mampu mengakrabkan diri dengan kedua orangtuanya. Jangan tanya Remi bagaimana caranya, ia juga tak paham. Pokoknya tahu-tahu, Genawa nempel saja dengan ibunya. Ikut-ikutan memanggil 'Mami dan Daddy' tanpa perlu diminta. Sebuah tindakan SKSD yang tak semua orang mampu melakukannya. Dalam waktu kurang dari satu jam, Genawa bertransformasi jadi calon menantu yang baik dan bijaksana. Macam orang benar saja sikapnya malam ini. Jika Melia dan Teresa melihatnya, mereka pasti tak akan percaya.

Gadis itu berlarian ke sana-ke mari, menunjuk-nunjuk setiap interior rumah yang dianggap menarik perhatian, bertanya ini-itu pada ayahnya macam wartawan. Memeluk lengan ibunya sepanjang malam, mengobrol panjang lebar mengenai banyak hal. Dari yang Remi dengar sih mereka berbagi tips-tips kecantikan. Ibunya memberi Genawa nasihat agar kulit tampak awet muda, sedang Genawa sibuk merekomendasikan salon-salon kecantikan miliknya serta tempat treatment yang mana ia menjadi BA di sana. Sambil menyelam minum air. Selain cari muka, gadis itu juga sedang melakukan promosi terselubung rupanya. Dasar makhluk industri, batin Remi mencela dalam hati.

"Nanti minta anterin sama Mas Remi, Mam."

Dan panggilan itu juga baru Remi dengar malam ini. Genawa sungguh bekerja keras memperlihatkan pada kedua orangtuanya bahwa mereka sangat saling mencinta. Usahanya perlu diapresiasi. Remi akan memberinya tepuk tangan yang meriah sehabis ini.

Sembari menyiapkan makanan, kedua perempuan beda usia itu juga berjanji akan spa berdua, kalau Remi tak salah dengar.

"Tapi ada juga temenku yang udah kebal botox loh, Mam. Biasanya botox itu kan bertahan empat sampai enam bulan, nah di dia botox itu sebulan udah nggak lagi kelihatan."

"Mungkin dia keseringan."

Si gadis mengendik. "Terus dia nyoba treatment ke Korea, sampai potong rahang biar bentuk mukanya jadi V," lanjutnya. Mengambil alih mangkuk besar yang Mami pegang untuk dibawa ke meja. Membiarkan sang ibu memegang piring dan sendok saja. "Pulang-pulang aku pangling. Mukanya bersinar banget kayak habis diamplas pakai berlian."

Sang ibu terkekeh sembari berkata, "Korea memang bagus soal treatment."

Genawa manggut-manggut, meletakkan mangkuk besar berisi sup di depan Remi sambil bicara lagi. "Lain kali kita liburan berdua sekalian treatment gimana, Mam?"

"Boleh. Tapi, memangnya kamu ada waktu?"

"Gampang, soal itu nanti bisa diatur."

Remi bersumpah, ia belum pernah melihat ibunya secepat itu akrab dengan seseorang. Bahkan Renatta pun butuh setahun lebih sampai akhirnya bisa membuat sang ibu bicara santai dengannya. Ada apa dengan Genawa sebenarnya? Punya pelet apa bocah ini?

"Eh, nanti kita bisa pergi berempat aja deh ke Korea. Mami sama aku treatment, Mas Remi sama Daddy biar berduaan di kamar. Iya kan, Beib?" Gadis itu meliriknya, tak lupa mengedipkan sebelah mata jahil sedang sang ibu manggut-manggut ketawa.

Makan malam berlangsung dengan hangat. Belum ada perdebatan antara ia dan sang ayah seperti biasa. Tak ada ketegangan di wajah ibunya, dan tak ada pula raut sengak di muka ayahnya. Remi tak menyangka hal macam ini bisa terjadi lagi. Ia bahkan sudah hampir lupa bagaimana rasanya makan bersama orangtuanya tanpa ada suara sendok dan garpu yang dibanting di piring, atau juga gebrakan kasar di meja. Tapi lebih dari itu, ia sudah lama sekali tak melihat ayahnya tertawa.

Di ujung nanti, mari jatuh hatiHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin