“Kalian liat tuh, anak-anak keliatan kayak perempuan yang haus akan laki-lakikan. Liat tatapan mereka ke Ali terus itu pada liatin Tama terus tuh liatin David the geng. Kayak orang gak pernah liat laki-laki aja,” ujar Bram dengan nada julidnya.
Percaya atau tidak, sebentar lagi bakalan keluar kata-kata umpatan dari mulut yang sangat lemes itu.
“Biarin aja kali Bram, namanya juga manusia bisa aja suka sama yang gituan.”
“Ihhh, gak berkelas banget. Masa suka sama yang gituan. Gue aja gini-gini cari cowo yang berkelas kali. Ini badan udah gak terlalu sixpack sok-sokan umbar aurat.” Ujar Bram yang di hadiahin Vannya dengan pukulan.
“Bram, lo kalau ngomong yang bener-bener aja. Gue gak mau temenan sama cowo homo,” tegur Vannya.
“Kalau lo gak mau temenan sama gue sih gampang. Masih banyak orang yang mau temenan sama gue kali. Lagi pula gue suka sama Om-om milih-milih juga. Yang berduit biar bisa gue porotin.”
“Emang Om-om mana yang doyang sama bentukan triplek kayak lo,” ujarku tidak kalah julid.
Ohh ayolah, Vannya tidak mau temannya yang satu ini salah pergaulan.
“Hee, bandan gue itu bagus ya. Gak liat lo ini body gols banget.” Ujar Bram sambil meletakkan tangannya di kedua pinggangnya lalu mulai menurunkannya tangannya yang mengikuti bentuk tubuhnya.
“Cihh…”
“Gue boleh duduk di sini?” Ujar Ali yang sudah duduk di samping Bram.
“Yee, minta izin tapi udah duduk,” ujar Aletta.
Ali pun hanya terkekeh sambil menyomot kentang gorenga yang ada di depannya. Ketang tersebut merupakan punya Vannya.
“ Ihhh lo kok tinggal comot aja sih.” Memukul tangan Ali yang ada di atas meja.
Bukannya marah karna tangannya di pukul cukup keras oleh Vannya tapi, Ali malah ketawa puas seolah telah berhasil membuat gadis yang sedari tadi sudah kesal tampah kesal.
“Lo ngapa dah dari tadi nyengar-nyengir gitu, gak jelas banget,” ujar Bram dengan nada sewotnya.
“Hari ini gue baru aja jadian.”
Brak
“HAAAA.”
“Wesss santai bro. Biasa aja dong ekspresinya. Gak usah lebay gitu. Merasa tertikung lo?” Bram langsung mukul tangan Aletta yang masih berada di atas meja.
“Diem dah lo upil. Lo jadian sama siapa Al?” Tanya Aletta sambil menendang kaki Vannya.
“Sama Oliv.”
“Oliv, senior kita?”
“Hemmm.”
“Gue gak peduli si Al, lo pacaran sama siapa yang penting gue mau minta PJ lo, ada gak?” tanya Bram seperti orang kelaparan.
“Ambil aja yang lo mau, ini uangnya.” Ali menyerahkan selembar uang berwarna merah.
Dengan senang hati Bram mengambil uang tersebut dan langsung menuju ketempat jualan snak-snak ringan. Sudah di pastikan anak itu akan membawa banyak coklat dan juga beberapa es crim.
“Lo berdua gak ikut Bram, ini mejanya nanti bakalan gue yang jaga.”
“Gue makan apa aja yang di ambil Bram. Paling nanti anak itu ngambil banyak es krim,” ujar Aletta dengan santai.
“Lo, Annya. Gak mau ngambil juga. Atau lo mau kentang biar gue pesenin.”
“Gak usah. Gue mau ke kelas duluan.” Ali yang melihatku kerdiri pun langsung menahanku.
“Pulang sekolah nanti bareng gue kalau gitu. Kita makan-makan di café yang baru buka di depan.” Vannya pun langsung menghempaskan tangan Ali.
“Gak usah, nanti gue di kira centil lagi jalan bareng pacar orang.”
“Al gue cabut duluan.” Aletta langsung berdiri sambil mengejar Vannya yang sudah lumayan jauh di depan.
“Kalian berdua mau kemana?” tanya Bram yang melihat kedua sahabatnya pergi menjauh.
“ Urusan cewe. Gue sisain coklatnya ya Bram.”
_-_-_-_-_-_
Sekarang bel pulang sudah berbunyi yang menandakan waktu yang di tunggu-tunggu akhirnya tiba. Banyak para siswa yang sudah berhamburan di koridor begitu juga di area lapangan banyak siswa anggota basket.
Vannya dan Aletta saat ini sedang di kamar mandi untuk membilas kain pel yang di gunakan untuk mengepel kelas dimana hari ini merupakan jadwal mereka berdua kebersihan kelas.
“Annya, tentang Ali tadi, gue boleh naya gak?” tanya Aletta dengan hati-hati.
“Tanya aja kali.” Vannya yang masih fokus dengan kain pelnya.
“Lo kasih nomor Kak Oliv sama Ali?”
“Hemm.”
“Kok lo kasih sih, Nya?” tanya Aletta yang sedikit geram melihat tingkah temannya sendiri.
“Ali terus neror gue soal nomor itu, lagian gue capek di deketin dia karna ada maunya.”
“Jadi, mau lo sekarang gimana,” Aletta menatap serius kea rah sahabatnya.
“Gue mau berhentiin ini semua sebelum terlalu jauh.” Vannya yang sedang mencuci tangannya ke arah wastafel.
“Lo beneran yakin, ini cinta pertama lo kan? Kata orang cinta pertama itu sulit buat di lupakan. Ini masih permulaan Nya . Gue bakal bantu lo buat dapetin Ali kalau itu buat lo bahagia. Mumpung lo masih SMA biar kita sama-sama ngerasain cinta di waktu ini. Gue mau lo juga rasain apa yang gue rasain, punya pasangan saat kita menempuh pendidikan.”
“Gue mau fokus sama pendidikan gue aja letta. Gue gak mau ngecewain orang tua hanya buat laki-laki yang gak bisa gue gapai. Gue capek sama ilusi yang gue bangun sendiri.”
_-_-_-_-_-_
Jangan lupa Vote dan Komen
PUBLISH 5 JUNI 2024
YOU ARE READING
Our Story
Teen Fiction"Annya...." "Iya kenapa Al?" "Ehmmm, lo ada biodata pengurus osis angkatan tahun lalukan?" "Iya ada, kenapa?" "Gue boleh minta biodata Olivia wakil sekertaris angkatan tahun lalu." "Buat apa?" "Gue suka dia." . . . . . "Lo tau gak Al, ada yang confe...
# TF 7 ~~~
Start from the beginning
