"Annya...."
"Iya kenapa Al?"
"Ehmmm, lo ada biodata pengurus osis angkatan tahun lalukan?"
"Iya ada, kenapa?"
"Gue boleh minta biodata Olivia wakil sekertaris angkatan tahun lalu."
"Buat apa?"
"Gue suka dia."
.
.
.
.
.
"Lo tau gak Al, ada yang confe...
"Lo itu gak tau masalahnya Ta," ujarku dengan nada feustasi. Gimana tidak ketika lo sendiri lagi sakit hati sama seseorang ini malah di suruh jalan berdua. Arghhhhhh tau ah.
"Gimana gue mau tau kalau lo aja belom cerita."
_-_-_-_-_-_
"Anjirrr emang tuh orang."
Saat ini aku dan Aletta pergi kesebuah café yang memang menjadi tempat kami nogkrong untuk belajar atau sekedar duduk-duduk santai. Selagi saat ini aku dan Aletta yang memang sedang berdua di meja tersebut karna Bram sedang mengerjakan kerja kelompok bersama teman satu kelasnya.
Kesempatan ini lah yang aku gunakan untuk menceritakan semua cerita tentang sejak kali pertama aku bertemu sampai bisa suka dengan Ali. Tak sampai di situ saja, aku juga menceritakan kejadian akhir-akhir ini sejak pemilihan Osis, alasan aku mencalonkan diri jadi sekertaris Osis, kejadian pulang rapat, diantar Ali ke rumah, bahkan kejadian Ali meminta nomor Kak Oliv yang membuatku patah hati saat itu.
"Itulah kenapa gue gak mau pergi from night bareng dia," ujarku.
"Tapi kalau dipikir-pikir Ali anjir bat dah yah, kok bisa-bisanya gitu kepikiran pacaran sama senior. Apa mungkin dulu karna Kak Oliv masih anggota Osis mangkanya gak berani nembak. Sekarang dia bebas confest karna Kak Oliv udah purnah." Aku pun hanya mengangguk mendengar perjelasan Aletta.
"Bisa jadi, soalnya 'kan sesama anggota Osis gak boleh ada yang pacaran."
"Kok bisa-bisanya coba dia gak ilfil gitu suka sama junior. Gue ni ya, mau dia secakep apa pun gak mau itu gue pacaran sama yang lebih muda. Gak lah njir, kayak gimana gitu. Apa lagi Kak Oliv yang bentar lagi mau masuk kuliah, ya kali pacarnya anak SMA. Di kampus banyak kali cowo yang lebih dari dia."
"Auah capek," ujarku yang sudah frustasi.
"Sabar ya nak, gini amat dan nasip temen gue. Baru juga pertama kalinya suka sama orang lah ini malah di Php 'in," ujar Aletta dengan nada sok prihatin.
"Apaan sih b aja tuh."
"Alah Annya, lo itu temenan sama gue bukan sehari-dua hari, kita itu temenan udah 5 tahun. Lima tahun Annya itu gak waktu yang sebentar buat gue mahami sifat lo yang cemburuan ini. Apa lagi waktu lo cemburu sama Alam karna boleh ikut perkemahan sedangkan lo nginep rumah gue aja gak di bolehin. Gue tuh udah khatam sama sifat cemburuan lo yang itu."
"Idih, sapa lo yang fahan sifat gue."
"Auah, udah di perhatiin juga," ujar Aletta sambil meminum jus yang ada dimeja.
"Taaaa." Ujarku ngereng sambil menggoyang-goyangkan tangan Aletta.
"Hmmm."
"Bantuin gue dong. Bantuin gue buat move on ......"
"Gak, lo gak boleh nyerah. Kita susun rencana buat lo deketin Ali. Kita harus buat prinsip, sebelum janur kuning melengkung, masih ada kesempatan nikung."
"Gimana caranya" ujarku dengan wajah berharap.
"Sini gue bisikin."
_-_-_-_-_-_
"Ini kita mau kemana sih?" tayaku pada aletta yang membawaku ke daerah pasar paling ujung.
"Udah lo tenang aja serahin ke gue. Kita bakal buat Ali kelepek-klepek dengan jalani misi yang pertama. Nah, ini tempatnya. Bang, ada baju-baju kuno gak Bang," ujar Aletta pada penjualan barang-barang bekas, terlihat dari dagangan yang terpajang dapat terlihat kuno-kuno.
"Ada nih baru aja datang semalam, bagus-bagus. Kali ini beneran vintage, masuk aja nanti biar Mbak yang ngasih tau," ujar sang penjual. Selanjutnya aku dan Aletta menuju kedalam tokoh.
Aku pun langsung terkesimah dengan pernak-pernik kuno yang terlihat cantik dan unik. Mulai dari topi, jam tangan, CD, bahkan ada piano kuno yang terpajang di lemari kaca. Luar biasa, satu kata yang ku ucapkan.
"Nya, cobain dah yang ini" ujar Aletta sambil memberikanku sebuah dres dengan belahan dada terbuka dan juga beberapa aksesoris lainnya mulai dari topi, sarung tangan bahkan satu set dengan sepatu dan payung kuno.
"Njirrr, ini mah ceritanya kayak gue yang punya acara. Ini bukan dateng ke acara from night tapi pergi ke acara cosplay."
"Ihhh, lho mah belom juga di pakek udah protes. Pakek dulu ngapa baru nilai. Nanti Mbak Maya bantu ngerapiin rambut lo. Kali ini percaya lah sama temen sendiri di jamin manjur:" ujar Aletta yang ku tanggapi dengan anggukan saja.
Setelah memekai gaun ala-ala noni belanda dengan tatan rambut yang sudah di buat oleh Mbak Maya selaku karyawan di toko ini akhirnya pun aku keluar dengan ngaun yang super mewah.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Ini lo Nya. Bjirrr gue salpok sama ini nih. Kok tumben sampek nampak belahan lo" ujar Aletta sambil menunjuk ke arah objek.
"Kurang keras suara lo, seharusnya sampai denger noh orang yang di jalan," ujarku.
"Heheheh, sorry tapi ini lo beda banget njir. Apa lagi kalau wajah lo di tambahi polesan make up apa lagi kalau pakai softlens biru, udah pas lo buat cosplay jadi noni-noni Belanda."
"Udahlah Ta, gue gak nyaman pakai ginian. Nanti gue pula yang menang nominasi best costum."
"Ya gak papa bagus dong, biar yang lain pada iri liat penampilan lo."
"Gak mau ah, nanti aku pakai baju lama Mama aja. Lebih jelas dari mana asal usul nya. Gue takut kalau beli barang thrift itu gak jelas asal-usulnya." . . Jangan lupa tinggalin jejak dengan vote dan komen. PUBLISH 6 FEBRUARI 2024