33. Ingatan Yang Terkubur

32 3 0
                                    

"Manusia melebihi ganasnya serigala." - Asinaria, Plautus
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.


33. Ingatan Yang Terkubur

"Dia nggak dateng lagi?" ucap Kenjiro terkejut saat tahu kelas kosong tanpa ada batang hidung Rivanno sama sekali.

Di dalam kelasnya hanya ada beberapa anak geng Avigator serta ketiga anggota lain selain Kenjiro. Ini benar-benar tidak biasanya. Jika cowok itu sedang kerja, pasti selalu barengan bersamanya karna tempat kerja mereka searah. Tetapi ketika Kenjiro pergi untuk menghampiri Rivanno ke rumahnya seperti biasa, cowok itu tidak ada. Bahkan adiknya tidak tahu ia ada di mana. Yang lebih mencengangkan lagi, semalam ia tidak ada di rumah. Itulah yang Lissa katakan padanya.

"Lo udah pada coba hubungin dia nggak?" tanya Kenjiro setengah kesal. Dia menghampiri Tigris yang duduk di kursi pojok.

"Udah dari kemaren kali gue telpon tapi HP-nya mati." balas Tigris.

"Lo udah cek ke tempat kerjanya?" tanya Lao.

"Udah. Kata bosnya dia udah bolos dua hari ini." jawab Kenjiro.

Kenjiro menoleh pada Reggae yang memainkan ponselnya sambil duduk di kusen jendela. "Woey! Lo tahu dia kira-kira ada di mana?"

"Dia bukan ketua gue. Ngapain harus gue urusin?" balasnya acuh.

Kenjiro berdecak atas responnya. "Lo sendiri ngapain di kelas gue mulu, sialan!" Reggae melirik Kenjiro sengit atas ucapannya. Cowok itu menghentikan permainan game nya. Menatap Kenjiro datar.

"Coba gue tebak. Dia pasti lagi ngurusin kasus pembunuhan itu." ucap Reggae membuat mereka serentak menoleh. Tapi, cowok itu langsung segera keluar dari kelas.

"Jangan-jangan emang bener yang dibilang dia," ucap Renault menanggapi.

"Kalau emang gitu, kenapa nggak nyuruh kita buat bantuin?" balas Kenjiro kesal.

"Gue juga mikir gitu. Emang dia bisa beresin ini sendirian?" ucap Tigris.

-ooOoo-

Malam itu terasa dingin. Petir menyambar dengan keras disertai kilatan cahaya yang terang. Suara hujan deras mendominasi di segala penjuru. Di lorong gelap sebuah rumah terlihat seorang gadis berumur delapan tahun berjalan setengah terisak.

"Kak? Kakak dimana!" ucapnya berteriak dengan nada ketakutan.

Ia mendengar suara tembakan beberapa kali dari balik pintu di sana. Suara itu jauh lebih terdengar jelas dari pada suara petir. Ia berlari menuju pintu itu dan membukanya. Betapa terkejutnya ia melihat apa yang ada di sana.

Setumpuk mayat bergelimpangan di ruangan itu. Mereka penuh darah, penuh lubang tembakan, dan terlihat mengerikan. Di tempat gelap itu, kilat cahaya menerpa dari luar melalui jendela, lalu disusul suara petir. Suara itu menciptakan resonansi aneh. Memperlihatkan apa yang ada di dalam ruangan lebih jelas.

Di tengah-tengah ruangan berdiri sosok anak lelaki seumuran gadis itu. Dia membawa pistol di tangan kanannya. Bajunya berlumuran darah. Ia menoleh ke arah gadis itu dengan gerakan pelan yang misterius. Detik itu juga gadis itu menahan nafas. Atmosfer kuat menerpa dirinya. Sesuatu yang jauh lebih mengerikan dari kegelapan dan kematian. Dia adalah monster!

LOS(V)ER: You Live SucksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang