19. Teman

42 6 1
                                    

"Ketika telah memahami diri sendiri semua berubah, ini bukan tentang hal untuk menjadi sempurna. Akhirnya aku mengerti itu adalah hal yang bisa dilakukan karna tidak semua hal dapat dilakukan. Terimalah hal itu, akan ada teman untukmu. Itu juga membuatmu untuk tidak membuang apa yang sudah kamu capai. Jika kau memahami siapa dirimu sebenarnya, kau pasti akan menemukannya dan mengakui. Seseorang yang tidak mengakui dirinya sendiri adalah orang gagal." - Itachi Uchiha untuk Sasuke Uchiha dari anime Naruto Shippuden.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Kita masih belum paham. Soal cowok yang mengaku sebagai salah satu anggota Hybrid's itu." Singgung Tigris. Ia mengamati ekspresi Rivanno. Wajahnya biasa-biasa saja hingga ia tidak dapat menebak apa isi pikirannya.

"Yah, nggak mungkin dia kenal Cobra. Paling orang kurang kerjaan yang kebetulan mampir. Udah biasa, kan banyak geng nggak jelas datengin sekolah kita?" balas Kenjiro.

"Kayaknya bukan. Setelah kejadian itu, Cobra nggak masuk sekolah tiga hari. Kenapa lo bolos? Kali ini lo harus jawab pertanyaan kita." Renault akan pastikan Rivanno tidak akan menghindari topik ini.

Lao keluar dari pintu minimarket dan menghampiri mereka. Cowok bertubuh besar itu membawa banyak sekali snack. Yah, dia baru saja gajian dari pekerjaan yang ia geluti. Lantas dia mentraktir teman-temannya di tempat ini.

Rivanno memilin tangannya. Tatapannya terarah ke bawah. Duduk di kursi depan minimarket dengan perasaan tidak menentu.

"Btw, surat yang dikasih waktu itu isinya apa?" Lao ikut duduk bergabung dengan mereka lantas menaruh cemilannya di atas meja.

Pembahasan itu memang sudah lama. Sosok bernama Zen Nakahirama sudah tidak pernah memperlihatkan dirinya sejak saat itu. Dia seperti menghilang begitu saja. Walupun ucapannya terdengar tidak meragukan, interaksinya antara Rivanno patut dipertanyakan. Mereka sudah penasaran sejak kejadian itu. Namun, Rivanno tidak pernah membalas pertanyaan mereka. Para anggota petarung jelas ingin tahu atau lebih tepatnya berharap pemimpin mereka berbagi cerita sedikit.

"Cobra-" Kenjiro memanggil. "Jangan diem aj-"

"Brisik," bisik Rivanno namun seperti peringatan. Kenjiro terpaku. Apa ia tidak salah dengar? Dia marah karena topik ini?

Rivanno dalam satu detik mengubah ekspresinya yang tadinya datar ke senyuman kecil. "Nggak kok. Gue cuma bercanda. Apa keliatan se-akrab itu?" Tangannya terulur mengambil salah satu snack di meja dan membuka bungkusnya. "Penasaran banget,"

"Yahh... Abisnya orang itu keliatan mencurigakan." Renault mengambil kesimpulan.

"Apanya yang cuma bercanda? Kalau ngomong jangan setengah-setengah dong." ujar Kenjiro.

Tanpa mereka sangka, Rivanno berdiri. "Kalau gitu, gue pergi."

"Woeh! Apa-apaan lo!" Lao berseru. "Nge-hindar lagi, ya?"

Rivanno berjalan menjauh. Pandangannya menerawang ke depan. Rasanya menyebalkan. Ia seperti diinterogasi. Wajar saja mereka melakukan hal itu karena ingin tahu-sebab Rivanno tidak pernah menceritakan apapun tentang dirinya. Bukan latar belakangnya dari keluarga seperti apa. Teman-temannya tahu jika ia berasal bukan dari keluarga berada. Ibunya mengalami stroke dan ia harus merawatnya berserta adik perempuan satu-satunya. Adiknya yang mana ia sangat teramat perjuangkan, agar dia tidak seperti kakaknya yang hidup terlunta-lunta seperti ini.

LOS(V)ER: You Live SucksWhere stories live. Discover now